Pekerja NPC berdampak buruk pada dirinya, rekan, dan tempat kerjanya. Kenali ciri pekerja NPC yang buruk bagi karier.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·4 menit baca
Apakah Anda termasuk karyawan yang tidak terlalu peduli dengan pekerjaan Anda? Tidak terlampau hirau dengan tempat dan teman kerja? Mungkin, sebaiknya mulai memikirkan ulang sikap itu. Jangan sampai menjadi, menurut istilah gen Z, pekerja NPC.
Kepedulian kepada teman kerja, antara lain, bisa berwujud solidaritas. Di antara pekerja, solidaritas, antara lain, ditunjukkan lewat mogok. Para pekerja sejumlah hotel di Amerika Serikat, Minggu (1/9/2024), mengumumkan rencana pemogokan.
Memang, tidak semua pekerja mau peduli kepada tempat dan rekan kerjanya. Padahal, tidak acuh pada pekerjaan, teman kerja, dan tempat kerja bisa merugikan. Selain bisa menghambat karier, mengurangi kebahagiaan, bisa-bisa Anda akan dicap sebagai NPC atau nonplayable character.
NPC merupakan istilah para pemain gim dan generasi Z. Lazimnya, NPC sering diasosiasikan dengan karakter yang tidak berpengaruh dalam permainan.
Karakter ini berperilaku sesuai program saja. Tidak bisa berpikir. Tidak mampu berinteraksi. Membosankan.
Di tempat kerja, pekerja NPC dianggap kurang berkomitmen secara emosional. Mereka kurang antusias dengan pekerjaan dan tempat kerja.
Padahal, dalam lingkungan pekerjaan dengan teman-teman di kantor, Anda harus bisa membawa diri dengan sebaik-baiknya, bukan? Tujuannya, apalagi kalau bukan membangun kredibilitas dan reputasi positif. Dengan demikian, kesuksesan di tempat kerja meningkat.
Majalah Forbes pada 18 Agustus 2024 menyiarkan, ada sejumlah hal yang layak diperhatikan untuk menghindarkan Anda dari label NPC. Saran itu agar pekerja bersatu dan punya ikatan dengan tempat kerja. Saran itu agar pekerja jangan terlalu berjarak dengan lingkungan kerjanya.
Banyak ditemukan
Memang Gallup menemukan banyak pekerja tidak terikat secara emosional dengan tempat kerjanya. Bahkan, rasa terikat anjlok ke titik terendah dalam 11 tahun terakhir.
Gallup menemukan, satu dari tiga pekerja kesulitan memotivasi diri sendiri agar semangat kerja. Ditemukan juga 17 persen pekerja yang sengaja menjaga jarak. Hanya 30 persen pekerja mengaku terikat secara emosional dengan tempat kerja.
Bagi perusahaan atau organisasi, karyawan yang menjaga jarak bisa berdampak negatif. Karyawan dengan karakter seperti ini kadang berkurang produktivitas dan inovasinya. Bisa juga kurang menyerap kebutuhan pekerjaan tim.
Bukan cuma pada organisasi, menjaga jarak buruk bagi karyawan. Sebagian menghadapi masalah kesehatan mental dan fisik. Ada juga yang lambat perkembangan kariernya. Sebagian lagi malah sulit berteman dengan orang lain.
Tanda berjarak
Ada sejumlah ciri orang yang berjarak lalu berdampak buruk pada rekan dan tempat kerja. Ciri itu adalah konsisten lelah dan sinis. Pekerja yang kelelahan kadang menjadi sinis dan tidak efektif bekerja.
Mereka menjadi tidak yakin pekerjaan mereka akan berdampak. Ada atau tidak, sama saja dampaknya. Tidak termovitasi bekerja. Begitu anggapan orang yang menjaga jarak.
Pekerja yang menjaga jarak biasanya tidak inovatif. Pekerja bisa mendeteksi sendiri ciri itu. Caranya, melihat apakah dalam rapat selalu menyampaikan hal sama.
Ciri selanjutnya, hanya berbuat minimal. Lebih buruk lagi, kadang memanfaatkan rekan kerja untuk menyelesaikan tugas. Ini membuat pekerja berjarak menjadi kehilangan integritas dan kredibilitas.
Ciri lain, tentu saja semakin kehilangan teman di tempat kerja. Relasi cuma formal dan minimal saja.
Semua itu buruk bagi pekerja, rekan kerjanya, serta tentu saja tempat kerjanya. Orang-orang tidak mau bekerja dengan pekerja yang tidak inovatif, tidak termotivasi, apalagi sampai memanfaatkan rekan kerja.
Tentu saja orang paham, kadang semangat dan motivasi. Akan tetapi, tidak berarti terus-menerus tidak bersemangat.
Agar tidak terjebak dalam kondisi ini, pekerja perlu mengingatkan diri sendiri dengan dampak dirinya pada sekitar. Selalu sampaikan kepada diri: saya penting. Tidak peduli apa pun bentuk dan tingkat pekerjaannya, selalu sampaikan itu. Apalagi, jika hasil kerja antarpekerja terkait satu sama lain.
Pekerja juga perlu senantiasa berkontribusi pada gagasan baru. Pekerja yang menjaga jarak biasanya tidak inovatif.
Untuk memperbaiki ini, pekerja perlu menantang diri sendiri untuk belajar hal baru. Hal-hal yang menginspirasi. Bisa ikut kelas, mendengarkan siniar, atau berinteraksi dengan orang baru.
Memang, terlalu lama pada hal yang sama bisa buruk. Hal itu berlaku pada pekerjaan. Kalau di posisi atau tugas yang sama dalam waktu lama, bisa kehilangan motivasi. Dampaknya, tidak mau berinovasi.
Kondisi ini bisa diatasi dengan mencari cara baru mengerjakan tugas. Pilihan lebih ekstrem, pindah tempat kerja.
Mulailah membangun ikatan dengan tempat kerja. Tidak ada salahnya berteman dengan rekan kerja. Berbincang sebelum rapat, mengajak ke kantin bersama, hingga sesekali minta bimbingan.
Relasi yang baik menjadi sumber kehidupan kesejahteraan Anda sendiri. Relasi juga memberikan kesempatan bagi orang lain untuk mengenal Anda, menghargai Anda, dan memahami semua yang Anda bawa ke organisasi. (AFP/REUTERS)