Kalkulasi Iran Menyerang Israel: Memberi Efek Gentar Tanpa Eskalasi
Iran belum menyerang Israel karena ingin memastikan agar serangan mereka dapat melumpuhkan Israel tanpa memicu eskalasi.
Dunia sedang khawatir jika perang di Jalur Gaza melebar menjadi perang kawasan, bahkan ada kekhawatiran bisa meluas menjadi Perang Dunia III. Salah satu sumbu pemicunya adalah konflik terbuka antara Iran dan Israel.
Israel adalah kekuatan nuklir di kawasan. Iran juga diduga juga memiliki program pengayaan uranium dan bahkan ditengarai memiliki kemampuan membuat senjata nuklir.
Iran juga memiliki jaringan proksi di kawasan, antara lain di Lebanon, Suriah, Palestina, dan Yaman. Sementara Israel memiliki sekutu utama Amerika Serikat yang terus memasok senjata-senjata terbaru dan membangun kekuatan pemukul Israel di kawasan.
Baca juga: Membaca Arah Balasan Iran ke Israel
Meski telah ditegaskan sebelumnya oleh Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, Iran hingga kini belum membalas terhadap Israel atas pembunuhan Kepala Biro Hamas Ismail Haniyeh saat ia berkunjung menghadiri pelantikan Presiden Iran Masoud Pezeshkian di Teheran, 31 Juli 2024. Iran menuding Israel di balik pembunuhan Haniyeh. Israel tidak mengakui dan tidak pula membantah tudingan itu.
Para pengamat menilai, Iran belum melancarkan serangan ke Israel karena ingin memastikan agar serangan mereka dapat melumpuhkan Israel, tetapi tidak sampai memperluas perang berskala besar.
Berdasarkan hukum internasional, Iran dibenarkan membalas serangan tersebut. Para pemimpin Amerika Serikat, Inggris, Perancis, dan Jerman dalam keterangan bersama, Senin (12/8/2024), meminta Iran agar menahan diri tidak menyerang balik dan tidak membuat konflik di Timur Tengah membesar.
Terkait serangan Israel terhadap kantor Konsulat Iran di Damaskus, Suriah, pada 1 April 2024, yang menewaskan antara lain dua jenderal Iran, Teheran melancarkan balasan terhadap Israel pada 13 April 2024 atau 12 hari setelah serangan Israel di Damaskus. Ketika itu Iran meluncurkan 170 pesawat nirawak (drone) serang, 30 rudal jelajah, dan 120 rudal balistik ke Israel.
Para pemimpin Iran berusaha menghitung dan mengatur serangan untuk memastikan dapat menimbulkan kerusakan berarti di Israel, tetapi pada saat bersamaan serangan itu terukur sehingga tidak membuat peperangan melebar dan berkepanjangan.
Israel, AS, dan sekutu lainnya mampu mencegat serangan tersebut. Dalam ulasannya, Minggu (11/8/2024), Institute for the Study of War (ISW) memaparkan bahwa para pemimpin Iran berusaha menghitung dan mengatur serangan berikut untuk memastikan dapat menimbulkan kerusakan berarti di Israel sehingga menimbulkan efek gentar. Meski demikian, pada saat bersamaan serangan tersebut terukur sehingga tidak membuat peperangan melebar dan berkepanjangan.
Baca juga: Dendam Iran-Israel, Ancaman Fase Baru Perang di Timur Tengah
Para analis Barat semula memperkirakan Iran dan Hezbollah di Lebanon akan menyerang Israel pada Hari Besar Yahudi Tisha B’av yang jatuh pada 12-13 Agustus 2024. Dua hari itu telah berlalu, tidak ada serangan Iran ke Israel.
Iran mungkin akan mengulur waktu lebih lama lagi untuk memastikan serangannya berhasil mencapai tujuan strategis.
Perang urat saraf
Semakin lama Iran tidak membalas Israel, semakin mereka membuat warga Israel cemas dan bertanya-tanya: kapan serangan tiba. Itu juga membuat warga Israel mempertanyakan kesiapan pertahanan militer negara mereka menghadapi ancaman balasan.
