Ratu Perancis, Bau Badan, dan ”Demure”
Josephine Bonaparte bisa disebut tidak ”demure”. Sementara Marie Antoinette ditangkap karena parfum.
Sejak awal Agustus 2024, sebagian warganet sedang ramai membahas kata demure. Sementara sebagian warganet Indonesia sedang membahas aroma tubuh, hal yang jauh lebih tua dari demure. Aroma badan yang tidak sedap bisa membuat seseorang tidak memenuhi unsur demure.
Kata demure memang bukan lema baru dalam bahasa Inggris. William Shakespeare, menurut catatan Oxford English Dictionary, menggunakan istilah itu dalam naskah pada 1616. Kata sifat itu juga terlacak dipakai pada abad ke-12 hingga ke-16. Makna asalnya adalah sopan.
Baca juga: ”Mencium” Parfum Orang Indonesia
Sementara warganet saat ini memaknai demure sebagai kesadaran pada orang sekitar sekaligus tetap percaya diri untuk tampil. Kata itu diramaikan lagi oleh pengguna Tiktok, Jools Lebron. Saat menggunakan kata itu, ia terlihat menggunakan parfum aroma vanila.
Dalam jagat parfum, vanila salah satu aroma lama. Aroma itu dianggap mewakili kenyamanan, kedamaian, kebahagiaan, dan kepuasan.
Memang, tidak ada catatan apakah vanila salah satu aroma awal saat bangsa Mesopotamia membuat parfum lebih dari 30 abad lalu. Dalam catatan pada abad ke-12 sebelum Masehi, bangsawan Mesopotamia disebut memakai aroma aneka bunga dan rumput wangi. Orang-orang lembah Indus di India masa kini juga tercatat memakai parfum sejak lebih dari 5.000 tahun lalu.
Sementara sejak abad ke-15, Italia dan Perancis berkembang menjadi pusat pengembangan parfum global. Para bangsawan kedua negara itu amat peduli pada parfum dan cara pembuatannya.
Baca juga: Semprotkan Dulu Parfummu...
Napoleon Bonaparte alias Napoleon I belajar membuat parfum dari Francois Rancé. Pada akhir abad ke-18, Rancé memang dianggap produsen parfum terbaik Perancis. Fakta tersebut antara lain ditunjukkan di laman perusahaan itu.
Selama belajar, Napoleon I menyebut dirinya murid magang pada Rancé. Karyanya antara lain parfum yang dinamai Le Vainqueur dan Josephine. Jenama kedua dibuat Napoleon I untuk istri pertamanya, Joséphine de Beauharnais. Ada campuran aroma cengkeh, anggur, vanila, hingga kayu cendana dalam wewangian itu.
Meski demikian, Napoleon disebut suka aroma asli tubuh Joséphine. Bahkan, ia disebut pernah meminta Joséphine tidak mandi tiga hari agar aroma asli tubuhnya tidak hilang.
Tidak ada catatan seperti apa aroma tubuh Joséphine jika tidak mandi berhari-hari seperti diminta Napoleon. Jika memakai ukuran sekarang, mungkin sangat mengganggu orang sekitar. Tidak demure.
Baca juga: Keringat Anak Terperas demi Parfum dan Cokelat
Keluarga keponakan Napoleon I, Napoleon III, juga peduli parfum. Sampai sekarang Eau de Cologne Imperiale yang dibuat pertama kali untuk istri Napoleon III masih bisa dibeli khalayak. Permaisru Eugénie memakai parfum itu pertama kali pada 1853. Logo pada Eau de Cologne Imperiale dipilih oleh Napoleon III.
Jauh sebelum Eau de Cologne Imperiale, Acqua di SM Novella dibuat. Awalnya, parfum itu dibuat sebagai hadiah dari Catherine de’Medici kepada tunangannya, Raja Henry II dari Perancis pada 1533. Sampai sekarang, parfum dari awal abad 16 itu masih bisa dibeli. Resep awal parfum malah tercatat sejak 1221.
Bagi Marie Antoinette, permaisuri Perancis di abad ke-18, parfum menjadi salah satu kemewahan hidupnya. Bahkan, sejumlah pihak menduga ia ditangkap gara-gara terlalu sibuk mengurus koleksi parfum. Upaya penyelamatannya tertunda karena itu tidak mau meninggalkan koleksi parfum. Hal yang jelas, belakangan ia ditangkap lalu dieksekusi.
Pada abad ke-16 hingga ke-17, penggunaan parfum meningkat di kalangan konglomerat dan bangsawan Eropa. Di masa itu, orang Eropa jarang mandi. Badan mereka bau. Maka, mereka perlu menutupi aroma tidak sedap itu. Parfum menjadi jawaban.
Baca juga: Ceruk Pasar Jet Pribadi yang Kecil dan Eksklusif
Penangkapan Antoinette salah satu kejadian dalam Revolusi Perancis 1789. Guru besar emeritus King’s College London, John Dunn, mengatakan, revolusi itu momentum kelahiran versi demokrasi yang dikenal sampai sekarang.
