Jelang Debat Capres AS, Harris Kurung Diri di Hotel, Trump Digembleng Hujan Pertanyaan
Debat Harris-Trump bisa jadi penentu keputusan jutaan ”pemilih mengambang”. Kedua kandidat bersiap adu gagasan.
Wakil Presiden Amerika Serikat yang juga calon presiden dari Partai Demokrat, Kamala Harris, mengurung diri selama lima hari di Hotel Omni William Penn di Pittsburgh. Bersama timnya, Harris berlatih debat yang sangat terkoreografi. Sementara capres dari Partai Republik, Donald Trump, fokus latihan debat dengan dihujani pertanyaan-pertanyaan informal dari para ajudannya. Keduanya sama-sama serius bersiap karena percaya debat presiden sangat penting.
Keduanya akan bertemu tatap muka untuk pertama kalinya dalam debat presiden di stasiun televisi ABC News di Philadelphia, Selasa (10/9/2024) malam waktu setempat atau Rabu (11/9/2024) pagi WIB. Debat presiden Harris-Trump menjadi momen penting untuk merebut hati jutaan pemilih yang masih belum menentukan pilihan.
Baca juga: Kamala Harris Perlebar Keunggulan atas Trump
Harian The New York Times, Sabtu (7/9/2024), menyebutkan bahwa selama latihan itu Harris seperti berada di atas panggung lengkap dengan replika lampu kamera di studio televisi dan asisten yang pura-pura menjadi Trump. Persiapan ini dilakukan Harris untuk menyegarkan kembali ingatan akan semua catatannya. Segala macam pertanyaan dilemparkan para asistennya.
”Jangan sampai Harris yang terpancing. Harris yang harus memancing Trump. Anda harus mengungkap fakta tentang Trump yang akan membuatnya gelisah. Seperti ketika saya bilang dia boneka Rusia. Dia tergagap di atas panggung,” kata Hillary Clinton yang pernah debat dengan Trump pada saat bertarung pada pilpres 2016.
Baca juga: Kamala Harris Kehilangan Kesempatan Raih Suara Penting
Trump dan timnya di hotelnya di Las Vegas dikabarkan sibuk mempelajari gaya pidato Harris saat Konvensi Partai Demokrat. Orang-orang terdekat Trump bergantian mengajukan pertanyaan-pertanyaan sulit, termasuk topik-topik yang tidak mengenakkan seperti hukuman pidananya.
Tim Trump menyadari risiko Trump tampil agresif seperti saat berdebat dengan Joseph R Biden Jr pada tahun 2020. Pada waktu itu, Trump yang sedang terinfeksi Covid-19 berkeringat deras dan terus-menerus menyela lawannya.
Trump dikhawatirkan tidak akan bisa menahan diri untuk tidak menunjukkan rasa tidak sukanya yang mendalam terhadap Harris.
Selama sesi latihan, Trump berusaha diajari menjadi ”Trump yang bahagia” dalam debat dan bukan ”Trump yang jahat dan suka menindas”. Tim Trump yakin, Trump pasti akan menghadapi pertanyaan sulit tentang aborsi. Isu ini selama berminggu-minggu membuat tim Trump pusing karena Trump tampak tidak yakin bagaimana memosisikan dirinya.
Baca juga: Kamala Harris Mimpi Buruk Kelompok Sayap Kanan AS
Tak mau berkutat dengan isu aborsi, Trump akan berfokus pada masalah tingginya biaya hidup, konflik di dunia, termasuk Ukraina dan Timur Tengah, keselamatan publik, dan imigrasi. Isu-isu ini tak populer dari kebijakan pemerintahan Joe Biden dan menjadi kelemahan Kamala Harris.
”Mereka yang bertanggung jawab penuh atas mimpi buruk ekonomi dan perbatasan yang sedang kita alami. Dan tidak bisa begitu saja dilupakan,” kata penasihat Trump, Jason Miller.
Seperti halnya Trump, Harris juga bersiap menyerang Trump dengan caranya sendiri. Dia tidak akan seperti Biden yang menggambarkan Trump sebagai ancaman bagi demokrasi AS. Harris juga tidak akan memakai strategi Clinton yang mencela Trump sebagai seorang rasis dan misoginis. Toh, cara itu juga tak terbukti bisa mengalahkan Trump.
Baca juga: Biden Ungkap Alasan Mundur dari Bursa Capres karena Tekanan Partai Demokrat
Selama ini Harris menggambarkan Trump sebagai orang kaya yang hanya peduli untuk membantu orang kaya lainnya. Harris dan timnya sama-sama menyadari bahwa memberi tahu para pemilih betapa buruknya Trump itu adalah sesuatu yang sia-sia. Dijelek-jelekkan seperti apa, Trump masih akan punya banyak pendukung.
Pemilih mengambang
Harris akan coba mendekatkan diri pada pemilih yang belum menentukan pilihan karena kesal dengan masalah ekonomi dan khawatir tentang masa depannya. Para pemilih yang belum pasti ini masih ingin mendengarkan apa yang akan dilakukan setiap kandidat untuk memperbaiki kehidupan mereka.