Media milik militer Iran, Defa Press, mengatakan bahwa Iran melancarkan perang psikis ke Israel dengan menyebar informasi rencana-rencana serangan balasan. Media itu mengklaim, perang psikis tersebut mengganggu kehidupan sehari-hari dan perekonomian di Israel. Defa Press juga mengklaim, banyak warga Israel—yang umumnya memiliki paspor ganda—berusaha meninggalkan Israel, mencari tempat yang aman jauh dari konflik sejak awal Perang Hamas-Israel, yang meletus mulai 7 Oktober 2023.
Baca juga: Serangan Iran ke Israel dan Ancaman Instabilitas Global
Langkah itu sesuai kajian CTP-ISW tentang cara Iran mengguncang Israel dengan membuat situasi tidak stabil dan menyebar kecemasan di masyarakat Israel sehingga memicu migrasi meninggalkan negara mereka.
Seorang anggota parlemen Iran pada Komisi Keamanan dan Luar Negeri tanggal 10 Agustus 2024 mengatakan bahwa membuat masyarakat Israel cemas adalah bagian dari pembalasan Iran. Situasi cemas masyarakat Israel juga terjadi pada 11 April 2024 atau dua hari sebelum serangan rudal dan drone Iran ke Israel.
Latihan militer Iran
Korps Garda Revolusi Iran menggelar latihan militer di Provinsi Kermanshah di Iran barat, 9-13 Agustus 2024. Latihan tersebut untuk kesiapan perang dan daya gempur. Pangkalan militer Iran di Najaf-e Ashraf, yang mencakup Provinsi Kermanshah, Hamedan, dan Ilam, juga terlibat dalam latihan militer tersebut.
Pemerintah Iran juga memberikan peringatan kepada pesawat yang melintas (Notice to Airmen/NOTAM) pada 10 Agustus 2024 agar menjauhi ruang udara dekat Pangkalan Udara Nojeh di Provinsi Hamedan selama 11 dan 14 Agustus 2024. Pekan lalu NOTAM juga dikeluarkan oleh Pemerintah Iran.
Baca juga: Ismail Haniyeh, Iran, dan Mossad
Anggota Parlemen Iran Ahmad Bakhshayesh Ardestani pada Sabtu (10/8/2024) mengklaim, Iran dapat melancarkan serangan terus-menerus ke Israel dalam tiga atau empat hari. Ia menyebutkan, Iran bisa saja tidak jadi menyerang Israel jika tercapai gencatan senjata dan perdamaian antara Hamas dan Israel.
Ardestani menyatakan, Iran dapat meluncurkan hingga 600 hulu ledak dalam serangan berikut ke Israel jika dibutuhkan. Itu dua kali lipat dari kekuatan yang digunakan dalam serangan balasan bulan April 2024.
Sasaran pangkalan AS
Patut dicatat, terjadi pula serangan drone tanggal 10 Agustus 2024 terhadap militer Amerika Serikat di Rumalyn di Suriah utara, mengakibatkan korban luka di pihak AS dan koalisi. Laporan kantor berita Reuters (11/8/2024) menyebutkan, beberapa prajurit diperiksa karena dikhawatirkan mengalami cedera otak.
Baca juga: AS Diam-diam Kirim Bom dan Pesawat Tempur untuk Israel
Sebelumnya juga terjadi serangan terhadap prajurit AS di Pangkalan Udara Ain al-Assad, 5 Agustus 2024.
Sementara dalam laporan Al Jazeera, diberitakan bahwa setelah pembicaraan via telepon antara Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin dan Menhan Israel Yoav Gallant, Minggu (11/8/2024), kini Gugus Tempur AL AS yang diperlengkapi rudal dan pesawat tempur memasuki perairan Laut Tengah bagian timur di dekat pesisir Israel dan Lebanon. Austin menegaskan, AS berjanji melindungi Israel di tengah eskalasi kawasan.
(Reuters/AP)