Seiring Pemanasan Global, Amankah Menggelar Olimpiade Musim Panas?
Bumi menghangat akibat pemanasan global. Suhu panas membuat kota-kota dunia lebih panas dan tidak layak untuk Olimpiade.
Upacara pembukaan Olimpiade Paris 2024 pada 26 Juli 2024 digelar di bawah guyuran hujan deras. Selanjutnya, pada pekan pertama pertandingan panas terik menyengat membuat para atlet kepanasan. Pada pekan terakhir, para atlet merasakan suhu yang nyaman. Namun, pada hari penutupan Olimpiade, suhu memanas lagi hingga 35 derajat celsius.
Cuaca terlihat tidak menentu saat penyelenggaraan Olimpiade Paris 2024 di Perancis. Perubahan cepat terjadi dari dingin hujan ke panas terik.
Baca Berita Olimpiade Paris 2024
Olimpiade musim panas digelar dengan memanfaatkan momen musim panas. Kebetulan, saat Paris menjadi tuan rumah pesta olahraga sejagat ini, Eropa sedang dilanda gelombang panas. Olimpiade musim panas yang seharusnya hangat menjadi lebih hangat karena pemanasan global.
Baca juga: Mengapa Olimpiade Paris 2024 Unik?
Lalu, apa jadinya dengan Olimpiade mendatang bila setiap musim panas muncul ancaman suhu panas dan cuaca tidak menentu? Dilansir CNN, Senin (12/8/2024), yang mengunggah analisis data CarbonPlan, sebagian besar kota di dunia tidak akan dapat menyelenggarakan Olimpiade musim panas dalam beberapa dekade mendatang.
Setidaknya pada 2050 sebagian besar kota di dunia akan menjadi terlalu panas untuk menyelenggarakan Olimpiade. Suhu udaranya diperkirakan akan melewati ambang batas panas lembab yang aman.
Kantor berita Reuters pada 22 April 2024, mengutip Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Badan Pemantau Iklim Uni Eropa Copernicus melaporkan, Eropa terpantau sebagai benua yang paling cepat memanas. Suhunya meningkat sekitar dua kali lipat dari rata-rata global.
Alhasil, Paris harus berjuang melawan panas selama Olimpiade 2024. Paris juga harus memastikan kualitas air Sungai Seine aman untuk arena lomba karena hujan lebat memengaruhi kualitas air.
Yang jelas, bagi para atlet, cuaca panas, termasuk suhu dan kelembaban, menjadi ancaman besar yang berpengaruh pada performa. Mereka akan mudah kelelahan akibat panas dan sengatan panas. Penonton, terutama mereka yang berasal dari iklim yang lebih dingin, juga rentan terhadap panas ekstrem.
Suhu panas memang dapat menimbulkan risiko yang signifikan di negara-negara yang mengajukan diri sebagai tuan rumah Olimpiade pada tahun 2036.
Tekanan panas, menurut CarbonPlan, dapat diukur dengan ukuran suhu global basah (WBGT) yang merupakan kombinasi panas, kelembaban, kecepatan angin, sudut matahari, dan tutupan awan. Dengan ukuran WBGT, CarbonPlan menemukan, pada 2050, tekanan panas di hampir semua kota di wilayah timur Amerika Serikat akan melampaui batas 27,8 derajat celsius.
Apabila tekanan panas melampaui batas tersebut, para ahli merekomendasikan pembatalan acara olahraga. Dengan kata lain, menyelenggarakan Olimpiade musim panas di kota-kota yang panas akan berdampak besar pada kesehatan para atlet. Alhasil, negara-negara bagian yang sangat lembab di sekitar Teluk Meksiko, mulai dari Florida hingga bagian timur Texas, tidak bisa menggelar Olimpiade.
Kota-kota di sebagian besar wilayah China bagian timur seperti Beijing dan Shanghai mengalami hal yang sama. Hong Kong dan sebagian besar wilayah Asia Tenggara, serta kota-kota di Mediterania, seperti Palermo di Sisilia dan Seville di Spanyol, pun tidak bisa menjadi tuan rumah Olimpiade berikutnya.
Seiring dengan memanasnya dunia, menurut CarbonPlan, hampir setengah dari kota tuan rumah Olimpiade Musim Panas sebelumnya atau yang akan datang berisiko mengalami suhu bola basah dunia di atas 27,7 derajat celsius.
Beijing, tuan rumah Olimpiade 2008, akan menjadi terlalu panas dan lembab, dengan tekanan panas yang diperkirakan akan melampaui 32,2 derajat celsius. Athena, Roma, Atlanta, Tokyo, dan Seoul juga menjadi terlalu panas, seperti halnya Barcelona.
Baca juga: Alarm Nyaring Kenaikan Suhu Bumi Melebihi Batas
Namun, untuk kota-kota yang terletak di Eropa barat laut, seperti London, Oslo, dan Stockholm, lebih mungkin menjadi tuan rumah Olimpiade. Demikian pula kota-kota di dataran tinggi Amerika Selatan bisa dipertimbangkan sebagai tuan rumah seiring dengan menghangatnya suhu global.
