Perundingan Hamas-Israel, Kesempatan Terakhir AS Cegah Iran Serang Israel
Israel-AS memperkirakan serangan pembalasan Iran terhadap Israel terkait kematian Haniyeh bisa berlangsung pekan ini.
WASHINGTON, RABU — Sejumlah pejabat Iran telah berkali-kali menegaskan akan membalas terhadap Israel atas pembunuhan Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh saat ia menjadi tamu di negaranya. Ditegaskan pula oleh Teheran bahwa pembalasan terhadap Israel adalah persoalan berbeda dari proses gencatan senjata di Gaza.
Namun, Presiden Amerika Serikat Joe Biden masih meyakini gencatan senjata Hamas-Israel itu dapat menahan Iran menyerang Israel. Ia mengatakan, kesepakatan gencatan senjata di Gaza dapat mencegah rencana Iran menyerang Israel. Pernyataan ini muncul setelah Iran menolak seruan Barat untuk menghentikan ancaman pembalasan ke Israel.
”Itu harapan saya,” kata Biden di New Orleans, AS, Selasa (13/8/2024) waktu setempat atau Rabu (14/8/2024) waktu Indonesia, ketika ditanya apakah gencatan senjata antara Hamas dan Israel dapat mencegah serangan Iran.
Biden mengatakan, dirinya tidak menyerah meskipun perundingan gencatan senjata di Gaza semakin sulit. Ia meminta semua pihak mengakhiri semua retorika dan tindakan yang meningkatkan eskalasi konflik di Timur Tengah.
Iran dan sekutunya menuding Israel sebagai dalang pembunuhan terhadap Haniyeh saat ia berkunjung ke Teheran untuk menghadiri pelantikan Masoud Pezeshkian sebagai presiden Iran, 31 Juli 2024. Israel tak menyangkal, tetapi juga tak mengakui tuduhan itu.
Baca juga: Wamenlu Iran: Pembalasan pada Israel atas Pembunuhan Haniyeh Jadi Prioritas Kami
Iran menegaskan akan membalas pembunuhan itu. Beberapa jam sebelum pembunuhan terhadap Haniyeh, Israel menyatakan telah membunuh komandan senior Hezbollah, Fuad Shukr, dalam serangan di Beirut, Lebanon. Hezbollah, sekutu Iran, juga menyatakan akan membalas kematian Shukr.
Antisipasi serangan pekan ini
Gedung Putih memperingatkan pembalasan Iran dan sekutunya diperkirakan terjadi pada pekan ini. Pembalasan itu diprediksi berupa serangkaian serangan signifikan. Israel memperkirakan hal yang sama.
Sejumlah persiapan menghadapi serangan balasan Iran dan sekutunya telah dilakukan oleh AS dan Israel. ”Sesuatu dapat terjadi pekan ini oleh Iran dan proksinya. Itu penilaian AS dan juga penilaian Israel,” kata juru bicara Gedung Putih, John Kirby.
Menurut kantor berita Reuters, seorang pejabat keamanan senior Iran mengungkapkan, Iran bersama dengan sekutunya akan melancarkan serangan langsung jika perundingan Gaza gagal atau jika mereka merasa Israel menunda perundingan.
Sumber tersebut tidak mengatakan berapa lama Iran akan memberikan waktu bagi perundingan untuk berlangsung sebelum melancarkan pembalasan. Menurut sumber itu, Iran telah terlibat pembicaraan intensif dengan negara-negara Barat dan AS, beberapa hari terakhir. Pembicaraan itu mengenai cara untuk mengalibrasi pembalasan.
Reuters tak menyebut nama narasumber yang dikutip dengan alasan sensitivitas isu yang disampaikannya.
Gedung Putih memperingatkan pembalasan Iran dan sekutunya terhadap Israel diperkirakan berlangsung pada pekan ini.
Dalam komentar yang dipublikasikan pada hari Selasa, Kedutaan Besar AS untuk Turki mengonfirmasi bahwa Washington meminta sekutu untuk membantu meyakinkan Iran agar meredakan ketegangan. Tiga sumber pemerintah regional di Timur Tengah juga berbicara dengan Teheran untuk menghindari eskalasi menjelang perundingan gencatan senjata Gaza, yang akan dimulai pada Kamis (15/8/2024) di Mesir atau Qatar.
Di Israel, banyak pengamat meyakini pembalasan Iran dan sekutunya akan segera terjadi. Hal ini setelah Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan, Iran akan menghukum keras Israel atas serangan di Teheran.
