Unit Kejahatan Siber Kecil dengan Ambisi Besar Menangkap Bos Telegram
Di balik penangkapan bos Telegram, Pavel Durov, ada tim kecil terdiri dari lima orang yang punya ambisi besar.
Oleh
LUKI AULIA
·3 menit baca
Di balik penangkapan pendiri sekaligus pemilik aplikasi obrolan Telegram, Pavel Durov (39), ada unit kejahatan dunia maya, J3. Unit kecil di kantor kejaksaan Paris, Perancis, pimpinan Johanna Brousse (38) itu sudah menyelidiki Telegram dan aplikasi obrolan saingannya, Discord, sejak lama.
Penangkapan Durov itu menandai perubahan signifikan dalam cara menangani perusahaan-perusahaan raksasa teknologi yang enggan mengawasi konten ilegal di platform atau pelantar mereka.
J3 mulai menyelidiki Durov sejak awal tahun ini setelah melihat Telegram digunakan untuk berbagai dugaan kejahatan. J3 semakin frustrasi karena tidak adanya respons dari Telegram terkait dugaan itu.
Padahal, kata Brousse ketika diwawancarai harian Liberation, Januari lalu, semakin banyak penyelidikan terkait Telegram dan Discord. ”Hampir tidak ada tanggapan dari Telegram terhadap permintaan pengadilan,” kata Jaksa Paris Laure Beccuau, Rabu (28/8/2024).
Jaksa berpendapat, Durov memikul tanggung jawab atas dugaan pelanggaran hukum di pelantarnya. Ini yang kemudian membuatnya diselidiki terkait dengan tuduhan kejahatan terorganisasi. Dia diduga terlibat dalam menjalankan platform daring yang memungkinkan orang mengunggah gambar pelecehan seksual anak, perdagangan narkoba, dan penipuan.
Penyelidikan kasus ini dapat berlangsung bertahun-tahun sebelum dikirim ke pengadilan atau dibatalkan. Durov sudah dibebaskan dengan jaminan, tetapi dilarang meninggalkan Perancis.
Unit kejahatan dunia maya pimpinan Brousse adalah yang terpenting di Perancis dan punya lisensi untuk mengadili di seluruh Perancis. Unit ini kecil karena hanya memiliki lima jaksa. Berbeda dengan Swiss yang memiliki 55-60 jaksa kejahatan dunia maya. Dengan sumber daya yang terbatas, kata Brousse kepada harian Le Figaro tahun 2023, J3 memprioritaskan kejahatan yang paling serius.
Dalam sebuah siniar (podcast) tahun 2022, Brousse pernah mengatakan dirinya bersikap tegas agar para penjahat dunia maya tahu jika mereka menyerang Perancis, mereka akan diadili dan dihukum seberat-beratnya. ”Kami berharap orang-orang seperti itu diadili, baik di negara mereka maupun di Perancis, melalui surat perintah penangkapan,” ujarnya.
J3 juga terkadang mengerjakan kasus-kasus yang sangat sensitif. Patrick Perrot, koordinator penyelidikan dengan bantuan kecerdasan buatan di kepolisian dan penasihat unit komando siber Kementerian Dalam Negeri Perancis, mengatakan, J3 sudah punya banyak inovasi untuk mengadili kasus-kasus yang menjadi preseden internasional.
”Pelantar-pelantar ini tidak akan berhenti berkembang biak. Jadi, fungsi regulasi itu sangat penting,” ujarnya.
Brousse sudah memimpin J3 sejak 2020. Pada akhir 2020, J3 mengambil alih penyelidikan terhadap Sky ECC. Sky ECC dan Encrochat merupakan salah satu layanan komunikasi terenkripsi yang dipakai oleh gangster untuk membeli narkoba dan senjata atau membunuh saingan.
Beberapa tahun sebelumnya, polisi Perancis, Belanda, dan Belgia sudah meretas peladen (server) mereka di Perancis utara. Menurut Europol, ada sekitar 6.500 penangkapan sejak pencopotan Encrochat pada 2020. Europol punya legalitas penyadapan yang ditentang di pengadilan banding di seluruh Eropa.
Bos Encrochat Kanada, Paul Krusky, diekstradisi pada Februari lalu dari Republik Dominika ke Perancis. Kini, dia masih menunggu persidangan. Pengacara Jean-François Eap dari Sky ECC sedang menentang surat perintah penangkapannya dari Perancis. Stephane Bonifassi, pengacara Eap, mengatakan, kliennya tidak bersalah, seraya menambahkan, ”Sky ECC tidak dirancang sebagai alat untuk penjahat atau dikomersialkan seperti itu.”
Pengacara Krusky, Antoine Vey, menyatakan, kliennya tidak bersalah. ”Layanan yang dibuat Paul Krusky hanya dimaksudkan untuk melindungi privasi dan kebebasan bertukar informasi penggunanya. Sama sekali tidak mendukung kegiatan kriminal,” ujarnya.
Dua pengacara Perancis lain yang menangani kasus Sky ECC dan Encrochat mengatakan, penyelidikan sebelumnya telah memotivasi J3 untuk menyasar Durov. Robin Binsard, yang menangani kasus Encrochat di pengadilan tinggi Perancis, mengatakan, jaksa perlu membuktikan Durov mengetahui dan menyetujui tindak pidana di aplikasi tersebut, seraya menyebut argumen mereka ”sangat dipertanyakan”. Fakta Telegram tidak mematuhi permintaan penegak hukum ”tidak serta-merta menjadikan seseorang sebagai kaki tangan proyek kriminal”.
Binsard mengatakan, sudah jelas Perancis sedang mengejar penyedia pesan terenkripsi dan operator lain dari aplikasi tersebut, seperti Signal. Kini, semua penyedia pelantar khawatir jika tidak mematuhi aturan Perancis, akan ada ancaman hukumnya.