Paus Fransiskus Ajak Umat Papua Niugini Menjadi Pribadi Kokoh
Paus Fransiskus menegaskan pentingnya menjadi pribadi kokoh dan menjadi keluarga serta komunitas yang bisa diteladani.
PORT MORESBY, KOMPAS — Dalam kunjungan apostoliknya ke Papua Niugini, Paus Fransiskus menggelar misa akbar di Port Moresby dan menemui umat serta misionaris di Vanimo. Dalam kesempatan tersebut, Paus mengajak agar umatnya menjadi pribadi yang kokoh, tidak takut dan mau terlibat.
Papua Niugini menjadi negara kedua setelah Indonesia yang dikunjungi dalam rangkaian perjalanan apostolik-nya yang ke-45. Ia ada di Papua Niugini sejak Jumat (6/9/2024) hingga Senin (9/9/2024) sebelum melanjutkan lawatan ke Timor Leste dan Singapura.
Dalam pesannya di hadapan ribuan umat yang memadati lapangan di depan Katedral Salib Suci, Vanimo, Minggu (8/9/2024), Paus Fransiskus menegaskan pentingnya menjadi pribadi kokoh, dan menjadi keluarga dan komunitas yang layak diteladani. Menurut dia, setiap orang beriman dapat menjadi teladan hidup beriman bagi orang lain. Hal itu dapat terwujud dengan menumbuhkan pribadi yang menolak segala yang buruk, termasuk takhayul dan rasa takut.
Baca juga: Usai Misa di Port Moresby, Paus Fransiskus Langsung ke Vanimo
Paus Fransiskus juga menyebut, hal itu juga dapat diterapkan dalam hidup keluarga dan komunitas, terutama dalam upaya mengikis habis kekerasan, perselingkuhan, dan eksploitasi. ”Marilah kita ingat bahwa kasih lebih kuat dari semua ini dan keindahannya dapat menyembuhkan dunia karena kasih berakar pada Tuhan. Marilah kita sebarkan dan pertahankan kasih,” kata Paus Fransiskus.
Keindahan alam Vanimo juga disinggung Paus dalam sambutannya. Kendati keindahan alam itu menarik pagi para wisatawan, Paus Fransiskus mengingatkan bahwa hal itu bukanlah yang utama.
”Para wisatawan biasanya merujuk pada keindahan alam yang mereka nikmati. Namun, kita tahu bahwa ini bukanlah harta karun terbesar di sini. Ada harta karun yang lebih indah dan memesona. Harta karun itu dapat ditemukan di hati Anda dan terwujud dalam kasih sayang yang Anda berikan kepada satu sama lain,” kata Paus asal Argentina tersebut.
Baca juga: Vanimo, Kota Terpencil di Papua Niugini yang Mencuri Perhatian Paus Fransiskus
Terlibat
Sebelum bertemu dengan umat dan misionaris di Vanimo, Paus Fransiskus sempat mempersembahkan misa di Stadion Sir John Guise, Port Moresby, Papua Niugini. Dalam kotbahnya, Paus Fransiskus mengajak umat untuk tidak takut dan terus menguatkan diri, terutama dengan bersandar pada Tuhan.
Paus mengajak umat tidak menutup diri. Menurut dia, sikap menutup diri justru akan membuat batin menjadi ”tuli” dan ”bisu”. Sikap menutup diri tersebut antara lain merupakan wujud keegoisan, ketidakpedulian, dendam, dan kebencian.
”Semua ini menjauhkan kita dari Allah, dari saudara-saudari kita, dari diri kita sendiri dan dari sukacita hidup,” kata Paus Fransiskus dalam homilinya.Baca juga: Papua Niugini Siapkan Karpet Merah untuk Paus Fransiskus
Menurut Paus Fransiskus, hanya dengan bersikap terbuka, seseorang dapat berkontribusi secara optimal, baik untuk dirinya sendiri, keluarga, komunitas, bahkan dunia. Paus pun mengajak umat untuk tidak terpasung pada posisi geografis Papua Niugini yang berada di Pasifik Selatan, yang seolah-olah ”terpisah” dari dunia.
Paus pertama
Kedatangan Paus Fransiskus di Vanimo, Papua Niugini, menjadi bagian dari sejarah Gereja. Pasalnya, Paus Fransiskus menjadi paus pertama yang menginjakkan kaki di Vanimo.
Selain bertemu dengan umat dan misionaris. Paus juga berkunjung ke Vanimo dengan membawa bantuan kemanusiaan dan mainan.
Vanimo merupakan kota kecil berpenduduk 14.000 jiwa. Seperti dilansir media Australia, ABC, 4 September 2024, kota ini berjarak 1.000 kilometer dari Port Moresby, tepatnya di Provinsi Sandaun yang berbatasan dengan Indonesia.
