Pengangguran Anak Muda Global Turun, Asia Tenggara Sebaliknya
Jumlah anak muda menganggur secara global menurun pada 2023. Di Asia Tenggara, angkanya justru naik.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·2 menit baca
GENEVA, SENIN — Persentase jumlah pengangguran di kalangan anak muda turun ke level terendah dalam 15 tahun terakhir pada 2023. Persentase ini diperkirakan akan terus menurun setidaknya hingga akhir tahun 2025 seiring membaiknya situasi perekonomian. Namun, situasi berbanding terbalik di Asia Timur, Asia Tenggara, serta Pasifik.
Kondisi itu terungkap dalam laporan terbaru Organisasi Buruh Internasional (ILO) yang terbit pada Senin (12/8/2024). Dalam laporan Tren Ketenagakerjaan Global untuk Kaum Muda 2024 (GET for Youth), ILO menyebut, tingkat pengangguran anak muda pada 2023 sebesar 13 persen atau setara 64,9 juta orang. Jumlah ini turun dibandingkan tingkat pengangguran sebelum pandemi Covid-19, yakni 13,8 persen.
Laporan ILO itu juga memprediksi angka pengangguran di kalangan anak muda akan turun hingga mencapai 12,8 persen pada 2024 dan 2025. Penyebabnya, perekonomian membaik di sejumlah wilayah. Dampaknya, pasar tenaga kerja selama setahun terakhir pun membesar sehingga anak-anak muda banyak terserap ke dalam lapangan pekerjaan.
Situasi setahun terakhir pascapandemi Covid-19 jauh berbeda. Laporan situasi kerja global ILO pada Juni 2020 menyebutkan, penurunan jam kerja global hingga 14 persen pada tiga bulan setelah WHO mengumumkan pandemi global.
Pengurangan jam kerja itu berdampak pada 400 juta orang yang memiliki pekerjaan penuh (full-time work). Amerika Serikat dan negara-negara di Amerika utara, menurut laporan ILO, adalah kawasan paling terdampak.
Apabila di wilayah negara-negara berperekonomian maju mengalami penurunan pengangguran anak muda, ILO menyebut, pengangguran anak muda relatif tinggi di kawasan Arab, Asia Timur, Asia Tenggara, dan Pasifik. Di Asia Timur, tingkat pengangguran anak muda naik 4,3 poin persentase pada periode 2019-2023.
Penyebabnya, ada tambahan penggangguran sebanyak 3,4 juta orang dibandingkan dengan ketersediaan lapangan pekerjaannya. Hanya dua negara di Asia Timur, yakni Mongolia dan Korea Selatan, yang menurun angka pengangguran di kalangan anak mudanya. Sementara di Asia Tenggara dan Pasifik, ILO mengungkap, tingkat pengangguran meningkat karena perubahan arah perekonomian negara-negara di kawasan dibandingkan tahun-tahun sebelum pandemi.
Kurang pendidikan dan pelatihan
Pada saat yang sama, laporan ILO memperingatkan soal potensi anak muda berusia 15-24 tahun yang tidak memiliki pekerjaan, pendidikan, dan pelatihan (not in employment, education or training atau NEET) berada di level yang cukup mengkhawatirkan. Pemulihan lapangan pekerjaan di seluruh dunia pascapandemi Covid-19 tidak menyeluruh, terutama untuk perempuan muda yang tengah mencari pekerjaan. ILO menyebut kelompok ini tidak merasakan banyak manfaat pemulihan ekonomi.
Satu dari lima anak muda (20,4 persen) masuk kategori NEET tahun 2023. Dua dari tiga NEET adalah perempuan.
Direktur Jenderal ILO Gilbert F Houngbo mengatakan, laporan itu memperlihatkan ketimpangan kesempatan bagi perempuan dalam memperoleh pekerjaan yang layak. Perempuan muda yang berasal dari kelompok minoritas serta memiliki keterbatasan finansial harus berjuang ekstra untuk dipandang layak mendapatkan pekerjaan.
”Tanpa kesempatan yang sama dalam pendidikan dan pekerjaan yang layak, jutaan kaum muda kehilangan kesempatan mereka untuk masa depan yang lebih baik,” ujarnya.
Laporan itu memperingatkan, jika angka NEET semakin tinggi dan lapangan pekerjaan yang tersedia tidak memadai, akan timbul permasalahan psikologis di kalangan anak muda. Dalam pandangan ILO, kelompok anak muda sekarang ini adalah kelompok anak muda yang paling terdidik yang pernah ada.
”Tidak seorang pun dari kita dapat menantikan masa depan yang stabil ketika jutaan orang muda di seluruh dunia tidak memiliki pekerjaan layak. Akibatnya, mereka merasa tidak aman dan tidak mampu membangun kehidupan yang lebih baik untuk diri sendiri dan keluarga mereka,” kata Houngbo.
Dia menambahkan, masyarakat yang damai bergantung pada beberapa unsur utama, yakni stabilitas, inklusivitas, keadilan sosial, serta pekerjaan layak bagi kaum muda. (AFP/Reuters)