Misa Akbar di Timor Leste, Paus Fransiskus: Berilah Dirimu untuk Orang Lain
Paus Fransiskus: Jangan takut untuk memberikan hidup, waktu, merombak jadwal, atau mengorbankan sesuatu untuk sesama.
DILI, KOMPAS — Paus Fransiskus mempersembahkan misa akbar di hadapan lebih dari 700.000 umat di Lapangan Tasitolu, Dili, Timor Leste. Dalam khotbahnya, Paus kembali mendesak setiap orang untuk lebih terlibat dalam kehidupan sosial.
Timor Leste menjadi negara ketiga yang dikunjungi Paus Fransiskus dalam perjalanan apostoliknya di Asia dan Oseania. Timor Leste merupakan negara berpenduduk 1,3 juta jiwa, dengan komposisi 98 persen beragama Katolik.
”Jangan takut untuk menjadi kecil di hadapan Tuhan, atau di hadapan sesama. Jangan takut untuk memberikan hidup, waktu, merombak jadwal, atau mengorbankan sesuatu untuk membantu sesama agar sesama menjadi lebih baik dan gembira,” kata Paus dalam khotbahnya, Selasa (10/9/2024).
Dalam misa di lapangan terbuka yang terik dengan cuaca 35 derajat celsius tersebut, Paus Fransiskus juga memberi perhatian pada anak-anak muda. Ia melihat fakta tersebut sebagai sebuah keindahan.
Baca juga: Penginapan hingga Kaus, Kebaikan Hati Timor Leste untuk WNI yang Ikut Misa Akbar Paus di Dili
”Betapa indahnya Timor Leste. Ada begitu banyak anak. Sungguh, kalian adalah negara muda. Saya dapat melihat, setiap sudut negeri kalian penuh dengan kehidupan. Ini anugerah yang luar biasa. Banyak anak-anak dan orang muda hadir untuk membawa kesegaran, energi, kegembiraan, dan antusiasme,” tutur Paus.
Paus mengajak umatnya untuk menjadi pribadi yang ”kecil” di hadapan Tuhan dan sesamanya. Menurut dia, dengan menjadi ”kecil”, kita mengizinkan Allah melakukan hal-hal besar di dalam diri kita.
Dalam perspektif budaya Timor Leste, Paus menyebut kaibauk dan belak. Keduanya merupakan jenis pakaian tradisional yang berasal dari budaya masyarakat di Timor Leste, khususnya dari kelompok etnis Tetum. Kedua elemen budaya ini mencerminkan kekayaan dan keberagaman tradisi serta keahlian kerajinan tangan dalam masyarakat Timor Leste, yang terus dipertahankan hingga kini.
”Keduanya terbuat dari logam mulia, yang menunjukkan betapa pentingnya keduanya,” kata Paus.
Baca juga: Warga Timor Leste Tumpah Ruah di Jalan Sambut Paus Fransiskus
Kaibauk melambangkan tanduk kerbau dan cahaya matahari. Kaibauk dapat digunakan sebagai hiasan kepala yang dikenakan di dahi, atau diletakkan di atas rumah. Menurut Paus, kaibauk merupakan lambang kekuatan, energi, dan kehangatan.
”Kaibauk dapat mewakili kuasa Tuhan yang memberi kehidupan. Terlebih lagi, melalui posisinya yang tinggi di kepala dan di atap rumah. Kaibauk mengingatkan kita bahwa dengan terang firman Tuhan dan kuasa kasih karunia-Nya, kita dapat bekerja sama, melalui pilihan dan tindakan kita,” tutur Paus Fransiskus.
Saya dapat melihat, setiap sudut negeri kalian penuh dengan kehidupan. Ini anugerah yang luar biasa.
Adapun belak, yang dikenakan di dada, berfungsi melengkapi kaibauk. Belak, menurut Paus Fransiskus, melambangkan cahaya bulan yang lembut. Belak juga pralambang rendah hati karena sebagai bulan, ia memantulkan cahaya matahari di malam hari dan menyelimuti segalanya dalam cahaya.
”Belak berbicara tentang kedamaian, kesuburan, dan kemanisan, dan melambangkan kelembutan seorang ibu. Dengan gerakan kasihnya yang lembut, belak (bulan) membuat apa pun yang disentuhnya bersinar. Kaibauk dan belak menunjukkan kekuatan dan kelembutan ayah dan ibu. Sungguh, begitulah cara Tuhan menyatakan kekuasaan-Nya, yang terdiri dari kasih dan belas kasihan,” tutur Paus.
Baca juga: Mengejar Bapa Suci hingga ke ”Bumi Lorosae”
Terlibat
Sebelumnya, dalam pertemuan dengan Uskup Norberto de Amaral, para imam, biarawan, dan biarawati di Katedral Dili, Paus mengajak mereka untuk lebih terlibat dalam pemberdayaan anak muda. Paus menekankan kembali agar para imam, suster, biarawan, dan biarawati untuk tidak tinggal dalam kenyamanan, menutup diri, atau hanya melayani kebutuhan pribadi.
”Saya menyukai ungkapan yang digunakan Suster Rosa dalam kesaksiannya: Gereja yang terus bergerak, Gereja yang tidak tinggal diam, tidak berputar di sekitar dirinya sendiri, tetapi terbakar dengan semangat untuk membawa sukacita Injil kepada semua orang,” kata Paus.