Konsep awal demokrasi memang sudah berkembang ribuan tahun sebelum Revolusi Perancis. Revolusi itu memacu kelahiran versi saat ini.
Filsuf kebangsaan Irlandia, Edmun Burke, menilai bahwa belum ada contoh pemerintahan demokrasi yang kuat sebelum Revolusi Perancis. Di mana-mana cuma ada monarki, absolut atau parlementarian. Perancis di masa Louis XIV menerapkan monarki absolut. Sayalah negara, kata Louis XIV.
Ketimpangan sosial
Ada banyak perdebatan soal penyebab Revolusi Perancis. Salah satu yang paling banyak disetujui adalah segelintir orang menguasai atau mendapatkan hasil dan sumber daya terbesar negara. Ada ketimpangan sosial ekonomi yang parah.
Baca juga: Transisi Jokowi ke Prabowo, APBN Semakin Disesaki Utang
Hal itu tergambar di tatanan masyarakat Perancis sebelum revolusi. Kelompok pertama dan kedua hanya 10 persen dari keseluruhan populasi. Namun, mereka menikmati aneka hasil pajak yang dikumpulkan oleh 90 persen populasi, warga mayoritas atau kelompok ketiga.
Pada masa pemerintahan Louis XIV, anggaran negara jebol. Utang menumpuk. Selalu tak ada anggaran untuk program kesejahteraan warga.
Meski demikian, tetap saja raja membangun istana baru, Versailles. Para bangsawan dan kelompok elite sering diundang ke sana. Istana itu menggantikan kediaman dan kantor lama raja, Château de Saint-Germain-en-Laye.
Keluarga raja juga hidup bermewah-mewah. Sampai ibu Antoinette pun resah dengan kegilaan putrinya berbelanja dan hidup mewah. Hal itu terlihat dalam sejumlah surat Maria Theresa kepada putrinya. Padahal, Theresa merupakan permaisuri dari Francis I, Kaisar Suci Romawi dari wangsa Habsburg. Kerajaan yang tidak kalah besarnya dari Perancis.
Baca juga: Jelang Jokowi Lengser, Utang Pemerintah Meningkat Mencapai Rp 8.444 Triliun
Dengan kondisi itu, mana bisa warga diam saja. Meletuplah kemarahan warga. Revolusi terjadi. Louis dan istrinya ditangkap lalu dieksekusi. Sebelum ditangkap pun, Antoinette sepertinya tidak sadar pada kesalahannya. Setidaknya hal itu terlihat dari suratnya kepada saudaranya, Raja Leopold II.
Dalam surat itu, ia menyalahkan tentara dan politisi yang dianggap sebagai penghasut warga. Sementara suaminya dianggap pembawa keselamatan bagi negara.
Kadar kandungan
kembali ke urusan wewangian, bagi banyak orang, sebutan umumnya parfum saja. Walakin, sebenarnya parfum hanya bisa disebut kalau tingkat kemurniannya tinggi. Seorang tukang cukur Italia, Giovanni Paolo Feminis, membuat versi murah parfum pada 1693.
Ia bisa menekan harga karena kandungan konsentrat pengharumnya paling banyak 5 persen. Sisanya minyak, alkohol, dan campuran lain. Kreasi Feminis dikenal sebagai eau de cologne. Kini, hampir semua wewangian untuk pria disebut sebagai eau de cologne.
Lebih murah dari eau de cologne adalah eau fraîche. Kandungan konsentrat aroma wanginya cuma 3 persen. Sedikit lebih tinggi dari kedua jenis wewangian itu ada eau de toilette. Kandungan konsentratnya rata-rata 10 persen. Aromanya bisa bertahan sampai lima jam.
Baca juga: Mahasiswa Universitas Indonesia Ciptakan Teknologi AI untuk Memilih Parfum
Jangan mencampurkan eau de toilette dengan parfum de toillete. Sebab, kandungan konsentrat parfum de toilette lebih tinggi. Rata-rata 20 persen.
Jika kandungan konsentrat aromanya mencapai 40 persen, baru disebut parfum. Wanginya bisa bertahan seharian. Tergantung dari jenama atau produsennya.
Berbagai sebutan itu bergantung pada komposisi campuran pembentuk cairan wewangian. Semakin tinggi kandungan konsentrat aroma, semakin lama wangi bertahan. Tentu saja, harganya akan semakin mahal pula.
Seperti mulai dibuat puluhan tahun lalu, parfum masih berfungsi menghadirkan aroma lain dari tubuh penggunanya. Seperti ditunjukkan Lebron dalam videonya, parfum menjadi salah satu pelengkap tampil sopan di muka umum. Sebab, bau badan bisa membuat seseorang tidak memenuhi unsur demure. (AFP/REUTERS)
-------
KOREKSI:
Ada koreksi mengenai Louis XIV pada paragraf ke-17 versi awal tulisan ini, yang menyebut dia suami Marie Antoinette. Suami Antoinette adalah Louis XVI. Terima kasih -- Redaksi