AS Kerahkan 607 Pesawat dan Kapal untuk Pasok 50.000 Ton Senjata ke Israel
Sebanyak 500 pesawat dan 107 kapal AS memasok 50.000 ton senjata ke Israel. Ini masih ditambah tiga kapal induk.
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
TEL AVIV, SELASA — Israel mengumumkan kedatangan pesawat angkut ke-500 milik militer Amerika Serikat. Dengan kedatangan itu, Israel telah menerima pengiriman 50.000 ton persenjataan sejak perang Gaza meletus pada 7 Oktober 2023. Israel masih diperkuat tiga kapal induk dan sejumlah kapal perang AS.
Kementerian Pertahanan Israel, seperti dikutip media Israel, The Jerusalem Post dan The Times of Israel, mengungkap kedatangan pesawat itu pada Senin (26/8/2024) malam. Israel menyebut, AS mengerahkan 500 pesawat dan 107 kapal untuk mengangkut aneka persenjataan ke Israel. Semua hanya dalam 10 bulan terakhir atau sejak Perang Gaza 2023 meletus.
Pengiriman terakhir termasuk kendaraan lapis baja, aneka jenis peluru dan bom, hingga helm dan rompi antipeluru. Militer Israel, IDF, juga menerima kiriman peralatan medis dari AS. ”Semua penting untuk keberlanjutan kemampuan operasi IDF dalam perang saat ini,” demikian pernyataan Kemenhan Israel.
Direktorat Pengadaan dan Produksi serta Kantor Penghubungan Kemenhan Israel mengurusi pengiriman tersebut. Selain itu, Direktorat Perencanaan dan Angkatan Udara Israel juga terlibat dalam pengiriman ini.
Para petinggi AS, sipil, ataupun militer berulang kali menegaskan siap mendukung penuh Israel dalam perang saat ini. Dukungan tetap diberikan meski Israel menyerang berbagai negara sekitarnya dengan alasan pencegahan.
Salah satunya adalah serangan ke Teheran, Iran, pada 31 Juli 2024. Serangan itu menewaskan Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh. Mengantisipasi pembalasan Iran, AS meningkatkan persenjataannya di Timur Tengah.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin memerintahkan tiga kapal induk berada di sekitar Israel. Kapal induk USS Abraham Lincoln dan USS Theodore Roosevelt kini berlayar di sekitar Teluk Persia alias dekat Iran. Sementara kapal induk USS George Washington berada di Laut Tengah.
USS Abraham Lincoln bergerak dari Laut China Selatan ke Teluk Persia pada awal Agustus 2024. Beberapa hari lalu, kapal induk yang antara lain mengangkut jet F-35C generasi terbaru itu tiba di sekitar Iran. Kepergian USS Abraham Lincoln membuat Pasifik Barat praktis tanpa kapal induk AS selama hampir sebulan terakhir.
Panglima Angkatan Bersenjata AS Jenderal CQ Brown mengatakan, AS perlu bersiap pada kemungkinan serangan pembalasan Iran ke Israel. ”Kami sekarang lebih baik. Kami mencoba meningkatkan (kemampuan) dibandingkan waktu April,” ujarnya pada Senin malam.
Brown baru pulang dari Israel dan sejumlah negara Timur Tengah. Di sana, selama tiga hari, ia meninjau kesiapan militer AS menangkis aneka serangan ke Israel. Ia tetap menyalahkan Iran dan negara di kawasan atas ketegangan di Timur Tengah.
AS kini menambah masing-masing satu skuadron jet tempur F-22 dan F-35 di sekitar Israel. Jet-jet itu menambah kekuatan AS yang sebelumnya sudah ditempatkan di kawasan.
USS Abraham Lincoln tidak hanya dilengkapi jet F-35C. Kapal induk itu antara lain didampingi pesawat EA-18G Growlers dan pesawat intai E-2D. Pesawat EA-18G dilengkapi perangkat perang elektronika. Perangkat itu penting untuk mengganggu dan melacak radar, pesawat nirawak, dan saluran komunikasi lawan.
Aneka helikopter angkut, taktis, dan serbu juga ada dalam gugus tempur laut USS Abraham Lincoln. Selain itu, sejumlah kapal perusak beroperasi di dekat USS Abraham Lincoln dan USS Theodore Roosevelt. Kapal-kapal itu dilindungi aneka pertahanan udara, termasuk Aegis.
Dugaan pelanggaran
Sejumlah pihak terus mendesak AS dan sekutunya berhenti memasok persenjataan untuk Israel. Bahkan, sejumlah pejabat AS dan Inggris mengundurkan diri. Sebab, mereka khawatir pasokan persenjataan AS-Inggris ke Israel berpeluang melanggar hukum internasional.
Kekhawatiran pelanggaran semakin menguat seiring putusan Mahkamah Internasional (ICJ) soal perang Gaza dan pendudukan Israel di Tepi Barat. Selain itu, jaksa Mahkamah Kriminal Internasional (ICC) juga meminta penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Bersama Menhan Israel Yoav Gallant, Netanyahu dituding melakukan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Adapun dalam penyelidikan Oil Change International disimpulkan, sejumlah negara dan perusahaan memasok bahan bakar bagi IDF dan aparat Israel. Hingga 35 persen pasokan minyak untuk operasi perang Israel disediakan Chevron, BP, ExxonMobil, Shell, Eni, dan TotalEnergies. Semuanya perusahaan Inggris, AS, Perancis, Italia, dan Belanda.
Sementara militer AS memasok JP8, bahan bakar khusus jet tempur, ke Israel. Bahan bakar minyak (BBM) itu dikirimkan dari Texas, AS. Sejak putusan ICJ, sebanyak 65 tanker memasok BBM dan minyak mentah ke Israel. Sebagian pasokan itu datang dari ladang BP di Azerbaijan. Sementara Yunani dan Siprus menjadi tempat transit tanker-tanker tujuan Israel. (AFP/REUTERS)