”Kami mengikuti dengan saksama apa yang terjadi di Beirut dan Teheran, dan berupaya menggagalkan setiap (kemungkinan) ancaman sambil juga mempersiapkan berbagai opsi ofensif,” kata Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant saat berkunjung ke pangkalan intelijen di Israel Utara.
Menurut Gallant, Israel bertekad untuk memenuhi misi mereka dan memastikan kembalinya penduduk di Israel utara ke rumah mereka dengan aman. Israel memastikan bahwa Hezbollah mundur ke utara Sungai Litani. Selama ini, warga Israel di perbatasan Lebanon mengungsi karena Hezbollah dan Israel terus-menerus saling serang di daerah itu.
Iran belum melunak
Keyakinan Biden bahwa pembalasan Iran akan bisa diredam lewat perundingan gencatan senjata antara Hamas dan Israel itu berbeda dengan suara sejumlah pejabat pemerintahan Iran. Sejauh ini, sikap resmi Iran soal pembalasan ke Israel belum melunak, terlepas dari proses perundingan gencatan senjata di Gaza.
Wakil Menteri Luar Negeri Iran Bidang Pendidikan dan Riset Mohammad Hasan Sheikholeslami menegaskan, bagi Iran, pembalasan terhadap Israel harus dilakukan sebagai bentuk perlindungan integritas nasional negaranya. ”Itu adalah persoalan berbeda,” katanya saat ditanya soal gencatan senjata di Gaza dan pembalasan terhadap Israel dalam wawancara di Jakarta, Selasa (13/8/2024).
Hal yang sama diutarakan Wakil Tetap Iran untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Amir Saeid Iravani di forum Dewan Keamanan PBB di New York, AS, pekan lalu. Namun, kata Iravani, Iran akan memperhitungkan respons ke Israel itu sehingga tak mengganggu gencatan senjata.
Berdasarkan hierarki kepentingan nasional, kata Sheikholeslami, perlindungan integritas teritorial dan kedaulatan nasional ada di tingkat tertinggi. Kedaulatan ini bahkan berada di atas kemakmuran ekonomi dan kepentingan lainnya.
Para pengamat Israel mempunyai pandangan berbeda lagi. Peneliti senior di Pusat Aliansi untuk Studi Iran di Universitas Tel Aviv, Meir Litvak, menilai, Iran akan mengutamakan kebutuhannya sendiri sebelum membantu sekutunya, Hamas. Akan tetapi, Iran juga ingin menghindari perang skala penuh.
”Orang Iran tidak pernah menyesuaikan strategi dan kebijakan mereka pada kebutuhan proksi atau sekutu mereka,” kata Litvak. ”Serangan mungkin terjadi dan hampir tak terelakkan, tetapi saya tidak tahu skala dan waktunya.”
Baca juga: Membaca Arah Balasan Iran ke Israel
Analis yang bermarkas di Iran, Saeed Laylaz, mengatakan bahwa para pemimpin Iran menunjukkan semangat untuk mencapai gencatan senjata di Gaza. Ia mengatakan, sebelumnya Iran tidak terlibat dalam proses perdamaian Gaza. Namun, kini, terlihat sikap siap memainkan peran kunci. ”Untuk memperoleh insentif, menghindari perang habis-habisan, dan memperkuat posisinya di kawasan itu,” katanya.
Dalam laporannya, Reuters juga menyebutkan Iran tengah mempertimbangkan untuk mengirim seorang perwakilan ke perundingan gencatan senjata Gaza. Akan tetapi, perwakilan itu tidak akan menghadiri pertemuan secara langsung, tetapi akan terlibat dalam diskusi di balik layar untuk menjaga jalur komunikasi diplomatik dengan Amerika Serikat, sementara negosiasi berlangsung. Namun, kepada Reuters, Iravani di Markas Besar PBB menyangkal informasi tersebut.
Dua sumber senior yang dekat dengan Hezbollah mengatakan, Teheran akan memberi kesempatan pada perundingan tersebut, tetapi tetap tidak akan melepaskan niatnya untuk membalas. Gencatan senjata di Gaza akan memberikan Iran alasan untuk memberi respons yang lebih ringan dari dugaan semula.
Para diplomat Barat terus berusaha mencegah membesarnya konflik bersenjata di Timur Tengah. ”Ancaman eskalasi regional lebih nyata dan lebih mengerikan daripada sebelumnya,” kata Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Politik dan Pembangunan Perdamaian Rosemary DiCarlo.
