Paus Fransiskus dan Tonggak Baru Relasi Takhta Suci-Dunia Muslim
Umat Islam-Katolik berdampingan berabad-abad. Spirit persaudaraan kuncinya. Paus Fransiskus menancapkan tonggak baru.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
Hari Kamis (5/9/2024), Paus Fransiskus dan Imam Besar Masjid IstiqlalNasaruddin Umar menandatangani perjanjian bersama mengenai persaudaraan dan perdamaian. Komitmen ini mempererat dialog antarumat beragama, terutama antara Takhta Suci dan umat Islam, seperti yang diupayakan oleh Paus.
Perjanjian paling terkenal yang ditandatangani oleh Paus Fransiskus adalah pada Februari 2019 di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Bersama Imam Besar Al-Azhar Sheikh Ahmed al-Tayeb, Paus Fransiskus meneken Perjanjian Persaudaraan untuk Perdamaian Dunia. Pada saat yang sama, kedua pemuka agama itu menjadi penerima Penghargaan Zayed untuk Persaudaraan yang pertama.
Perjanjian tersebut dianggap sebagai dokumen terpenting hubungan Takhta Suci dengan umat Islam setelah Doktrin Kedua Vatikan. Di dalam perjanjian itu dijelaskan, iman sejatinya membuat seseorang melihat orang lain sebagai saudara. Membunuh satu orang sama dengan membunuh kemanusiaan.
Dokumen itu juga menjabarkan mengenai aksi nyata dari iman dan persaudaraan. Di dalamnya dijelaskan mengenai amalan menolong mereka yang miskin dan terpinggirkan, memperhatikan para pengungsi, anak yatim piatu, dan korban perang.
Imam Jesuit Inggris, Damian Howard, yang meneliti soal hubungan Islam-Katolik menjelaskan, selama berabad-abad, umat Katolik dan Islam hidup berdampingan. Bahkan, masjid dan gereja pun bersebelahan.
”Namun, secara spiritual terpisah jauh. Ini yang kemudian ditinjau kembali mengenai makna dan praktik spiritual mengedepankan kemanusiaan,” kata Howard kepada majalah America The Jesuit Review edisi 6 Maret 2021.
Howard menjelaskan, Paus Yohanes Paulus II adalah pelopor gerakan kerja sama antarumat beragama yang signifikan. Ia secara khusus mendekati negara-negara dengan mayoritas penduduk Muslim dan menjembatani berbagai dialog.
Pada 2006, hubungan Vatikan dengan komunitas Muslim global memburuk karena pidato Paus Benediktus XVI di Regensburg, Jerman. Howard menuturkan, sejatinya pidato itu mengkritik sekularisme yang negatif dengan mengutip pernyataan Kaisar Bizantium.
Namun, penafsirannya menjadi bola liar yang oleh masyarakat global diartikan menghina agama Islam. Paus Benediktus XVI menunjukkan bahwa tidak ada niatan mencederai hubungan kedua agama besar dunia tersebut. Pada tahun yang sama, ia mengunjungi Masjid Biru di Istanbul, Turki, dan berdoa sembari menghadap ke arah Kabah sebagai tanda persaudaraan.
Hubungan Vatikan-Islam membaik, tetapi belum bisa kembali ke keakraban semula.
Hal ini berubah dengan terpilihnya Paus Fransiskus pada 2013. Setelah terpilih, ia menyuarakan pentingnya perlindungan terhadap kelompok migran yang terpaksa meninggalkan kampung halaman akibat konflik, bencana, dan kemiskinan. Paus mengecam ketidakdilan terhadap bangsa Palestina dan mengkritik meletusnya perang di Suriah.
Semua itu dipantau oleh Al-Azhar di Mesir. Sekretaris Jenderal Majelis Hukama Muslimin Mohamed Abdelsalam, yang turut membidani lahirnya Perjanjian Persaudaraan 2019, memaparkan kepada majalah America edisi 13 April 2021, Sheikh Al-Tayeb melihat terpilihnya Paus Fransiskus sebagai awal baru yang positif bagi relasi Vatikan-Islam.
”Paus dan Sheikh sama-sama menyerukan moderasi beragama dan mengutamakan dialog untuk mengatasi perbedaan. Hubungan Al-Azhar dengan Vatikan kembali aktif,” ujarnya.
Ketika tiba jam makan siang, Paus Fransiskus mengambil roti di piringnya dan menyobeknya menjadi dua potong. Satu potong ia bagi kepada Sheikh Al-Tayeb sebagai simbol persaudaraan.
Abdelsalam menemani Sheikh Al-Tayeb bertemu Paus Fransiskus untuk pertama kalinya di Vatikan pada 23 Mei 2016. Ketika tiba jam makan siang, Paus mengambil roti di piringnya dan menyobeknya menjadi dua potong. Satu potong ia bagi kepada Sheikh Al-Tayeb sebagai simbol persaudaraan.
”Sejak saat itu, dialog dengan Vatikan sangat lancar sampai lahir perjanjian tersebut dan terus berkiprah di dalam penerapannya,” kata Abdelsalam.
Paus Fransiskus tidak hanya dekat dengan komunitas Muslim Sunni. Hal ini tampak dengan kunjungannya ke Baku, Azerbaijan, pada Maret 2021. Ia melakukan dialog dengan komunitas Syiah setempat. Setelah itu, Paus ke Kairo di Mesir dan diakhiri ke kota kuno Ur di Irak.
Di Ur, ia juga bertemu dengan perwakilan agama-agama kuno Mesopotamia. Pesan yang disampaikan di tiga pertemuan itu ialah agama sebagai jalan pencerahan hanya bisa tercapai apabila kita memedulikan dan membantu sesama. Paus juga mengunjungi kota Mosul yang hancur akibat serangan Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS).
”Kemampuan manusia berbuat kejam sukar dipercaya,” ujarnya. Ia memuji Jordania dan Lebanon yang membuka pintu untuk para pengungsi.
Konsistensi Paus Fransiskus menjembatani dialog antaragama ini bukan tanpa kritik. Ada pula pihak-pihak yang menuduh dia murtad. Paus bergeming dan menjelaskan bahwa Doktrin Kedua Vatikan menekankan kemanusiaan dan keimanan berjalan beriringan.
”Kita harus saling mendoakan, berdialog, dan saling meminta nasihat. Itu semangat bersaudara dengan semua,” kata Paus Fransiskus kepada Religion News Service, 8 Maret 2021.