Salah satu tantangan terbesar Harris adalah fakta bahwa Trump punya lebih banyak pengalaman debat. Harris harus coba menghilangkan rasa canggung sambil mengantisipasi bagaimana rasanya berada di dekat Trump yang belum pernah dia temui tetapi telah menyerang kebijakannya, masa lalu politiknya, dan bahkan identitas rasialnya.
Harris yakin Trump akan menyerang dirinya dari sisi latar belakang keluarga, hubungan politik, dan kehidupan pribadinya. Untuk membantu Harris agar lebih ”nyaman” saat berdebat, Harris dibantu Karen Dunn yang juga membantu persiapan debat Clinton.
Baca juga: Gen Z Jadi Rebutan Trump dan Harris Si ”Ratu Meme”
Selain itu, ada mantan penasihat kebijakan luar negeri Harris, Rohini Kosoglu, dan kepala staf Senat. Ada juga konsultan politik yang menjadi kepala strategi kampanye Harris pada 2020, Sean Clegg. Harris banyak dibantu Clegg dari sisi ketrampilan berbicara dengan cara yang mudah dipahami.
Harris dan timnya sama-sama menyadari bahwa memberi tahu para pemilih betapa buruknya Trump itu adalah sesuatu yang sia-sia. Dijelek-jelekkan seperti apa, Trump masih akan punya banyak pendukung.
Menurut majalah The Economist, 7 September 2024, debat presiden sebenarnya berguna bagi pemilih yang mengambang atau belum menentukan pilihan. Itu pun jika mereka menonton debat. Penelitian menunjukkan, para pemilih memperoleh manfaat paling banyak dari debat ketika mereka kurang mengenal para kandidat.
Dalam sejarah debat presiden AS, ada beberapa debat yang berdampak besar. Salah satunya, debat terakhir Biden-Trump, 27 Juni 2024, yang berujung pengunduran diri Biden dari pencalonan gara-gara performa debatnya sangat buruk.
Namun, dalam keadaan normal, debat jarang membuat perbedaan. Mereka yang menonton debat cenderung sudah tertarik dengan politik dan sudah termasuk pemilih yang sudah menentukan pilihannya.
Baca juga: Kamala Harris Menguat sebagai Capres Demokrat, Trump: Dia Lebih Mudah Dikalahkan
Debat presiden mulai dianggap penting saat John F Kennedy dan Richard Nixon beradu pendapat di televisi pada 1960. Para kandidat bisa mendapat momentum jika performanya baik dan bahkan bisa mengubah permainan. Namun, jika melakukan kesalahan, akan diingat sepanjang masa.
Seperti kesalahan Presiden Gerald Ford saat berdebat dengan Jimmy Carter pada 1976. Ford mengklaim ”tidak ada dominasi Soviet di Eropa Timur dan tidak akan pernah ada di bawah pemerintahan Ford”. Padahal, pada waktu itu Uni Soviet yang mengendalikan sebagian besar wilayah itu. Menyadari dirinya keliru, Ford berhari-hari coba memperbaikinya saat kampanye. Namun, dia kalah pemilu.
Berbeda dengan pandangan umum, pakar debat AS, Robert Erikson dari Universitas Columbia dan Christopher Wlezien dari Universitas Texas, justru skeptis dengan pengaruh debat. Keduanya menganalisis pemilihan presiden selama 1960-2008. Mereka menemukan jajak pendapat yang dilakukan sebelum debat sangat mirip dengan jajak pendapat yang dilakukan seminggu setelahnya.
Analisis lebih lanjut oleh The Economist terhadap data yang dikumpulkan oleh peneliti yang sama menunjukkan bahwa debat juga tidak banyak berpengaruh pada tahun 2012, atau bahkan 2016, ketika pertarungan langsung pertama antara Clinton-Trump menarik rekor 84 juta pemirsa.
Aturan debat
Debat akan disiarkan langsung dari National Constitution Center di Philadelphia. Tidak akan ada penonton langsung yang hadir di ruangan debat. Acara selama 90 menit itu akan dimoderatori oleh pembawa acara ABC, David Muir dan Linsey Davis.
Mikrofon setiap kandidat hanya akan aktif saat giliran mereka berbicara dan dimatikan saat kandidat lain berbicara. Hanya moderator yang diizinkan untuk mengajukan pertanyaan dan tidak ada topik atau pertanyaan yang akan dibagikan terlebih dahulu kepada para kandidat.
Aturan lainnya adalah kandidat tidak akan memberikan pernyataan pembukaan. Mereka akan diberi waktu dua menit untuk menjawab setiap pertanyaan dan dua menit untuk lawan saat sesi bantahan.
Akan ada satu menit tambahan untuk ”tindak lanjut, klarifikasi, atau tanggapan”. Pada akhir debat, setiap kandidat akan memberikan pernyataan penutup selama dua menit. Trump akan berbicara setelah Harris karena sesuai dengan hasil lemparan koin virtual.
Baca juga: ”Curhat” Tim Kampanye Trump Mengatasi Ketertinggalan Melawan Harris
Selama debat, para kandidat hanya boleh berdiri di belakang podium. Tidak boleh ada alat peraga atau bawa catatan. Kedua kandidat masing-masing akan diberi pena, kertas, dan sebotol air. Selama dua kali jeda iklan, staf kampanye dilarang berbicara atau berinteraksi dengan para kandidat. (REUTERS/AFP/AP)