Misteri Pelarian Sindikat Judi Filipina dan Tertuduh Mata-mata China ke Indonesia
Ada oknum aparat Filipina membantu pelarian Alice Guo. Ia diburu karena judi daring dan perdagangan orang.
Direktorat Jenderal Imigrasi Indonesia menyerahkan dua dari empat buronan Filipina kepada aparat Filipina, Kamis (22/8/2024). Para buronan itu dituding terkait sindikat judi daring dan perdagangan orang, Alice Guo alias Guo Hua Ping. Sejumlah pihak di Filipina menuding Guo juga menjadi mata-mata China.
Ditjen Imigrasi RI menangkap Sheila Guo dan Cassandra Ong pada Selasa (20/8/2024) malam di Batam. Komisi Kepresidenan untuk Antikejahatan Terorganisasi (PAOCC) Filipina mengumumkan, dua perempuan itu tiba di Filipina pada Kamis sore.
Baca juga: Wali Kota di Filipina dan Keluarganya Diduga Terlibat Judi ”Online” asal China
Mereka dijemput dari Indonesia oleh aparat Filipina. ”Mereka dianggap sebagai warga asing ilegal di Indonesia karena dicari di Filipina,” kata Komisaris Biro Imigrasi (BoI) Filipina Norman Tansingco.
Mereka bagian dari empat orang yang diburu Pemerintah Filipina. Selain mereka, Manila juga memburu Alice Guo dan Wesley Guo. Direktur Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian Safar Godam menyebut bahwa Indonesia menerima permintaan pencarian dari Filipina pada Senin (19/8/2024). Berselang sehari setelah menerima surat itu, aparat Indonesia menangkap dua dari empat buronan tersebut.
Juru bicara PAOCC, Winston Casio, menyebut bahwa Alice, Sheila, dan Wesley bersaudara. Semuanya bukan warga Filipina. Menurut Casio, Wesley sudah lari dari Indonesia, sementara Alice diduga masih berada di Batam dan sekitarnya.
Baca juga: Jerman Perluas Operasi Penangkapan Mata-mata China
Rombongan itu, sebagaimana diungkap pula oleh Ditjen Imigrasi RI, dibantu seorang pria Singapura untuk masuk dan memesan hotel di Batam. Rombongan itu datang dari Singapura ke Batam pada Minggu (18/8/2024) sore.
Mereka tinggal di hotel dekat pelabuhan tempat kuartet itu masuk Batam. Pelabuhan dan hotel hanya 200 meter di belakang Kantor Imigrasi Batam. ”Dari hasil pengecekan CCTV didapati warga berinisial ZJ adalah pihak yang membantu mereka untuk reservasi hotel,” kata Godam.
Mata-mata
Dalam pernyataan pada Senin (19/8/2024), Senator Risa Hontiveros menyebut kuartet itu lari dari Filipina pada 17 Juli 2024. Hontiveros adalah salah satu senator Filipina yang memimpin penyelidikan kasus Guo. Ia menuding Guo mata-mata China yang sukses menyamar sampai menjadi Wali Kota Bamban di Provinsi Tarlac, Filipina.
Guo menyangkal tudingan itu. Penyangkalan ini disampaikan oleh pengacaranya ataupun Guo dalam beragam kesempatan.
Hontiveros dan belakangan PAOCC menyebut Gao bukan warga Filipina. Akta kelahirannya diterbitkan kala ia berusia 17 tahun. Hal ini tidak lazim di Filipina. Kejaksaan Agung Filipina tengah meminta pengadilan Bamban membatalkan akta itu.
Kewarganegaraan Filipina atas Guo diragukan. Meski demikian, sebagaimana terungkap pada data Biro Imigrasi (BoI) Filipina, Guo memiliki paspor Filipina. Paspor itu sah dan bisa dipakai di Filipina dan negara lain. Paspor itu baru dicabut pada Rabu (21/8/2024).
Baca juga: Presiden Marcos Jr Perintahkan Penutupan Judi Daring di Filipina
Hal lain, data menunjukkan orangtua Guo adalah warga China dan tinggal di negara itu. Keluarga tersebut bertemu di Singapura pada 28 Juli 2024 kala Guo dan tiga rekannya sedang dalam pelarian.
Bukan hanya mata-mata, tudingan kepada Guo juga terkait perdagangan orang, judi daring dengan operasi luar negeri, serta penipuan daring.
Bukan hanya mata-mata, tudingan kepada Guo juga terkait perdagangan orang, judi daring dengan operasi luar negeri, serta penipuan daring. Di Filipina, bisnis judi daring pernah diizinkan. Walakin, perdagangan orang, apalagi penipuan daring, sejak lama ditetapkan sebagai kejahatan.
Tudingan itu antara lain dikuatkan hasil razia properti di Bamban. Lahan itu terdaftar dimiliki Baofu Land Development, perusahaan bentukan Guo dan sejumlah rekannya. Sejumlah rekan Guo punya paspor dari berbagai negara. Properti itu beberapa kali dirazia aparat Filipina pada 2023 dan 2024. Pada Maret 2024, aparat menangkap 875 orang di sana.
Di sana, aparat menemukan bukti-bukti perdagangan orang dan penyiksaan. Selain itu, ada juga jejak judi daring internasional dan penipuan daring.