Penjelasan CarbonPlan ini sekaligus menjadi peringatan bagi sejumlah kota yang menawarkan diri untuk menjadi tuan rumah Olimpiade 2036. Ada lebih dari 10 negara telah menyatakan minat untuk menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Panas 2036, tetapi hanya enam negara yang telah mengajukan penawaran secara terbuka atau resmi.
Negara-negara tersebut adalah India yang mengajukan kota Ahmedabad, Indonesia menawarkan Ibu Kota Nusantara, Qatar mengajukan Doha, Turki menawarkan Istanbul, Polandia mengajukan Warsawa, dan Chile menawarkan Santiago. Lagi-lagi CarbonPlan mengingatkan, setidaknya setengah dari kota-kota itu dapat mengalami suhu yang tidak aman.
Suhu musim panas di India, Indonesia, dan Qatar diprediksi melampaui batas aman. Data CarbonPlan menunjukkan, hanya Santiago yang berada di bawah ambang batas sepanjang tahun, bahkan ketika sedang puncak musim panas.
Oriana Chegwidden, ilmuwan iklim pada CarbonPlan, mengatakan, di sebagian besar dunia, suhu panas terburuk tahun ini berlangsung bertepatan dengan penyelenggaraan Olimpiade Musim Panas. ”Suhu panas memang dapat menimbulkan risiko yang signifikan di negara-negara yang mengajukan diri sebagai tuan rumah Olimpiade pada tahun 2036,” katanya.
Ubah waktu
Ia mengatakan, jika lokasi-lokasi ini dipilih, risiko panas dapat dikurangi dengan beberapa langkah sederhana. Ia menyarankan agar waktu penyelenggaraan Olimpiade diubah agar tidak bersamaan dengan puncak suhu panas.
”Para perencana dapat mengurangi risiko panas dengan memulai Olimpiade sebelum atau setelah puncak musim panas, atau dengan mengadakan acara pada malam atau dini hari saat cuaca lebih dingin,” jelasnya. Chegwidden menambahkan, negara-negara peminat dapat mempertimbangkan pengajuan kota-kota dengan iklim yang lebih dingin, misalnya kota-kota di dataran tinggi.
Baca juga: Ketika Bumi untuk Pertama Kali Merasakan 2 Derajat Celsius Lebih Panas
Sejumlah kota penyelenggara Olimpiade sebelum ini sudah melakukan perubahan tersebut. Sydney, misalnya, saat menjadi tuan rumah Olimpiade 2000. Kota itu sangat panas di musim panas, maka Olimpiade diselenggarakan pada September-Oktober saat musim semi di belahan Bumi Selatan. Sementara Rio de Janeiro di Brasil menggelar Olimpiade 2016 pada Agustus saat suhu musim dingin cukup nyaman.
Bagaimana dengan Olimpiade 2028 dan 2032? Menurut CarbonPlan, Olimpiade Musim Panas 2028 akan berlangsung di Los Angeles, Amerika Serikat. Suhu di kota itu bakal cukup bersahabat dengan dinginnya Samudra Pasifik.
Olimpiade 2032 akan diselenggarakan di Brisbane, Negara Bagian Queensland, Australia. Kota ini sangat panas di musim panas sehingga Olimpiade diselenggarakan saat musim dingin pada akhir Juli. Ini waktu yang ideal mengingat saat itu sedang musim panas bagi sebagian besar dunia.
CarbonPlan menyatakan, apabila kota-kota yang berpotensi memiliki suhu panas tinggi dipilih, harus disusun mitigasi dampak suhu panas esktrem bagi para atlet. CarbonPlan mencontohkan penyelenggaraan Olimpiade Tokyo 2020.
Olimpiade Tokyo 2020 merupakan Olimpiade terpanas yang pernah tercatat. Suhu panas jauh melampaui ambang batas aman hingga di atas 31,6 derajat celsius. Sekitar 1 dari 100 atlet menderita penyakit akibat panas di Tokyo. Hebatnya, tidak ada satu orang pun yang dirawat di rumah sakit, sebagian karena persiapan Jepang. Panitia, misalnya, memindahkan arena lari maraton dan jalan cepat ke kota pegunungan yang lebih dingin, Sapporo.
”Saat sengatan panas akibat aktivitas fisik, atau sakit akibat terpapar panas yang paling parah terjadi, kita perlu memastikan orang tersebut segera dirawat, idealnya dalam waktu 30 menit setelah pingsan,” kata Yuri Hosokawa, asisten profesor ilmu olahraga di Universitas Waseda yang mengepalai rencana respons panas di Sapporo.
”Agar kami dapat melakukannya, kami membuat protokol, di mana orang-orang ini tidak dibawa ke rumah sakit, tetapi mereka benar-benar dirawat di tempat,” tambahnya.
Hosokawa dan timnya menangani kasus sengatan panas dan kelelahan akibat panas dengan merendam orang dalam air es untuk menurunkan suhu tubuh mereka. Seseorang yang menderita sengatan panas tidak dapat mengatur suhu tubuh mereka sehingga untuk menurunkan suhu tubuh, mereka perlu pendinginan eksternal.
”Perendaman air dingin, atau mandi es, adalah cara paling efisien untuk mendinginkan seseorang dengan cepat,” kata Hosokawa. (REUTERS/AP)