Bincang-bincang Donald Trump-Elon Musk Tanpa Sensor dan Tanpa Rem
Dua jam, Musk-Trump mengobrol ke sana kemari. Trump bicara tanpa ada yang menyensor saat ia umbar klaim tak berdasar.
WASHINGTON, SELASA — Pemilik platform media sosial X, Elon Musk, memberi kesempatan kepada Donald Trump, calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, untuk berbicara sebebas-bebasnya di X selama dua jam. Dalam diskusi serius tapi santai, Senin (12/8/2024) malam waktu AS atau Selasa (13/8/2024) siang waktu Indonesia itu, Musk melempar beragam pertanyaan, termasuk soal imigrasi dan inflasi.
Acara berlabel ”wawancara” tersebut dimanfaatkan Trump untuk menyebarkan klaim-klaim tidak berdasar. Tidak ada koreksi atas klaim-klaim tanpa dasar itu.
Setelah hubungan Musk dan Trump dulu panas dingin, kini keduanya akrab dan sering saling memuji. Musk menyatakan dukungannya pada Trump dan berkomitmen membantu Trump menghadapi kandidat Partai Demokrat, Wakil Presiden AS Kamala Harris.
Baca juga: Trump Ancam Tutup Twitter
Sebelum dimulai, diskusi antara Musk dan Trump sempat terlambat 40 menit karena ada masalah teknis. Banyak pengguna X yang kesulitan mendapatkan akses.
Musk curiga kendala teknis itu akibat ada serangan siber atau DDoS. Serangan ini adalah upaya membebani situs web agar sulit digunakan atau tidak dapat diakses.
Kendala teknis ini mengingatkan kejadian serupa di X pada Mei 2023 saat Gubernur Florida Ron DeSantis tampil kacau dalam mengawali pencalonan presiden dari Partai Republik melalui platform medsos itu. Belakangan DeSantis terlempar dari pencalonan dengan mengundurkan diri. Seperti diketahui, tiket capres dari Partai Republik jatuh ke tangan Trump.
Menurut Direktur Pusat Studi Siber Strategis dan Internasional di Singapura Anthony Lim kepada BBC News, Selasa (13/8/2024), diperkirakan kendala di X saat Musk ”mewawancarai” Trump bukan serangan siber, tetapi hanya akibat lalu lintas yang padat. Terlalu banyak pengguna berusaha masuk untuk mengakses siaran langsung itu.
Baca juga: Twitter Tak Lagi Sama sejak Dibeli Elon Musk
Lebih dari sejuta pengikut dilaporkan mengakses X. Serangan siber seperti yang diduga Musk itu tidak mungkin terjadi. Jika betul ada serangan siber, bukan hanya satu layanan atau fitur tunggal di situs web yang akan terpengaruh.
Wawancara Musk-Trump ini menandai kembalinya Trump ke X. Akun Trump di X pernah dihapus tak lama setelah kerusuhan di Gedung Capitol AS, 6 Januari 2021. Sejak tak bisa mengakses X lagi, Trump lalu membuat platform sendiri bernama Truth Social.
Musk kemudian mengaktifkan akun X Trump kembali pada 2022. Kini, posisi Musk dianggap semakin berpengaruh dalam dunia politik. Baru-baru ini, dia terlibat dalam komite politik baru yang mendukung kampanye Trump.
”Amerika sedang berada di persimpangan jalan. Anda adalah jalan menuju kemakmuran, sementara Kamala kebalikannya,” kata Musk.
Baca juga: ”Truth Social” Tandai Kembalinya Donald Trump ke Jagat Media Sosial
Trump dan Musk juga membicarakan upaya percobaan pembunuhan Trump dalam kampanye di Pennsylvania, bulan Juli 2024. Keduanya juga membicarakan keinginan Trump agar AS memiliki sistem pertahanan rudal Iron Dome, seperti milik Israel.
Trump juga menyinggung penutupan departemen pendidikan federal dan memindahkan tanggung jawab itu ke negara-negara bagian. Dia berjanji akan segera melakukannya andai menang segera setelah pemilu, November mendatang.
Trump juga mengaku skeptis terhadap kendaraan listrik. Ia pernah berjanji mencabut subsidi federal dan memuji produsen mobil Tesla milik Musk.
Tanpa kendali
Selama berbicara dengan Musk, Trump seperti tanpa kendali. Trump menilai Kamala Harris sebagai seseorang yang percaya pada radikalisme kiri. Musk setuju dengan Trump. Baginya, Harris juga penganut sayap kiri radikal.
Trump seakan melampiaskan kekesalannya mengenai isu imigrasi dan berulang-ulang mengecam Presiden AS Joe Biden sebagai ”orang bodoh”.
Bagi Trump, perubahan iklim juga bukan isu penting dan genting. Menurut dia, kenaikan permukaan laut malah akan menciptakan lebih banyak peluang permukiman.