Baca juga: Setelah Ismail Haniyeh Dibunuh di Teheran, Akankah Iran Menyerang Israel?
Lewat deklarasi bersama, Perancis, Inggris, dan Jerman mendesak Iran untuk meredakan ketegangan. Deklarasi ini ditolak mentah-mentah oleh Iran. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanani, mengkritik seruan Barat untuk menahan diri tersebut.
”Perancis, Jerman, dan Inggris tidak mengemukakan keberatan terhadap kejahatan internasional rezim Zionis (Israel). Tetapi, secara terang-terangan meminta Iran untuk tidak mengambil tindakan pencegahan terhadap rezim yang telah melanggar kedaulatan dan integritas teritorialnya,” kata Kanani.
Adu senjata
Seiring dengan ancaman pembalasan, kantor berita Iran, Mehr, melaporkan, Iran menggelar latihan militer di Provinsi Gilan di Laut Kaspia di Iran utara pada Selasa (13/8/2024) malam. Latihan ini dirancang untuk meningkatkan kesiapan pertahanan.
Sebelumnya, Garda Revolusi Iran (IRGC) juga memperlihatkan 2.654 sistem militer terbaru yang ditambahkan ke Angkatan Laut IRGC. Sistem baru itu antara lain rudal jarak jauh dan jarak menengah, pesawat nirawak (drone) untuk pertempuran dan pengintaian, serta unit perang elektronik.
Kantor berita Iran, IRNA, melaporkan, terdapat sejumlah besar rudal jelajah antikapal baru dalam tambahan tersebut. Rudal-rudal itu memiliki kemampuan baru yang lebih canggih, yaitu hulu ledak berdaya ledak tinggi dan tidak dapat dilacak radar.
Baca juga: ”Drone” Houthi Hantam Tel Aviv, Mengapa Kali Ini Pertahanan Israel Jebol?
Demi melindungi Israel, AS telah mengerahkan gugus tempur laut, yang terdiri dari kapal induk, kapal-kapal perang, dan kapal selam berpeluru kendali ke wilayah Timur Tengah sejak pekan lalu. Washington juga menyetujui penjualan senjata senilai lebih dari 20 miliar dollar AS kepada Israel, termasuk jet tempur F-15 dan hampir 33.000 peluru tank.
Dalam wawancara di Jakarta, Sheikholeslami mengatakan, serangan Iran ke Israel pada April 2024 dan serangan pesawat nirawak yang menembus Tel Aviv memberi pelajaran bahwa pertahanan udara Israel bisa ditembus. Pada 13 April 2024, dengan serangan yang disebut Operasi Janji Jujur, Iran menembakkan sekitar 300 drone berpeledak, rudal dan misil ke kawasan Israel. Serangan ditangkis AS dan Israel tanpa korban jiwa.
Pada 19 Juli 2024, dengan drone yang diberi nama Yafa, kelompok Houthi di Yaman—juga sekutu Iran—berhasil menembus sistem pertahanan udara Tel Aviv, "Kubah Besi (Iron Dome)”. Serangan itu menewaskan satu orang dan melukai 10 orang lainnya.
”Operasi itu telah meruntuhkan kesombongan palsu bahwa rezim Israel tak bisa diserang. Serangan tersebut membuktikan bahwa rezim itu punya sisi lemah,” kata Sheikholeslami.
Israel tegang
Sebelumnya, Netanyahu mengatakan, Israel siap dengan segala skenario. Namun, ketegangan tetap menyelimuti kehidupan warga Israel. Sejumlah warga dilaporkan berusaha meninggalkan Israel. Museum Seni Israel menyembunyikan koleksinya yang paling berharga karena takut akan serangan Iran.
Di antaranya adalah lukisan karya Pablo Picasso dan Gustav Klimt. Lukisan-lukisan itu disimpan di ruang bawah tanah yang dijaga ketat untuk melindunginya dari serangan rudal.
Beberapa galeri dibiarkan kosong. Hanya terlihat dinding-dinding dengan kait gantungan dan kartu deskripsi kecil yang tertinggal. ”Dalam tiga, empat, lima hari terakhir, ketika ancaman baru dari Hezbollah dan Iran muncul lagi, kami perlu mengambil tindakan pencegahan,” kata Direktur Nuseum Seni Israel Tania Coen-Uzzielli. (AFP/AP/Reuters)