Hamas Kirim Delegasi ke Kairo, tetapi Tak Ikut Perundingan Gencatan Senjata
Hamas mengirim delegasi ke Kairo, Mesir, lokasi perundingan gencatan senjata di Gaza. Namun, mereka tak ikut berunding.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·4 menit baca
KAIRO, SABTU — Perundingan gencatan senjata di Jalur Gaza kembali akan diadakan di Kairo, Mesir, pada Sabtu (24/8/2024) waktu setempat. Hamas mengirim delegasi ke Kairo, tetapi tidak terlibat di dalam perundingan. Mereka berada di Kairo dalam kapasitas sebagai pengamat.
Hal itu diutarakan oleh salah seorang petinggi Hamas yang ingin namanya dirahasiakan. Hamas memilih berkomunikasi dengan pihak Mesir terkait perkembangan perundingan. Acara perundingan antara Hamas dan Israel ini melibatkan Mesir, Amerika Serikat, dan Qatar selaku penengah.
”Hamas sejak awal sudah menegaskan tidak mau terlibat di dalam perundingan ini. Akan tetapi, persyaratan dari kami sudah sangat jelas. Militer Israel harus menarik mundur pasukannya dari tanah Gaza dan perbatasan dengan Mesir,” tutur pejabat Hamas tersebut.
Maksud ucapannya adalah selain di Jalur Gaza, pasukan Israel masih menduduki Jalur Philadelphi dan Gerbang Rafah. Jalur Philadelphi adalah jalanan sempit selebar 100 meter dan sepanjang 14 kilometer yang melintang di selatan Gaza. Jalur ini adalah perbatasan antara Gaza Palestina dan Mesir. Gerbang penyeberangan Rafah dan Kerem Shalom terletak di Jalur Philadelphi.
Selain Palestina, Mesir sejatinya juga menginginkan agar Jalur Philadelphi dan Gerbang Rafah dikelola oleh pihak yang netral. Akan tetapi, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membujuk Washington. Netanyahu beralasan kehadiran pasukan Israel di perbatasan Mesir-Palestina penting guna mencegah Hamas menyelundupkan persenjataan untuk membangun kekuatan perlawanan.
Walhasil, pekan lalu, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken yang berkunjung ke Tel Aviv menyetujui bahwa Israel sekadar mengurangi pasukan di Jalur Philadelphi, bukan menarik mundur seluruh tentara.
Para negosiator Israel telah berada di Kairo sejak Kamis (22/8/2024). Mereka bertemu dengan para negosiator AS yang menyodorkan proposal yang menjembatani perbedaan-perbedaan antara Israel dan Hamas, dengan fokus soal keberadaan militer Israel di area-area strategis di Gaza.
Belum ada terobosan
Namun, belum ada terobosan pada isu-isu yang menjadi pertentangan di antara kedua pihak, termasuk soal keberadaan militer Israel di Koridor Philadelphi. Hamas menuding Israel kembali mengangkat isu-isu yang telah disepakati dalam perundingan sebelumnya. Hamas juga menuding AS tidak memiliki itikad baik sebagai mediator.
Petinggi Hamas Izzat al-Rishq mengatakan, mereka menyetujui proposal dari Presiden AS Joe Biden yang disampaikan pada 2 Juli 2024 mengenai pertukaran tahanan. Pembebasan sebagian tentara dan sandera Israel ini dalam cakupan 16 hari setelah fase pertama proses gencatan senjata disepakati oleh semua pihak.
Pada perundingan ini, pihak AS diwakili oleh Kepala Badan Intelijen Pusat (CIA) William Burns. Delegasi Israel termasuk sejumlah perwakilan intelijen dan keamanan. Pembahasan inti masalah, menurut rencana, dilakukan pada Minggu (25/8/2024).
Dalam isu perang Gaza, kedua calon presiden AS, Kamala Harris (Demokrat) dan Donald Trump (Republik), sama-sama menyatakan dukungan terhadap Israel dengan alasan membela diri atas serangan Badai Aqsa.
Perbedaannya, Trump mendukung sepenuhnya, baik secara politik, moral, maupun finansial apabila ia kelak memenangi pemilihan umum presiden AS, 5 November 2024. Sementara Harris masih mengucapkan pentingnya gencatan senjata di Gaza guna menghentikan jatuhnya korban sipil.
Hamas, Fatah, dan 12 faksi politik Palestina menandatangani perjanjian rekonsiliasi di Beijing, China, pada awal Agustus. Hal ini mengundang pro dan kontra. Washington menyatakan keberatan Hamas diajak bergabung di dalam pemerintahan Palestina bersatu. Sebaliknya, para pengamat politik berpendapat lebih baik mengajak Hamas karena jika mereka disisihkan akan lebih gawat.
”Bagi kami bangsa Palestina, fokusnya ialah perjanjian ini bisa diterapkan dan kerja sama tercapai di antara semua pihak yang menandatanganinya,” kata Penasihat Presiden Palestina Bidang Hubungan Internasional Riyad al-Maliki ketika berkunjung ke Jakarta, Selasa (20/8/2024).
Serangan berlanjut
Sambil perundingan berjalan, militer Israel tetap melacarkan serangan ke Jalur Gaza. Kementerian Kesehatan Gaza mencatat, telah jatuh 40.334 korban jiwa yang mayoritas adalah perempuan dan anak. Dari korban luka-luka ada 93.356 orang. Jumlah ini adalah keseluruhan sejak penyerangan militer Israel setelah Badai Aqsa, 7 Oktober 2023.
Dalam Badai Aqsa, Hamas menyerang Israel dan menewaskan 1.199 orang. Mereka juga menculik 251 orang untuk dijadikan sandera. Sebanyak 105 orang masih ditahan di Gaza, sedangkan 34 orang diperkirakan sudah tewas.
Jaksa Penuntut Umum Mahkamah Kriminal Internasional (ICC) Karim Khan mendesak para hakim lembaga tersebut segera mengeluarkan surat penangkapan untuk Netanyahu, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant, Pemimpin Hamas Yahya Sinwar, Kepala Militer Hamas Mohammed al-Masri alias Mohammed Deif, dan Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh.
Mereka dinyatakan paling bertanggung jawab atas jatuhnya korban sipil selama Badai Aqsa dan penyerbuan militer Israel ke Gaza. Ismail Haniyeh tewas dibunuh dalam serangan di Teheran, Iran, pada 31 Juli 2024. Israel dituding berada di balik serangan itu. Tel Aviv tidak membantah ataupun mengakui tudingan itu.
Pada bulan yang sama, militer Israel mengaku telah membunuh Al-Masri alias Deif melalui serangan udara di Gaza. Akan tetapi, Hamas belum mengonfirmasi klaim tersebut.