Aparat juga menemukan helikopter dan belasan mobil mewah. Selain itu, ada banyak mobil biasa. Kepada televisi ABS-CBN, Guo menyebut helikopter itu untuk bisnis taksi udara. Soal mobil mewah, termasuk McLaren 620R, ia menyangkal memilikinya. Mobil itu dinyatakan untuk dijual.
Baca juga: WNI ”Scammer” di Filipina, 18 Jam Sehari Bekerja di Bawah Moncong Senjata
Aparat juga menemukan aneka barang mewah lain, termasuk kalung berharga 276.000 dollar AS. ”Apakah ini (keterlibatan dengan sindikat) membuatnya bisa hidup mewah?” kata Hontiveros.
Seperti untuk tudingan mata-mata, Guo juga menyangkal terlibat di Baofu. Ia mengaku sudah keluar dari perusahaan itu sejak 2022. Lokasi properti itu tidak jauh dari Balai Kota Bamban. ”Saya tidak terkait atau melindungi pelaku judi daring. Saya tidak tahu soal kegiatan itu,” kata Guo.
Media Singapura, The Straits Times, menulis Guo diduga bagian dari sindikat judi daring yang terlibat pencucian hingga 3 miliar dollar Singapura. Sindikat itu beroperasi juga di Kamboja. Sebagian pentolan sindikat sudah ditangkap dan dihukum Singapura. Penangkapan jauh sebelum Guo masuk Singapura.
Masih menurut The Straits Times, kepolisian Singapura tidak menerima permintaan penangkapan kelompok Guo dari Filipina. Karena itu, kelompok Guo bisa berada di Singapura hampir sebulan.
Baca juga: Penipuan Daring Jadi Perhatian Kemenlu, Ratusan Korban TPPO Dipulangkan
Jaksa dalam kasus Guo, Sonny Ocampo, menyebut Guo masih di Filipina pada 14 Juli 2024. Bahkan, ia bertemu dengan pengacaranya, Elmer Galicia, untuk membahas kasus yang membelit perempuan itu.
Kabur dari Filipina
Meski sedang diselidiki, tidak ada perintah pencegahan untuk Guo. Karena itu, ia bisa meninggalkan Filipina pada 17 Juli 2024. Ocampo membenarkan itu dalam pernyataan kepada media Filipina, Rappler.
Casio menyebut, data menunjukkan rombongan Guo meninggalkan Filipina pada 17 Juli 2024. Diduga kuat mereka tidak melewati pemeriksaan imigrasi di Bandara Ninoy Aquino, Manila. Sebab, BoI tidak punya data perlintasan mereka di bandara tersebut.
Meski demikian, mereka tetap bisa naik Batik Air dari Manila. Pesawat itu mendarat di Denpasar pada 18 Juli 2024. Dari Denpasar, mereka terbang ke Kuala Lumpur, Malaysia.
Hal yang jelas, rombongan itu berada di Malaysia pada 18-21 Juli 2024. Setelah itu, mereka naik JetStar Asia ke Singapura. Berselang sepekan sejak mereka tiba, orangtua mereka datang dari China.
Baca juga: Lika-liku Spionase Mata-mata Rusia Paling Berharga
Mereka hampir sebulan berada di Singapura sampai naik kapal ke Batam pada Minggu (18/8/2024). Di Batam, sebagian anggota rombongan itu ditangkap, lalu dibawa ke Filipina, sementara dua orang lagi masih dicari.
Verifikasi rute
PAOCC masih memverifikasi rute pelarian tersebut. Juru bicara BoI, Dana Sandoval, mengatakan, pihaknya menyelidiki kemungkinan Guo naik pesawat pribadi atau menyelundup dari laut.
”Kami memeriksa semua kemungkinan yang mungkin dipakainya untuk meninggalkan negara ini tanpa pemeriksaan imigrasi. Karena, kalau dia melewati pelabuhan resmi yang ada imigrasi, kami pasti punya datanya,” kata Sandoval.
Komisaris Tansingco menyebut, tidak semua pintu keluar Filipina diawasi BoI. Ada juga perlintasan yang diawasi otoritas maritim atau dirgantara. Penumpang jet pribadi, menurut BoI, bisa saja tidak melewati pemeriksaan imigrasi. Penumpang diperiksa petugas instansi lain.
Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr juga bersuara soal pelarian itu. ”Kami akan mengungkap kaki tangan yang mengkhianati kepercayaan rakyat dan membantu penerbangannya. Mereka yang terlibat akan dibebastugaskan dan diminta pertanggungjawaban maksimum sesuai hukum,” katanya pada Rabu (21/8/2024).
Adapun Menteri Kehakiman Filipina Jesus Crispin Remulla tidak menampik bahwa ada oknum tidak jujur di BoI. Bisa jadi, oknum-oknum itu membantu Guo. ”Saya memberikan peringatan terakhir kepada oknum petugas imigrasi yang terlibat dalam pelarian Guo, mengaku atau saya sendiri yang mengejar,” ucapnya.
Hontiveros setuju, pasti ada oknum aparat Filipina membantu pelarian Guo. ”Dia tidak mungkin bisa kabur kalau tidak ada aparat pemerintah membantunya. Ini seperti membiarkan diri kita ditampar oleh orang asing yang berulang kali melanggar hukum dan aturan,” ujarnya.
Sampai sekarang, belum ada perintah penangkapan untuk Guo. Ia hanya dicari Senat untuk diperiksa dalam sidang dengar pendapat. Tanpa perintah pengadilan, tidak bisa diterbitkan perintah penangkapan ke Interpol. (REUTERS)