Operasi Militer Israel di Tepi Barat Dianggap Perluas Perang di Gaza
Palestina menganggap operasi militer di Tepi Barat untuk mengekalkan kendali militer Israel atas wilayah tersebut.
Oleh
IWAN SANTOSA
·4 menit baca
RAMALLAH, KAMIS — Operasi militer Israel skala besar selama dua hari di Tepi Barat menewaskan setidaknya 16 orang. Perserikatan Bangsa-Bangsa mengecam serangan itu dan menyebutnya mengipasi situasi yang sudah panas.
Sejak Selasa (27/8/2024) hingga Kamis (29/8/2024), serangan di Tepi Barat menyasar sejumlah kota dan kamp-kamp pengungsi pada saat perang masih berkecamuk di Jalur Gaza. Israel menyebutnya sebagai operasi kontraterorisme. Sementara rakyat Palestina menganggapnya sebagai perluasan perang di Gaza dan upaya mengekalkan kendali militer Israel atas wilayah tersebut selama beberapa dekade.
Militer Israel mengklaim salah satu korban tewas dalam serbuan di Tepi Barat adalah Mohammed Jaber alias Abu Shujaa, Komandan Jihad Islam di kamp pengungsi Nur Shams di luar kota Tulkarem. Abu Shujaa adalah pahlawan bagi rakyat Palestina.
Pada awal 2024, dia dikabarkan terbunuh dalam serbuan militer Israel. Namun, beberapa saat kemudian, Abu Shujaa muncul dalam pemakaman pejuang Palestina. Dia dipanggul massa Palestina yang menyambut dengan gembira.
Kehadiran imigran Yahudi yang membangun permukiman liar di Tepi Barat, merampas air, mengganggu ternak, dan merusak kebun zaitun warga Palestina adalah situasi keseharian di Tepi Barat yang diduduki Israel. Para pemukim ilegal Yahudi juga dipersenjatai oleh Israel di Tepi Barat.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan segera dihentikannya operasi militer Israel itu. Dia menyebut operasi itu ”mengipasi situasi yang sudah memanas di wilayah pendudukan Tepi Barat”.
Serangan Israel menyebabkan kerusakan parah, terutama di Tulkarem. Gubernur Tulkarem Mustafa Taqatqa menggambarkan serangan skala besar itu tidak pernah terjadi sebelumnya dan merupakan ”sinyal bahaya”.
Kantor PBB untuk Urusan Kemanusiaan (OCHA) menyebutkan, pasukan Israel menggunakan rumah-rumah yang telah dikosongkan untuk posisi militer. Militer juga mengepung sejumlah fasilitas medis.
Tayangan di AFPTV menunjukkan mesin buldoser menggaruk aspal dari jalan-jalan kota. Kerusakan infrastruktur parah meluas. Para saksi menuturkan, pasukan Israel telah menarik diri dari kamp pengungsi Al-Farra di Tubas. Menurut Bulan Sabit Palestina, di kamp itu sejumlah warga Palestina tewas dalam serangan pada Rabu, termasuk dua remaja.
Pada Rabu, penduduk mengatakan kepada AFP bahwa militer Israel telah meninggalkan Tulkarem. Tidak ada komentar dari militer Israel tentang hal itu.
Klub Tahanan Palestina, kelompok advokasi untuk warga Palestina yang ditahan Israel, mengungkapkan, sedikitnya 45 orang ditangkap di Tepi Barat sejak Rabu. Juru bicara militer Israel mengatakan, 10 orang buruh ditangkap.
PBB mengatakan, sedikitnya 637 warga Palestina tewas di Tepi Barat oleh militer atau pemukim Israel sejak perang di Gaza pecah pada 7 Oktober 2023. Pada periode yang sama, 19 warga Israel, termasuk tentara, tewas dalam serangan oleh warga Palestina atau operasi militer.
Israel telah menduduki Tepi Barat sejak 1967, termasuk juga Jalur Gaza. Dari kawasan itu, mereka menarik pasukan dan pemukim pada 2005, tetapi kemudian memberlakukan blokade dan pengepungan tak lama setelah serangan pada 7 Oktober 2023.
Setidaknya 3 juta warga Palestina tinggal di Tepi Barat di bawah kekuasaan militer Israel. Otoritas Palestina yang didukung Barat mengurusi kota-kota di wilayah itu. Sementara lebih dari 500.000 warga Israel tinggal di sekitar 100 permukiman di Tepi Barat yang dianggap ilegal oleh komunitas internasional.
Hamas berulang kali menyerukan agar warga Palestina di Tepi Barat bangkit. Mereka menyebut operasi militer Israel di Tepi Barat sebagai bagian dari rencana besar untuk memperluas perang di Gaza. Hamas mendesak pasukan keamanan di bawah kendali Otoritas Palestina untuk bergabung dalam ”perang suci rakyat”.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengecam operasi militer Israel di Tepi Barat. Namun, ia menyatakan, pasukannya tidak akan terlibat.
Jeda kemanusiaan
Mulai Minggu (1/9/2024), jeda kemanusiaan akan dilaksanakan di Gaza. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, Israel menyetujui sedikitnya tiga hari untuk jeda kemanusiaan di sebagian wilayah Gaza. Jeda itu untuk memberikan waktu bagi pekerja kesehatan memberikan vaksin polio kepada 650.000 anak Palestina. Sebuah kasus polio ditemukan pada awal bulan ini, pertama kalinya dalam 25 tahun.
Pihak berwenang Israel tidak segera merespons permintaan komentar dari kantor berita AFP. Namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Rabu mengatakan, jeda kemanusiaan itu ”bukan penghentian pertempuran” dalam perang yang telah berlangsung hampir 11 bulan di Gaza.
Raja Jordania Abdullah II menyerukan gencatan senjata segera di Gaza untuk menghentikan kekerasan. Kementerian Luar Negeri Iran juga kembali mengecam operasi militer Israel sebagai genosida yang terus berlanjut di Gaza.
Wakil Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB Robert Wood dalam Sidang Dewan Keamanan PBB soal situasi kemanusiaan di Gaza mengatakan, para pekerja kemanusiaan di Gaza dan seluruh dunia berada dalam ancaman atas keselamatan mereka. Secara khusus dia menyebut militer Israel sengaja menembak kendaraan dengan logo PBB.
Kendaraan itu milik Badan Pangan Dunia (WFP) yang mengalami 10 tembakan saat sedang melaju di Jembatan Wadi Gaza, padahal sudah mengantongi izin beroperasi dari militer Israel. WFP mengatakan, mereka menghentikan sementara operasional mereka di Gaza hingga pemberitahuan lebih lanjut.
Juru Bicara Sekjen PBB Stephane Dujarric mengatakan, semua konvoi bantuan pangan dan staf WFP diminta jeda operasi walau tetap berhubungan dengan mitra organisasi kemanusiaan yang mengantarkan bantuan pangan di Jalur Gaza. Wood mengecam penembakan kendaraan PBB. Israel mengklaim mengklaim penembakan terjadi karena kesalahan komunikasi antar-unit militer Israel.
Tak hanya kendaraan WFP, kendaraan milik Badan PBB untuk Anak-anak (Unicef) juga ditembaki tentara Israel pada 23 Juli 2024 di Wadi Gaza. Ketika itu, dua kendaraan Unicef tengah mengantarkan lima orang anak, termasuk seorang bayi, untuk dijemput kembali oleh ayahnya. Mereka terpisah akibat serbuan militer Israel di Jalur Gaza. Itu insiden kedua dalam tiga bulan yang menimpa kendaraan Unicef di Jalur Gaza. (REUTERS/AFP)