Benarkah Pemerintahan Biden dan Demokrat Semakin Tidak Sabar kepada Israel?
Sebagian pendukung Demokrat meragukan komitmen Biden soal Gaza. Ada juga pejabat AS jengkel kepada Netanyahu.
Oleh
IRENE SARWINDANINGRUM
·3 menit baca
CHICAGO, RABU — Hari kedua Konvensi Nasional Partai Demokrat Amerika Serikat terus diwarnai protes soal perang Gaza. Sejumlah pejabat pemerintah juga menyuarakan kejengkelan kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Pada Selasa (20/8/2024) siang waktu Chicago atau Rabu dini hari WIB, sebagian pemilik suara di Konvensi Nasional Partai Demokrat meragukan komitmen pemerintahan Joe Biden soal perang Gaza. Salah satunya Jonathan Simonds (29) dari Hawaii. Ia mewakili pemilik suara yang tidak berkomitmen pada salah satu bakal calon Presiden AS yang akan diusung Demokrat.
Kepada Al Jazeera, ia menyebut bahwa banyak orang muda AS murka dengan dukungan tanpa syarat Pemerintah AS kepada Israel. Simonds mengaku ke Chicago untuk mendesak AS berhenti mengirim senjata agar Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tidak bisa meneruskan perang.
Biden tidak bisa mengklaim bekerja sepenuh waktu untuk (mengupayakan) gencatan senjata sembari terus mengirimkan jet tempur agar Netanyahu bisa terus berperang.
AS bersama sejumlah negara terus memasok aneka persenjataan dan kebutuhan militer Israel di perang Gaza. Pasokan tetap disalurkan meski ada gugatan di Mahkamah Kriminal Internasional dan Mahkamah Internasional soal pendudukan Israel di Tepi Barat serta perang Gaza.
Sabrene Odeh dari Negara Bagian Washington juga datang ke konvensi dengan status seperti Simonds: mewakili kelompok yang belum mendukung siapa pun. Ia menyebut, pernyataan Biden dan pejabatnya hanya omong kosong.
Dalam pidato di konvensi, Biden menyatakan terus berusaha mendorong gencatan senjata. Beberapa hari sebelum konvensi, pemerintahan Biden menyetujui paket bantuan senjata 20 miliar dollar AS untuk Israel.
Koalisi pemuda yahudi AS yang menolak perang, IfNotNow, juga mendesak gencatan senjata segera diberlakukan. Wakil kelompok itu di konvensi, Eva Borgwardt, menyebut pernyataan Biden di konvensi bertolak belakang dengan tindakannya 10 bulan terakhir. ”Presiden Biden tidak bisa mengklaim bekerja sepenuh waktu untuk (mengupayakan) gencatan senjata sembari terus mengirimkan jet tempur agar Netanyahu bisa terus berperang,” katanya.
Selalu berkelit
Sejumlah pejabat AS yang menolak identitasnya diungkap menyebut, Netanyahu selalu berkelit soal gencatan senjata. Terbaru, Netanyahu dituding berbohong soal pernyataannya terkait dengan pertemuan dengan Menlu AS Antony Blinken.
Netanyahu mengklaim telah menyakinkan Blinken bahwa Israel harus terus mengendalikan perbatasan Gaza-Mesir. ”Pernyataan itu tidak membantu pencapaian kesepakatan gencatan senjata,” kata salah pejabat yang mendampingi Blinken mendatangi Israel.
Amerika Serikat tidak menerima pendudukan jangka panjang apa pun di Gaza oleh Israel.
Menurut pejabat itu, pernyataan tersebut membahayakan pembicaraan gencatan senjata di semua aspek. Apalagi, AS mengupayakan mekanisme baru yang disebut proposal penghubung. Usulan baru itu menjembatani usulan Biden pada 31 Mei 2024 dengan penolakan Netanyahu pada segala macam gagasan soal gencatan senjata.
Blinken, menurut pejabat AS itu, meyakini Netanyahu setuju pada proposal penghubung. AS yakin, gencatan senjata perlu segera dicapai.
”Amerika Serikat tidak menerima pendudukan jangka panjang apa pun di Gaza oleh Israel. Lebih khusus lagi, perjanjian tersebut sangat jelas tentang jadwal dan lokasi penarikan (Pasukan Pertahanan Israel) dari Gaza, dan Israel telah menyetujuinya. Jadi, sejauh yang saya ketahui, itulah yang sangat jelas bagi saya,” kata Blinken selepas bertemu Netanyahu.
AS berharap perundingan Israel-Hamas kembali berlanjut dalam beberapa waktu mendatang. Perundingan pekan lalu gagal karena Hamas menolak berbicara lagi. Hamas meminta para penengah memaparkan saja langkah untuk menerapkan usulan Biden pada Mei 2024.
Selepas permintaan itu, Blinken menawarkan proposal penghubung. Hamas menolak dan menyebut proposal itu bertolak belakang dengan usulan Biden sebelumnya. Hamas menyebut proposal penghubung cuma memberi tambahan waktu bagi Israel untuk meneruskan pembantaian di Gaza.
Juru Bicara Hamas Osama Hamdan menyebut AS menyampaikan keterangan berbeda soal posisi Israel. Ke Hamas, AS menyebut Israel sudah setuju. Sementara Israel, termasuk oleh Netanyahu, menyatakan tidak sepakat dengan usulan penarikan pasukan dari Gaza.
Hamas juga menyangkal pernyataan Biden soal proses perundingan. Hamas tidak pernah mundur dari perundingan, sebagaimana dinyatakan Biden di konvensi. Hamas mengatakan, pernyataan Biden itu tidak mencerminkan posisi Hamas sebenarnya, yaitu sangat ingin mencapai penghentian permusuhan di Gaza.
Hamas menilai pernyataan Biden ini bisa digunakan Israel sebagai lampu hijau untuk terus menyerang Gaza. Hamdan kembali menegaskan, Hamas tidak perlu usulan baru. Hamas hanya meminta rencana penerapan usulan Biden.
Netanyahu menuntut penghancuran total Hamas. Setelah Hamas dinilai hancur, Israel akan menempatkan pasukan untuk memastikan tidak ada kebangkitan kelompok itu di Gaza. Israel juga mau mengendalikan semua pintu perbatasan Gaza, termasuk Koridor Philadelphia.
Koridor selebar 100 meter dan panjang 14 kilometer itu membentang di perbatasan Gaza-Mesir. Sejak Mei 2024, Israel mengklaim sepenuhnya mengendalikan koridor perlintasan utama Mesir-Gaza itu.
Sementara Hamas menegaskan, tidak ada kesepakatan tanpa penghentian perang permanen di Gaza. Hamas juga ingin memastikan tidak ada pendudukan Israel dengan kedok apa pun di Gaza. Hamas tidak mau Israel kembali menduduki Gaza seperti terjadi sebelum 2006. (AFP/REUTERS/AP)