Laut China Selatan Tegang Terus, Filipina-Vietnam Perkuat Hubungan Militer
Vietnam dan Filipina bersepakat untuk bekerja sama dan mengatasi bersama ancaman Laut China Selatan.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·3 menit baca
MANILA, JUMAT — Filipina dan Vietnam bersepakat untuk meningkatkan kerja sama bidang pertahanan dan militer, serta keamanan maritim kedua negara. Kerja sama ini sekaligus menjadi strategi dua negara di kawasan Asia Tenggara di tengah situasi perairan sengketaLaut China Selatan yang terus-menerus dilanda ketegangan.
Kesepakatan untuk meningkatan kerja sama itu terwujud sebagai hasil pembicaraan antara Menteri Pertahanan Filipina Gilberto Teodoro dan Menteri Pertahanan Vietnam Jenderal Phan Van Giang, Jumat (30/8/2024) di Kantor Departemen Pertahanan Filipina di Manila, Filipina.
Kesepakatan itu juga tertuang dalam surat pernyataan kehendak (Letter of Intent/LOI) yang ditandatangani keduanya. Sebelum bertemu Teodoro dan melakukan pembicaraan, Menhan Giang mengadakan pertemuan dengan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr di Istana Malacanang.
Kantor Berita Filipina, PNA, melaporkan, dalam pertemuan itu, Presiden Marcos Jr menyatakan optimisme bahwa kunjungan Menhan Giang ke Filipina akan menciptakan dorongan baru untuk meningkatkan hubungan kedua negara. Peningkatan hubungan yang dimaksud itu adalah dalam bidang pertahanan, maritim, dan perdagangan.
”Kunjungan Anda, menurut saya, akan menjadi dorongan lebih lanjut untuk meningkatkan kedalaman dan jangkauan hubungan kita,” kata Marcos.
Ia juga menekankan pentingnya hubungan Filipina dengan Vietnam secara historis. ”Filipina dan Vietnam telah menikmati hubungan yang baik dan kami terus maju dalam hubungan tersebut yang sebelumnya hanya sebatas hubungan diplomatik,” ujar Marcos.
Seusai bertemu Presiden Marcos, Giang menemui mitranya, Teodoro, dan menggelar pembicaraan. Dalam pernyataan resmi Departemen Pertahanan Filipina disebutkan, ”Para menteri menyatakan komitmen mereka yang teguh untuk mempererat kerja sama pertahanan dan militer melalui interaksi dan keterlibatan yang berkelanjutan di semua tingkatan.”
Dalam pernyataan bersama, Giang menyatakan, dalam pembicaraannya dengan Teodoro tercapai kesepakatan bahwa Vietnam dan Filipina akan meningkatkan kerja sama pertahanan, menjaga perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan, serta menyelesaikan pertikaian secara damai dan sesuai dengan hukum internasional.
Pertemuan kedua menteri pertahanan itu terjadi di tengah meningkatnya ketegangan di Laut China Selatan dan kekhawatiran internasional tentang kemungkinan eskalasi antara China dan Filipina yang merupakan sekutu AS. Ketegangan dan kekhawatiran itu muncul seiring dengan China dan Filipina yang saling serang hampir setiap minggu. Saling serang ini pun sudah berlangsung selama lebih dari setahun.
Filipina dan negara-negara Barat merasa kesal dengan perilaku penjaga pantai China di Laut China Selatan. Manila menuduh China melakukan agresi dan manuver berbahaya dengan menghalangi kapal-kapal patroli logistiknya. Sementara China, yang mengklaim kedaulatan atas hampir seluruh Laut China Selatan (klaim yang ditolak dalam putusan Mahkamah Arbitrase Internasional (PCA) tahun 2016), menuduh Filipina melakukan provokasi dan pelanggaran berulang kali.
Filipina maupun Vietnam sebenarnya memiliki klaim yang saling tumpang tindih dengan China di Laut China Selatan. Itu membuat Vietnam mesti bersiasat dalam menghadapi tindakan China yang, menurut Hanoi, di satu sisi melanggar kedaulatannya. Namun, pada sisi lain Vietnam tetap ingin menjaga hubungan dekat dengan China, selaku mitra dagang utama yang sudah dijalin selama beberapa dekade oleh Partai Komunis yang berkuasa.
”Sementara kami menghadapi tantangan-tantangan bersama, kami akan bekerja sama dalam menghadapi tantangan-tantangan tersebut dalam spirit solidaritas ASEAN,” ujar Teodoro tanpa menyebut China.
Filipina dan Vietnam sebenarnya juga memiliki klaim saling tumpang tindih di antara mereka. Terkait hal itu, kedua negara ingin bekerja sama dan menyelesaikan sengketa atas klaim masing-masing.
Peran sentral ASEAN
Dalam kesempatan itu, Teodoro mengatakan, dalam persoalan Laut China Selatan, Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara atau ASEAN perlu memainkan peran sentral dan memastikan perdamaian dan stabilitas serta kebebasan navigasi dan penerbangan di Laut China Selatan.
”Kami berbicara tentang upaya menyusun langkah-langkah yang lebih konkret dan efektif untuk bekerja sama dengan mitra ASEAN kami, untuk memastikan keberlanjutan keinginan semua masyarakat ASEAN melalui kerja sama dan interaksi konkret, yang menggarisbawahi keutamaan hukum internasional,” kata Teodoro.
Kesepakatan kedua negara ini merupakan kelanjutan dari hasil kunjungan Presiden Marcos ke Vietnam pada Januari 2024. Dalam kunjungan itu, Marcos menandatangani kesepakatan dengan Vietnam yang mencakup pencegahan insiden di Laut China Selatan dan kerja sama maritim.
Pada awal Agustus ini juga, penjaga pantai kedua negara sudah mengadakan latihan gabungan pertama di Manila. Latihan gabungan itu menyimulasikan latihan pemadaman kebakaran dan latihan pencarian dan penyelamatan. (REUTERS)