Baca juga: Sambut Paus Fransiskus, Ekspor-Impor melalui Motaain Dihentikan
Menurut Uskup Francis Meli di Vanimo, Vanimo merupakan kota paling terpencil dan kurang beruntung di negara yang miskin dan beragam itu. Washington Post, Jumat (6/9/2024), melaporkan, modernitas menjadi hal langka di Vanimo.
Washington Post yang mengutip situs gereja menyebutkan, tidak ada air bersih untuk lebih dari 120.000 orang yang tinggal di keuskupan tersebut. Listrik merupakan kemewahan bagi segelintir orang yang mampu membeli panel surya atau generator portabel.
Rombongan Kepausan yang terbang ke Vanimo dibagi dalam dua gelombang. Rombongan jurnalis berangkat menggunakan Air Niugini, sedangkan Paus Fransiskus terbang dengan pesawat angkut C-130J milik Angkatan Udara Australia.
Warga sangat antusias untuk menyambut Paus Fransiskus. Pertemuan Paus dan umat di Vanimo digelar di sebuah lapangan di depan Katedral Salib Suci Vanimo. Lokasinya tak jauh dari Bandara Vanimo.
Baca juga: Menanti Berkat Kedua dari Paus di Timor Leste
Paus dan rombongan tidak menginap di Vanimo. Rombongan harus kembali ke Port Moresby sebelum petang. Pasalnya, Bandara Vanimo belum dilengkapi dengan instrumen untuk menunjang penerbangan malam hari.
Harian Kompas yang hadir di lapangan merasakan euforia umat yang bernyanyi dan menari menyambut kedatangan Paus Fransiskus. Saat pesawat yang digunakan Paus melintas di atas lapangan, teriakan dan sorak-sorai umat semakin kencang. Bagi umat, Paus dipandang sebagai simbol harapan dan perdamaian.
Timor Leste
Seusai dari Papua Niugini, Paus Fransiskus diagendakan tiba di Timor Leste pada Senin (9/9/2024). Terhitung mulai Minggu (8/9/2024), kegiatan ekspor dan impor di Pos Lintas Batas Negara atau PLBN Terpadu Motaain, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, dihentikan sementara. Penghentian dilakukan demi mendukung kelancaran perjalanan umat Katolik yang hendak mengikuti misa akbar bersama Paus Fransiskus di Dili, Timor Leste.
Administrator PLBN Terpadu Motaain Maria Fatima Rika mengatakan, ekspor-impor akan kembali dibuka pada 12 September 2024. ”Ini berdasarkan hasil kesepakatan bersama antara PLBN Terpadu Motaain dan Pos Batugade Timor Leste,” katanya.
Baca juga: Papua Niugini Siapkan Karpet Merah untuk Paus Fransiskus
Perjalanan umat Katolik dari NTT ke Timor Leste diperkirakan mulai meningkat pada Minggu ini dan akan memuncak pada Senin (9/9/2024). Adapun rencana kedatangan Paus Fransiskus pada Senin. Selanjutnya, Paus akan memimpin misa akbar pada Selasa (10/9/2024).
PLBN Terpadu Motaain kini menjadi satu-satu pelintasan Indonesia-Timor Leste yang masih dibuka. Total ada empat pelintasan resmi. Tiga pelintasan lain, yakni PLBN Motamasin, PLBN Napan, dan PLBN Wini, sudah ditutup sejak 1 September lalu. Penutupan itu dengan alasan keamanan menjelang kunjungan Paus Fransiskus.
Sekretaris Umum Pusat Pastoral Keuskupan Atambua Yosef ML Hello mengatakan, sekitar 600 umat Katolik dari Keuskupan Atambua akan berangkat ke Dili pada Senin. Mereka akan menempuh perjalanan selama 2-3 jam dengan menggunakan bus dan minibus.
Baca juga: Belum Kesampaian Bertemu Paus Fransiskus, Obati dengan Pernak-pernik Ini
Selain dari Keuskupan Atambua, umat yang akan menuju Dili juga berasal dari Keuskupan Agung Kupang serta mereka yang pergi secara mandiri. Diperkirakan, pergerakan umat Katolik dari NTT ke Timor Leste mencapai lebih dari 1.000 orang.
Kunjungan Paus Fransiskus ke Dili ini menghadirkan kembali memori tentang kunjungan Paus Yohanes Paulus II tahun 1989. Kala itu, Dili masih menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebanyak 250.000 orang menghadiri misa yang dipimpin Paus Yohanes Paulus II di Lapangan Tasitolu, Dili, kala itu.
==============
Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam Whatsapp Group Pembaca Kompas”Liputan Khusus Kunjungan Paus”. Melalui grup tersebut, Kompas akan mengirimkan rekomendasi bacaan terkait kunjungan Paus Fransiskus. Klik di sini untuk mendaftar dan bergabung.