”Ancaman terbesar bukan perubahan iklim, tetapi pemanasan nuklir. Sekarang ada lima negara yang punya kekuatan nuklir. Kita tidak boleh membiarkan apa pun terjadi dengan orang-orang bodoh, seperti Biden,” kata Trump.
Baca juga: Musk ”Bersih-bersih Eksekutif” Twitter, Isu Ancaman Disinformasi Jadi Sorotan
”Wawancara” Trump itu dinilai BBC seperti hendak memperlancar kampanye Trump. Musk menyanjung Trump dan menyiratkan bahwa Trump adalah orang yang kuat dan semua lawannya di Demokrat lemah.
Kepentingan bisnis Musk
Musk mempunyai kepentingan bisnis yang besar sehingga merasa perlu mengamankan kepentingannya sendiri jika Trump menang nanti.
Konten wawancara Trump di X ini diharapkan Musk akan bisa diakses oleh 1,3 juta pengikut dalam waktu bersamaan. Dalam beberapa hari ke depan, diperkirakan sekitar 100 juta orang yang akan mengonsumsi konten tersebut.
Dulu, Musk mendukung Demokrat. Namun, dukungannya berpindah ke Trump setelah peristiwa percobaan pembunuhan Trump. Kini, Musk menjadi salah satu kritikus Demokrat paling keras. Dia juga memanfaatkan 194 juta pengikutnya di X untuk menyerang upaya liberal meningkatkan keberagaman dan inklusi yang dia sebut ”virus pikiran”.
Baca juga: Akun Twitter Milik Donald Trump Mengorbit Kembali
Musk juga mengkritik penanganan Gedung Putih terhadap isu perbatasan. ”Banyak orang masuk. Amerika Serikat tidak mungkin bisa menampung semua orang di Bumi,” kata Musk yang mengidentifikasi dirinya sebagai imigran legal.
Dulu, Musk mendukung Demokrat. Kini ia menjadi salah satu kritikus Demokrat paling keras.
Dalam obrolannya dengan Musk, Trump sering membanggakan hubungannya dengan para otokrat, seperti Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping. Dia meyakini AS akan lebih aman di bawah kepemimpinannya. Untuk mengamankan seluruh negeri diperlukan Iron Dome.
”Kita akan punya Iron Dome terbaik di dunia. Hanya butuh satu orang gila untuk memulai sesuatu,” kata Trump.
Trump menghina Harris beberapa kali dan menyebutnya sebagai ”kelas tiga”, ”tidak kompeten”, dan ”orang gila radikal kiri”. Namun, Trump kemudian memuji penampilannya.
”Dia tampak seperti aktris tercantik yang pernah ada. Sebenarnya, dia tampak sangat mirip dengan ibu negara yang hebat, Melania,” kata Trump mengomentari foto Harris di sampul majalah Time.
Kekuatan media sosial
Acara Musk-Trump ini contoh kuat tentang bagaimana politik kepresidenan telah diubah oleh media sosial dan mengubah jurnalisme tradisional. Trump mungkin tidak akan menjadi presiden tanpa Twitter.
Kemunculan Trump sebagai kekuatan politik pada 2016 bertepatan dengan masa kejayaan Twitter. Keahliannya mengeksploitasi media baru tidak dimiliki kebanyakan politisi-politisi lain.
Delapan tahun kemudian, X membongkar banyak perlindungan terhadap penyebaran kebohongan dan teori konspirasi di X. Musk mengampanyekan kebebasan berbicara tanpa batas. Akibatnya, X menjadi tempat yang sempurna bagi Trump untuk melepaskan diri dari batasan media tradisional dan menggalang dukungan dari para pengikutnya.
Baca juga: Kesal Diblokir, Trump Gugat Facebook, Twitter, dan Google
CNN mencatat Trump banyak mengumbar kebohongan dan pernyataan berlebihan dalam acara di X. Banyak perkataan Trump seperti mengarang bebas, seperti jumlah imigran yang melintasi perbatasan, tingkat krisis inflasi, perkara hukum yang menjerat Trump, kebijakan energi pemerintahan Biden, dan negara-negara asing yang membuang tahanan mereka di seberang perbatasan selatan AS.
Meski demikian, pada beberapa poin, Trump mengemukakan argumen yang lebih koheren dan terfokus.
Bagi mereka yang mendengarkan acara bincang-bincang tersebut, akan dapat mengetahui lebih banyak tentang pandangan politik Musk. Trump juga mengakui sangat bersyukur memiliki teman baru di saat situasi politik sedang sulit. Musk-lah yang dimaksud Trump dengan ”teman baru” itu.
”Anda orang yang luar biasa, Anda telah melakukan pekerjaan yang luar biasa. Anda adalah inspirasi yang hebat bagi banyak orang,” kata Trump kepada Musk. (REUTERS/AFP)