Abaikan Protes China, Malaysia Tetap Cari Minyak di Laut China Selatan
China kerap baku protes diam-diam dengan sejumlah negara soal Laut China Selatan. Hanya dengan Filipina kerap bentrok.
Oleh
IWAN SANTOSA
·2 menit baca
VLADIVOSTOK, KAMIS - Malaysia akan meneruskan pencarian sumber minyak baru di Laut China Selatan. Keputusan itu disampaikan hampir tujuh bulan selepas China meminta Malaysia berhenti melakukan itu.
Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim memastikan kelanjutan pencarian itu pada Kamis (5/9/2024) di Vladivostok, Rusia. Di sana, ia bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin dan Wakil Presiden China Han Zeng. Mereka hadir dalam forum kerja sama ekonomi.
”Kami tidak pernah menolak dialog dengan China. Akan tetapi, itu bukan berarti kami menghentikan eksplorasi migas di area kami,” kata Anwar.
Menurut dia, China mengirimkan beberapa protes. Intinya, Beijing meminta Kuala Lumpur berhenti mencari minyak di lokasi yang disebut dalam protes.
Tidak diperincikan apa saja keberatan Beijing. Malaysia, kata Anwar, akan terus menjelaskan posisinya kepada China.
”Kami menyatakan tidak akan melanggar wilayah orang lain. Itu adalah prinsip Malaysia dalam berhubungan baik. China memahami posisi kami. Mereka mengklaim Malaysia melanggar wilayah mereka. Itu bukanlah yang terjadi. Malaysia menyatakan, itu adalah wilayah kami,” tutur Anwar.
Presiden Petronas Muhammad Taufik Tengku Aziz mengatakan, perusahaan migas Malaysia itu beroperasi sesuai ketentuan. Lokasi operasi dinyatakan masih dalam perairan yang menjadi hak Malaysia. ”Kami menjalankan kewajiban secara aman dan selaras dengan batas wilayah berdasarkan peta 1979,” ujarnya kepada kantor berita Bernama.
Sementara Beijing belum kunjung berkomentar tentang masalah tersebut. Kementerian Luar Negeri China belum kunjung membuat pernyataan. Media-media China juga belum membahasnya.
Bocoran surat
Dilaporkan media Filipina, The Inquirer, Beijing memprotes pencarian itu. Protes disampaikan lewat surat kepada Kedutaan Besar Malaysia di Beijing pada 18 Februari 2024.
Redaksi The Inquirer mengaku menerima foto surat itu dari seorang jurnalis Malaysia. Tidak disebut lebih lanjut dari mana jurnalis itu mendapat foto tersebut. Identitasnya juga tidak diungkap.
Pangkal protes adalah pencarian sumber minyak dan gas baru oleh perusahaan Malaysia, Petronas. Pencarian dilakukan di sekitar gugusan Beting Luconia. Gugusan itu membentang hingga 100 kilometer.
Titik terdekat gugusan berjarak 100 km dari Miri, Sarawak. Sementara titik terjauhnya tidak sampai 210 km. Malaysia menamai gugusan itu sebagai Raja Jarum.
Adapun China menyebutnya bagian dari Nansha Qundao, nama Kepulauan Spratly menurut versi China. Dari Hainan, pulau terdekat China dengan Spratly, Beting Luconia berjarak 1.400 km.
Pada Rabu (4/9/2024), Kementerian Luar Negeri Malaysia meminta kepolisian menyelidiki surat di The Inquirer. Penyelidikan internal juga sedang dilakukan.
Malaysia juga akan terus mengutamakan dialog dan jalur diplomasi untuk menjaga keamanan, kedamaian, dan kestabilan Laut China Selatan. Hal itu berlaku juga untuk China.
Sengketa lama
Malaysia salah satu negara yang bersengketa dengan China soal klaim atas Laut China Selatan. Selain dengan China, Malaysia juga bersengketa dengan Indonesia, Singapura, Filipina, Brunei Darussalam, Thailand, dan Vietnam.
Adapun China bersengketa dengan Vietnam, Malaysia, dan Filipina soal klaim di Laut China Selatan. China juga menganggap ada sengketa dengan Indonesia. Sementara Indonesia menegaskan tidak ada sengketa apa pun dengan China soal klaim di Laut China Selatan.
Di antara semua negara yang bersengketa itu, dengan Filipina saja China berkali-kali bentrok. Kapal-kapal China berkali-kali bertabrakan dengan kapal-kapal Filipina, aparat China berulang kali bentrok dengan aparat Filipina di laut tersebut.
Adapun dengan negara lain, China hanya kerap baku protes diam-diam. Nota-nota protes saling dikirimkan antarpemerintah dan dipertukarkan di antara para diplomat. (AFP/REUTERS)