Ukraina Tersengat Nord Stream Kala Sedang Menyerbu Kursk
Dulu, AS berkeras Rusia meledakkan Nord Stream 2. Kini, Jerman menyelidiki keterlibatan Ukraina.
Oleh
IWAN SANTOSA
·3 menit baca
BERLIN, JUMAT — Setelah hampir dua tahun, peledakan pipa gas Nord Stream 2 kembali menunjukkan perkembangan. Jerman menuding para petinggi Ukraina terlibat dalam peledakan infrastruktur penting bagi Uni Eropa itu. Tudingan dilontarkan kala Ukraina sedang sibuk menyerbu Kursk, Rusia.
Perkembangan serangan ke Kursk diungkap Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada Kamis (15/8/2024) malam waktu Kyiv atau Jumat dini hari WIB. Pasukan Ukraina dinyatakan telah sepenuhnya mengendalikan kota Sudzha, Kursk.
Angkatan Bersenjata Ukraina telah menunjuk Mayor Jenderal Eduard Moskaliov untuk memimpin operasi harian di Kursk. Kyiv mengklaim, 1.000 kilometer persegi wilayah Kursk dikendalikan pasukan Ukraina.
Sudzha bukan hanya kota perbatasan Rusia-Ukraina. Kota itu menjadi salah satu lokasi stasiun distribusi utama gas dari Rusia ke Eropa. Jaringan distribusi itu membentang di Ukraina sebelum masuk ke jaringan pipa Uni Eropa.
Sejumlah video menunjukkan pasukan Ukraina telah mengendalikan stasiun tersebut. Meski demikian, belum ada pernyataan resmi dari Rusia dan Ukraina soal stasiun tersebut.
Ukraina malah berkomentar soal jaringan lain, Nord Stream 2. Pipa itu penting untuk penyaluran gas dari Rusia ke Jerman dan sejumlah anggota Uni Eropa. Selama bertahun-tahun, gas Rusia jadi salah satu resep industrialisasi Jerman.
Pada 22 September 2022, jaringan pipa yang belum beroperasi itu diledakkan. Peledakan itu memastikan Nord Stream 2 tidak akan pernah bisa dipakai. Jerman, Denmark, dan Swedia menyelidiki peledakan itu. Belakangan, Denmark dan Swedia menghentikan penyelidikan.
Perintah penangkapan
Sementara pada Rabu (14/8), Kejaksaan Jerman mengumumkan telah menerbitkan perintah penangkapan kepada seorang warga Ukraina. Warga yang hanya disebut bernama Volodymr Z itu dianggap bertanggung jawab pada peledakan Nordstream 2. Tersangka yang diidentifikasi sebagai pelatih selam itu disebut berada di Warsawa, Polandia, pada Juni 2024. Sayangnya, tersangka sudah lari sebelum aparat menangkapnya.
”Tim Ukraina bertindak di sini. Meski demikian, (sabotase)itu hanya mungkin dilakukan dengan dukungan dari darat,” kata mantan Kepala Bundesnachrichtendienst (BND) August Hanning kepada Die Welt.
Mantan pemimpin badan intelijen luar negeri Jerman itu menyebut, butuh keahlian pasukan khusus untuk meledakkan pipa di dasar laut tersebut. Atas pertimbangan tersebut, Hanning meyakini, keterlibatan pasukan khusus Polandia dan Ukraina. ”Bisa jadi ada kesepakatan antara pemimpin Ukraina dan Polandia,” ujarnya.
Ia secara lugas menyebut Zelenskyy dan Presiden Polandia Andrzej Duda bersepakat soal peledakan tersebut. Ia menyoroti fakta Warsawa menolak menyelidiki peledakan tersebut. Selain itu, berdasarkan surat perintah kejaksaan Jerman, tersangka tinggal di Warsawa. Tim peledak juga diduga kuat berangkat dari pesisir Polandia menuju lokasi peledakan.
Ia menyebut peledakan itu wujud terorisme oleh negara. ”Tidak mungkin ini hanya ulah seorang pelatih selam,” ujarnya.
Kasus itu juga disoroti sejumlah media Jerman, yakni koran Suddeutsche Zeitung dan Die Zeit serta ARD TV. Kejaksaan Jerman memburu setidaknya tiga tersangka yang sudah teridentifikasi. Penyidik Berlin mengeluhkan Warsawa yang tidak mau bekerja sama dalam penyelidikan tersebut.
Sementara media Amerika Serikat, The Wall Street Journal, tidak kalah gamblang menuding Zelenskyy. Laporan WSJ menulis, gagasan peledakan pertama kali dibahas pada Mei 2022 dalam pertemuan para komandan Angkatan Bersenjata dan sejumlah pengusaha Ukraina. Para pengusaha mengeluarkan 300.000 dollar AS untuk mendanai operasi tersebut.
Zelenskyy menerima laporan pertemuan itu dan setuju. Walakin, belakangan ia mencoba membatalkannya setelah ada peringatan dari Amerika Serikat. Sayangnya, Panglima Angkatan Bersenjata Ukraina kala itu, Valery Zaluzhny, memerintahkan peledakan dilakukan.
Kyiv membantah
Ukraina membantah tudingan tersebut. ”Tidak ada alasan bagi Ukraina melakukan hal itu. Peledakan pipa Nord Stream tidak menghentikan serangan Rusia dan tidak mengubah jalannnya perang,” kata penasihat Presiden Ukraina, Mykhailo Podolyak.
Zaluzhny yang kini menjadi Duta Besar Ukraina di London juga membantah tudingan tersebut. Ia diberhentikan sebagai panglima beberapa bulan lalu.
Adapun Roman Chervinsky yang disebut sebagai kepala operasi menolak berkomentar. Chervinsky merupakan perwira pasukan khusus Ukraina. Media AS, The New York Times dan The Washington Post, serta media Jerman, Der Spiegel, menjadi yang pertama mengungkap dugaan keterlibatan Chervinsky.
Sementara Warsawa membenarkan ada permintaan Berlin untuk menangkap para tersangka kasus itu. Akan tetapi, permintaan itu terlambat. Tersangka telanjur kabur ke Ukraina.
Petugas imigrasi Polandia memang mencatat ada orang dengan ciri mirip tersangka. Akan tetapi, pria itu dibiarkan lewat karena tidak ada pelanggaran yang membuatnya tidak bisa melintas.
Penyelidikan Berlin menjadi babak baru kasus Nord Stream 2. Sebelum ini, AS berkeras Rusia meledakkan sendiri pipa itu. Moskwa menyangkal sembari mengingatkan Presiden AS Joe Biden berulang kali mengancam mematikan jaringan pipa tersebut. (AFP/AP)