Inggris Umumkan Penangguhan Simbolis Ekspor Senjata ke Israel
Ada risiko senjata Inggris dipakai Israel untuk melanggar hukum internasional.
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
LONDON, SELASA — Pemerintah Inggris menangguhkan 30 dari 350 izin ekspor persenjataan ke Israel. Izin ekspor suku cadang jet F-35, yang dipakai Israel untuk mengebom Gaza dan Tepi Barat, tidak termasuk yang ditangguhkan.
Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy mengumumkan penangguhan di parlemen, Senin (2/9/2024), di London. Suku cadang jet tempur, pesawat nirawak, dan helikopter akan terdampak. ”Ini bukan larangan total, bukan embargo senjata,” ujarnya.
Menurut BBC, pengumuman itu lebih bersifat politis daripada berdampak secara militer. Porsi ekspor senjata Inggris ke Israel hanya setara 1 persen dari seluruh impor pertahanan Israel. Hingga 69 persen persenjataan Israel dipasok Amerika Serikat.
Pemerintah Inggris juga tidak menjual langsung persenjataan ke Israel. Inggris hanya menerbitkan izin ekspor bagi produsen untuk menjual senjata ke Israel.
Menurut Lammy, penangguhan akan dicabut jika Inggris menilai risiko berkurang. ”Penilaian membuat saya tidak bisa menyimpulkan selain bahwa untuk sebagian ekspor senjata Inggris ke Israel, ada risiko jelas senjata itu dipakai untuk melakukan atau memfasilitasi pelanggaran serius hukum kemanusiaan internasional,” ujarnya.
Meski menangguhkan izin ekspor, London tidak menyimpulkan ada pelanggaran hukum internasional oleh Israel di Gaza dan Tepi Barat. Inggris tidak menentukan Israel bersalah atau tidak. Pemerintah Inggris hanya menjalankan kewajiban hukum untuk menelaah semua izin ekspor.
Lammy mengatakan, sejumlah anggota parlemen dan pakar hukum bersuara soal izin ekspor persenjataan Inggris ke Israel. Setelah Partai Buruh menang pemilu, Pemerintah Inggris menindaklanjuti kekhawatiran itu. Caranya, pemerintah memeriksa izin ekspor dan potensi penggunaan komoditas itu dalam operasi militer Israel.
Pada awal Agustus 2024, Mark Smith, diplomat Inggris, mengundurkan diri. Keputusan itu dia buat untuk memprotes penjualan senjata dari Inggris ke Israel.
Pembebasan sandera
Keluarga warga Israel yang disandera di Gaza terus mengungkap kemarahan pada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Dilaporkan The Times of Israel, Forum Keluarga Sandera menyebut Netanyahu tidak berniat memulangkan sandera hidup-hidup. ”Pidatonya penuh kebohongan,” demikian pernyataan mereka menanggapi pidato Netanyahu soal sandera.
Forum menyatakan, Netanyahu tidak boleh terus didukung. Mereka menyebut Netanyahu membiarkan sandera di Gaza.
Sementara Presiden AS Joe Biden menyebut Netanyahu tidak berbuat cukup untuk pembebasan sandera. AS dan sejumlah negara masih fokus mengupayakan hal itu.
Salah seorang pejabat AS dalam perundingan itu menyebut, Netanyahu terus menghancurkan peluang kesepakatan tercapai. Sampai akhir pekan lalu, menurut pejabat itu kepada CNN, para penengah dan juru runding kembali mendekati peluang kesepakatan tercapai.
Peluang itu hancur karena Netanyahu menyatakan Israel akan terus menduduki Koridor Philadelphia. Koridor itu memisahkan Gaza dengan Mesir. ”Orang ini (Netanyahu) menorpedo semuanya dengan satu pidato,” kata pejabat tersebut.
Tuntutan itu menunjukkan, Netanyahu terus berusaha mengubah permintaan dalam perundingan dengan Hamas. Akibatnya, kesepakatan sulit dicapai.
Pendudukan permanen Israel pada Koridor Philadelphia bertentangan dengan sikap AS soal masa depan Gaza. AS menegaskan, seluruh Gaza harus sepenuhnya dikendalikan Palestina.
Juru runding Hamas, Khalil Al-Hayya, menegaskan, tidak ada kesepakatan apa pun tanpa penarikan pasukan Israel dari koridor itu. Bagi Hamas, penarikan pasukan Israel dari seluruh Gaza dan tentu saja Koridor Philadelphia adalah prioritas dan tidak dapat ditawar. Ia menuding, Israel memprioritaskan pendudukan daripada pertukaran sandera dan tawanan.
Dalam usulan Biden pada 31 Mei 2024, penarikan pasukan Israel dan pertukaran tawanan menjadi bagian tak terpisahkan. Penarikan dan pertukaran dilakukan secara bertahap sembari ada perundingan untuk gencatan senjata. (AFP/REUTERS)