Gara-gara Lift Rusak, Sekretaris Kabinet Jepang Terjebak 30 Menit
Jepang bisa lalai juga dalam perawatan lift. Kepala Sekretaris Kabinet terjebak dalam lift rusak sehingga rapat mundur.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·3 menit baca
TOKYO, JUMAT — Sebagai negara maju dengan segala infrastruktur modern, Jepang juga dikenal dengan pemeliharaan dan perawatan bangunan yang ketat. Namun entah bagaimana, lift di kantor Perdana Menteri Jepang macet dan membuat kepala sekretaris kabinet terjebak di dalamnya. Alhasil, rapat kabinet mundur 20 menit.
Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yoshimasa Hayashi dalam konferensi pers, Jumat (6/9/2024), menuturkan hal itu. Mengutip dari The Maniachi, pada Jumat pagi sedianya Hayashi hendak mengikuti rapat kabinet. ”Saat pergi dari kantor ke ruang rapat kabinet, lift tidak berfungsi. Saya tidak segera sampai ke ruang rapat. Saya terjebak di dalam selama sekitar 30 menit,” jawab Hayashi dalam konferensi pers itu.
Menurut sumber di kantor perdana menteri, selain Hayashi ada dua orang lainnya yang terjebak di dalam lift. Keduanya adalah sekretaris dan seorang petugas keamanan. Sumber itu juga mengatakan, pendingin ruangan (AC) di dalam lift tidak berfungsi dan sulit mendapatkan sinyal telepon seluler.
Akibatnya, Hayashi tidak bisa mencapai ruang rapat tepat waktu. Rapat disebutkan sempat tertunda 20 menit karena Hayashi tak kunjung muncul. Akhirnya, rapat kabinet langsung diambil alih Perdana Menteri Fumio Kishida.
Insiden itu terjadi setelah pengumuman Hayashi baru-baru ini tentang pencalonannya sebagai Presiden Partai Demokrat Liberal bulan ini. Juru bicara pemerintah mengatakan, dia tidak merasa ada masalah khusus dengan kondisi fisiknya setelah kecelakaan itu.
Selalu khawatir
Terkait masalah pemeliharaan dan perawatan, menurut The Mainichi, 14 Desember 2021, Jepang yang berada di kawasan cincin api dan palung memang selalu hidup dengan kekhawatiran dan bahaya gempa bumi. Situasi itu membuat Jepang memiliki kekhawatiran spesifik, orang-orang tetap berisiko terjebak di dalam lift saat gempa terjadi.
Data dari Asosiasi Lift Jepang, sampai dengan Maret 2021 terdapat 772.715 lift di seluruh Jepang. Orang-orang cenderung terjebak di dalam lift saat gempa bumi kuat melanda daerah perkotaan yang memiliki banyak apartemen dan gedung-gedung tinggi.
Ketika gempa bumi kuat mengguncang Prefektur Osaka utara pada 2018, sekitar 63.000 lift ditutup di 11 prefektur, termasuk Osaka. Dari jumlah tersebut, orang-orang terjebak dalam 346 lift di lima prefektur.
Pada gempa bumi berkekuatan 6,1 skala seismik Jepang mengguncang 23 distrik di Tokyo pada Oktober 2021, sekitar 78.000 lift berhenti beroperasi. Orang-orang terjebak di 25 lift.
Menurut Asosiasi Lift Jepang, seseorang dapat terjebak di dalam lift jika gempa bumi menyebabkan gerbong lift keluar dari relnya, di antara lantai atau jika rem daruratnya aktif. Untuk menghindari hal itu, pengelola gedung memasang alat operasi pengendali gempa.
Alat ini secara otomatis menghentikan gerbong lift di lantai terdekat agar penumpang dapat menyelamatkan diri saat guncangan terdeteksi. Pemasangan alat ini diatur berdasarkan Perintah Penegakan Undang-Undang Standar Bangunan tahun 2009. Asosiasi Lift Jepang menyatakan, alat ini dipasang di sekitar 590.000 lift di negara tersebut.
Melansir dari The Mainichi, siapa pun dapat terjebak di dalam lift kapan saja di negara yang rawan gempa bumi. Akan tetapi, tindakan pencegahan yang lebih baik belum tersedia, terutama untuk lift apartemen.
Penyelamatan orang yang terjebak di dalam lift pada dasarnya diserahkan kepada karyawan perusahaan perawatan lift dan layanan penyelamatan. Namun, tergantung pada kondisi kerusakan, staf perawatan dan petugas penyelamat mungkin tidak dapat mencapai lokasi kejadian dengan cepat.
Oru Kamaishi, Sekretaris Jenderal Kelompok Tindakan Pencegahan Bencana Swasta Saigai Taisaku Kenkyukai, merekomendasikan agar serikat pekerja pengelola gedung meminta warga untuk membahas bahaya ini dan perlunya menjalankan latihan evakuasi. ”Mereka perlu benar-benar melakukannya,” kata Kamaishi.