Setelah Gaza, Israel Mau Kosongkan Tepi Barat dari Warga Palestina
Sukses di Gaza, kini Israel mau mengosongkan Tepi Barat dari orang Palestina. Alasannya untuk berantas teror.
TEPI BARAT, KAMIS — Dengan alasan pemberantasan teror, Israel mengusulkan sebagian Tepi Barat dikosongkan dari orang Palestina. Alasan serupa telah diterapkan Israel di Gaza 10 bulan terakhir. Dampaknya, hampir seluruh penduduk Gaza terpaksa berpindah mengungsi.
Usulan itu disampaikan Israel Katz, Menteri Luar Negeri Israel, pada Rabu (28/8/2024) malam waktu Tel Aviv atau Kamis dini hari WIB. Pernyataan disampaikan kala ratusan prajurit angkatan bersenjata Israel, IDF, menyerbu Jenin dan Tulkram.
Baca juga: Hentikan Standar Ganda atas Palestina
Dikutip The Jerusalem Post, Katz menyebut wilayah itu perlu dikosongkan dari orang Palestina. Ia memakai istilah evakuasi sementara. Tidak dijelaskan berapa lama. Di Gaza sudah 10 bulan warga Palestina berpindah-pindah tempat pengungsian. ”IDF beroperasi sejak semalam, di penampungan pengungsi Jenin dan Tulkram,” katanya.
IDF menyerbu berbagai wilayah Tepi Barat itu sejak Rabu dini hari. Selain Jenin dan Tulkram, serbuan juga dilancarkan di Nablus dan Tubas. Semua sasaran serangan berada di utara Ramallah, ibu kota sementara Palestina. Ramallah berada di utara Jerusalem. Sementara Hebron dan Bethlehem ada di selatan Jerusalem.
Hingga Rabu malam waktu setempat, setidaknya 11 warga Palestina tewas. Salah satunya Ayed Abu al-Hayja (62), pria buta yang tinggal di Tulkram. Ia ditembak di dalam rumahnya.
Baca juga: Teror Pendatang Israel di Tengah Kebuntuan Perundingan
Hingga Kamis dini hari, prajurit IDF belum mengizinkan petugas kesehatan mengevakuasi jenazah Al-Hayja dan korban lain. Pengepungan ketat masih dilakukan.
Serbuan IDF ke Tepi Barat dilancarkan kala para pemukim ilegal Israel semakin kerap menyerang warga Palestina di Tepi Barat. Saat korban mengungsi, gerombolan pemukim itu segera menduduki lahan dan rumah orang-orang Palestina tersebut.
Serangan antara lain dilancarkan di Jit, desa di barat Nablus. Pemukim ilegal Israel menembaki dan merusak aneka benda milik warga Palestina di sana. Sejumlah orang tewas dan cedera. Polisi Israel menolak menangkap pelaku.
Alasan pencaplokan
Kelompok perjuangan kemerdekaan Palestina yang kuat di Tepi Barat, Jihad Islam, bersuara atas serangan Rabu. ”Dengan agresi ini, yang bertujuan untuk memindahkan beban konflik ke Tepi Barat yang diduduki, Israel ingin memaksakan keadaan baru di lapangan untuk mencaplok Tepi Barat,” demikian pernyataan tertulis mereka.
Baca juga: Tak Mempan Ditekan AS, Israel Ciptakan Konflik Baru dengan Pembunuhan Komandan Fatah
Serbuan IDF ke empat wilayah di Tepi Barat meningkatkan kecemasan warga. Orang-orang Palestina di sana khawatir terusir dari tempat tinggal mereka. Warga cemas mengalami nasib seperti orang-orang di Gaza.
Memang, kecemasan itu bukan hal baru. Secara berkala, gerombolan pemukim ilegal Israel kerap mengeroyok lalu mengusir warga Palestina. Sementara pengadilan Israel kerap memerintahkan penggusuran warga Palestina.
Adapun IDF kerap menghancurkan aneka bangunan dan benda warga Palestina. Dalam operasi sejak Rabu, tank-tank dan aneka kendaraan lapis baja Israel menyerbu berbagai bangunan. Sementara mesin keruk menggerus aspal dan merusak jalan di permukiman orang Palestina.
Juru Bicara IDC Letnan Kolonel Nadav Shoshani membenarkan, akses ke rumah sakit di lokasi serangan ditutup. IDF sengaja merintangi jalan ke sana kala serbuan dilancarkan. Alasannya, mencegah target serangan IDF lari dan berlindung ke rumah sakit.
Baca juga: AS Kerahkan 607 Pesawat dan Kapal untuk Pasok 50.000 Ton Senjata ke Israel
Setiap warga Palestina yang bersenjata tajam dan bersenjata api dianggap teroris oleh Israel. Mereka disasar dalam serangan sejak Rabu dini hari maupun berbagai serangan lain sebelum ini.
Di sisi lain, semua warga Yahudi Israel diizinkan membawa senapan dan pistol ke mana pun. Bahkan, izin diberikan kepada imigran Yahudi yang berstatus pemukim ilegal di Tepi Barat. Dengan senjata itu, para pemukim ilegal Israel kerap menyerang warga Palestina di Tepi Barat
Israel menyebut Tepi Barat sebagai Judea dan Samaria. Tepi Barat merupakan istilah yang dipakai dan diterima luas komunitas internasional. Bersama Gaza, Tepi Barat diusulkan menjadi bagian dari wilayah Palestina merdeka.
Baca juga: Hamas: Gencatan Senjata Hanyalah Ilusi
Namun, luas Tepi Barat yang dikendalikan Palestina terus menyusut. Israel terus membangun permukiman baru di sana. Padahal, hukum internasional melarang dan menganggap permukiman itu ilegal. Pengadilan Israel pun pernah menetapkan, sebagian permukiman di Tepi Barat melanggar hukum Israel.
Meski demikian, pemerintah dan lebih dari separuh warga Israel tidak peduli. Pemerintah Israel kerap memakai alasan pemberantasan teror untuk menghancurkan aneka bangunan dan fasilitas umum milik Palestina. Dampaknya, warga Palestina kehilangan permukiman.
Hal itu sudah 10 bulan terjadi di Gaza. Israel terus memaksa warga Gaza berpindah dari satu tempat ke tempat baru. Perintah diberikan kala serangan Israel ke Gaza tak kunjung berhenti. Serangan juga menyasar rumah sakit.
Organisasi Dokter Lintas Batas (MSF) menyebut, Israel menyasar area di sekitar Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa di Deir el-Balah di Gaza tengah. ”Hampir 650 pasien telah mengungsi dari tempat itu,” demikian pernyataan MSF.
Baca juga: Harapan Perdamaian Redup dengan Pembunuhan Ismail Haniyeh
MSF membuat rumah sakit darurat untuk melayani pengungsi. Meski bukan solusi, rumah sakit darurat harus dibuat karena Israel terus menghancurkan berbagai rumah sakit permanen.
Serangan dilancarkan kala perundingan gencatan senjata tidak kunjung menampakkan hasil. Amerika Serikat menyatakan, bola ada di Hamas.
Sementara Hamas menyatakan, tidak bisa usulan baru yang lebih memerhatikan Israel dibandingkan dengan Palestina. Hamas meminta AS dan para penengah memaparkan saja cara mencapai usulan gencatan senjata yang telah disampaikan Presiden AS Joe Biden. (AP/AFP/REUTERS)