Paus menilai, bila hal itu dilakukan, buahnya ialah keharuman rekonsiliasi. Dengan demikian, perdamaian setelah menderita perang selama bertahun-tahun dapat menjangkau semua orang. Dampaknya, orang miskin bangkit kembali dan mengilhami komitmen baru untuk menghidupkan kembali kesejahteraan ekonomi dan sosial negara, juga membawa keadilan melawan korupsi.
Baca juga: Timor Leste Sediakan Penginapan untuk 1.500 WNI yang Akan Bertemu Paus Fransiskus
Emigrasi
Sehari sebelumnya, Paus juga sempat bertemu dengan Presiden Jose Ramos Horta, jajaran pejabat Pemerintah Timor Leste, dan diplomat di Istana Kepresidenan. Dalam kesempatan itu, Paus Fransiskus menyinggung beberapa isu sosial-ekonomi, misalnya, fenomena emigrasi. Permasalahan emigrasi jadi indikasi sumber daya yang tidak memadai dan minimnya lapangan pekerjaan dengan gaji yang layak.
Terkait hal itu, Paus mendorong agar kekayaan alam digunakan untuk menyiapkan dan memberdayakan anak-anak muda. Bidang pertama yang harus Timor Leste lakukan adalah berinvestasi pada pendidikan, baik dalam keluarga maupun di sekolah. ”Pendidikan merupakan sarana kuat untuk menempatkan anak-anak dan kaum muda di pusat perhatian sehingga dapat meningkatkan martabat mereka,” kata Paus bernama asli Jorge Bergoglio itu.
Paus Fransiskus juga mengingatkan agar tidak takut pada kegagalan. Ia mengajak semua orang untuk berani bangkit kembali. ”Saya mengundang Anda untuk tetap percaya diri dan terus menatap masa depan dengan penuh harapan. Anda adalah kaum muda. Antusiasme, kesegaran, perspektif berwawasan ke depan, keberanian, dan akal budi, yang semuanya merupakan ciri khas kaum muda, dipadukan dengan pengalaman dan kebijaksanaan kaum tua, membentuk campuran pengetahuan yang penuh berkat dan dorongan besar menuju masa depan,” kata Paus Fransiskus.
Paus menilai, Timor Leste telah mampu menghadapi masa-masa sulit dengan tekad yang sabar dan kepahlawanan. Menurut Paus, Timor Lester kini tumbuh subur sebagai negara yang damai dan demokratis. Timor Lester juga berkomitmen untuk membangun masyarakat yang berlandaskan solidaritas dan persaudaraan, serta mengembangkan hubungan yang damai dengan negara-negara tetangganya di komunitas internasional.
”Melihat masa lalu Anda dan apa yang telah dicapai sejauh ini, saya yakin, bangsa Anda mampu menghadapi kesulitan dan masalah saat ini dengan cerdas, kreatif, demokratis, dan bersatu. Dengan demikian, tidak seorang pun merasa dikucilkan dan setiap orang dapat hidup dalam damai dan bermartabat. Semoga kita semua diberkati di Timor Leste,” tutur Paus.
Misa Akbar
Lebih dari 700.000 umat Katolik memadati Lapangan Tasitolu, Dili, Timor Leste, untuk mengikuti misa akbar bersama Paus Fransiskus. Misa digelar di lapangan terbuka yang berdebu dengan suhu udara 35 derajat celsius.
Pergerakan umat menuju Lapangan Tasitolu sudah terjadi sejak pukul 02.00 dini hari waktu setempat. Rohaniwan-rohaniwati juga turut berjalan menuju lokasi misa akbar Paus Fransiskus di Lapangan Tasitolu. Mereka berjalan sembari mendaraskan doa Salam Maria.
Misa di Dili tidak hanya diikuti oleh warga setempat. Lebih dari 1.000 warga Indonesia dilaporkan juga melintas dari Nusa Tenggara Timur ke Timor Leste untuk mengikuti misa akbar yang dipersembahkan oleh Paus Fransiskus.
Beruntung, Pemerintah Timor Leste dengan kemurahan hati menyambut warga Indonesia dengan berbagai fasilitas. Ada penginapan untuk 1.500 warga Indonesia yang disediakan Pemerintah Timor Leste.
Baca juga: Paus Fransiskus Nyalakan Pengharapan Sumarsih dan Keluarga Korban Pelanggaran HAM
Panitia dari Timor Leste juga membagikan suvenir. Tiap-tiap orang mendapat topi, payung, syal, dan kaus. ”Kami ingin memberikan yang terbaik semampu kami. Kita adalah saudara, kita adalah sahabat. Nikmatilah ini. Kami senang bisa melayani saudara kami dari Indonesia,” kata Meta Pires, salah satu pejabat pada Kementerian Administrasi Negara Timor Leste.
Atas pelayanan yang baik itu, WNI berterima kasih kepada Pemerintah Timor Leste. ”Kami tidak pernah membayangkan dapat pelayanan yang istimewa seperti ini. Kami tidak akan lupa ini,” kata Mikael Bria (45), WNI dari Kabupaten Belu.
Pelayanan itu tidak lepas dari koordinasi yang baik Duta Besar RI untuk Timor Leste Okto Dorinus Manik bersama tim dengan Pemerintah Timor Leste. Okto sempat hadir menyapa WNI di lokasi penginapan. Menurut dia, pelayanan itu merupakan wujud nyata persahabatan kedua negara.