Serbuan 144 Pesawat Nirawak Ukraina Kejutkan Rusia
Rusia tergagap karena 144 pesawat nirawak Ukraina menyasar Moskwa dan kota lain. Ukraina semakin gencar menyerang.
Oleh
IWAN SANTOSA
·3 menit baca
MOSKWA, SELASA — Rusia tergagap karena setidaknya 144 pesawat nirawak berpeledak milik Ukraina menyerang Moskwa dan kota-kota lain. Rusia membalas dengan menerbangkan setidaknya 46 pesawat nirawak yang sebagian dibuat Iran.
Kementerian Pertahanan Rusia mengumumkan, 72 pesawat nirawak Ukraina dijatuhkan di atas Bryansk pada Selasa (10/9/2024) dini hari. Sementara di atas Kursk dan Moskwa masing-masing 14 dan 20 pesawat. Militer Rusia juga menjatuhkan sejumlah pesawat lain di beberapa provinsi.
Bryansk bersebelahan dengan Kursk, provinsi Rusia yang sebagian wilayahnya diduduki Ukraina sejak 6 Agustus 2024. Di provinsi ini terdapat markas skuadron angkut berat militer Rusia. Provinsi itu juga menjadi pusat industri baja dan kereta api Rusia.
Sementara itu, serangan ke Moskwa membuat bandara-bandara di ibu kota Rusia itu kembali ditutup. Bandara Zhukovsky, Sheremetyevo, Domodedovo, dan Vnukovo berhenti melayani penerbangan sampai Selasa pagi.
Wali Kota Moskwa Sergei Sobyanin membagikan rekaman video ledakan dan bola api di langit. Menurut Sobyanin, ledakan itu terjadi karena artileri pertahanan udara Rusia menjatuhkan pesawat nirawak Rusia.
Kerusakan, menurut Sobyanin, disebabkan puing pesawat nirawak menimpa sejumlah bangunan. Api terlihat di bagian atas sejumlah bangunan di sekitar Zhukovsky.
Sementara di Tula, kilang dan depo minyak jadi sasaran. Rusia mengklaim, pesawat diledakkan di atas kilang dan depo. Tidak ada gangguan produksi dan distribusi minyak akibat serangan tersebut.
Serangan balasan
Kyiv menyebut, Rusia menerbangkan 46 pesawat nirawak berpeledak ke Ukraina. Kyiv menjatuhkan 38 pesawat dan meledak di langit. Menurut Kyiv, tiga pesawat lain jatuh dan tidak terlacak lagi posisinya.
Sementara empat pesawat lain hanya melintasi langit Ukraina tanpa menuju sasaran. Ada juga tiga pesawat jatuh di Luhansk, provinsi Ukraina yang mayoritas wilayahnya diduduki Rusia. Semua pesawat disebut model Shahed 136 dan 131, buatan Iran.
Pada Senin dini hari, Ukraina menjatuhkan enam pesawat nirawak dan dua rudal Rusia. Sebagian dijatuhkan dengan arhanud. Sebagian lagi jatuh karena pengacak sinyal.
Ukraina menjadikan pengacak sinyal sebagai salah satu penangkis pesawat nirawak Rusia. Meski belum bisa sepenuhnya melindungi langit Ukraina, perangkat perang elektronik itu cukup membantu saat ada serangan pesawat nirawak.
Pada Senin siang, Kemenhan Latvia menyebut salah satu pesawat nirawak Rusia menerobos langit Latvia. Pesawat itu jatuh dekat perbatasan Latvia-Belarus pada 7 September 2024. Menurut Riga, pesawat Moskwa itu jatuh sendiri.
Latvia membawa masalah itu ke Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Latvia salah satu anggota NATO yang berbatasan dengan Rusia.
Adapun Kemenlu Ukraina memanggil Kuasa Usaha Kedutaan Besar Iran Shahriar Amouzegar. Kyiv menuding Teheran memasok rudal ke Moskwa. Dengan rudal Iran, Rusia bisa terus menyerang Ukraina.
Juru Bicara Kemlu Iran Nasser Kanaani membantah tuduhan tersebut. ”Penuduh Iran justru pemasok senjata terbesar ke salah satu pihak yang berperang,” kata Kanaani.
Petinggi Garda Revolusi Iran (IRGC) Brigadir Jenderal Fazlollah Nozari mengatakan, tidak ada rudal Iran dikirim ke Rusia. ”Klaim tersebut adalah bagian dari perang urat saraf terhadap Iran. Iran tidak mendukung pihak mana pun dalam perang di Ukraina,” ujarnya.
Pasokan rudal Iran menjadi sorotan CNN dan The Wall Street Journal pekan lalu. Teheran disebut mengirim rudal jarak pendek ke Moskwa.
Juru Bicara Uni Eropa Peter Stano menyebutkan, informasi intelijen soal pasokan rudal itu akurat. Petinggi UE sedang membahas informasi itu dan menindaklanjuti dengan sanksi terhadap Iran.
Informasi pasokan itu disebut berasal dari Amerika Serikat. Washington diduga akan segera mengumumkan informasi itu. Meski demikian, Koordinator Komunikasi Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby menyatakan dirinya tidak bisa mengonfirmasi laporan tersebut. (AP/AFP/REUTERS)