Kerusuhan Besar di Inggris, Mengapa Meluas dalam Waktu Singkat?
Inggris diguncang kerusuhan besar, sepekan terakhir. Apa yang terjadi di negara itu hingga rusuh sedemikian masifnya?
Apa yang bisa Anda pelajari dari artikel ini:
1.Apa yang terjadi di Inggris?
2.Siapa pelaku kerusuhan?
3.Apa penyebab kerusuhan?
4. Mengapa kerusuhan di Inggris cepat meluas?
5. Bagaimana isu imigran ikut memperbesar kerusuhan?
6.Bagaimana Pemerintah Inggris menangani kerusuhan?
7. Apa yang bisa dipelajari dari kerusuhan di Inggris?
Apa yang terjadi di Inggris?
Inggris Raya tengah dilanda kerusuhan sejak 31 Juli 2024. Oleh para pengamat sosial dan politik, kerusuhan ini dianggap lebih besar dibandingkan dengan kerusuhan yang terjadi pada 2011. Pada kerusuhan 13 tahun lalu, publik berunjuk rasa memprotes kekerasan oleh polisi akibat kasus penembakan Mike Duggan, warga kulit hitam, ketika mobilnya diberhentikan oleh polisi.
Kerusuhan 2011 berlangsung selama lima hari. Kerusuhan kali ini sudah berlangsung selama delapan hari dan berskala lebih besar.
Tercatat selain di Southport—kota lokasi peristiwa pemicu awal kerusuhan—dan ibu kota London, kerusuhan besar juga terjadi di Hartlepool, Manchester, Middlesborough, Hull, Liverpool, Bristol, Belfast (Irlandia Utara), Nottingham, dan Leeds.
Baca juga: Mencermati Bagaimana Kerusuhan di Inggris Pecah dan Meluas
Di London, pengunjuk rasa melempari rumah dinas Perdana Menteri Keir Starmer. Di Liverpool, 300 orang terlibat dalam pembakaran Perpustakaan Spellow Lane. Gedung perpustakaan ini juga dipakai untuk berbagai pelatihan keterampilan. Pesertanya mayoritas imigran dan kulit berwarna.
Kerusuhan ini menjadi ujian bagi pemerintahan Starmer yang terpilih menjadi PM pada 5 Juli 2024. Kerusuhan ini yang terburuk dalam 13 tahun terakhir.
Siapa pelaku kerusuhan?
Kepolisian Inggris Raya mengidentifikasi para pelaku kerusuhan sebagai para pendukung pemikiran ekstrem kanan, fasis, dan neo-Nazi. Ini adalah kelompok masyarakat yang menentang kemajemukan, keberadaan warga kulit berwarna, dan imigran. Organisasi masyarakat Liga Pembela Inggris (EDL) diidentifikasi sebagai dalang kerusuhan.
Pengamat ekstremisme Matthew Feldman dan Paul Johnson dalam buku The EDL: Britain’s New Far Right Social Movement menjelaskan bahwa EDL adalah gerakan sayap kanan terkuat di Inggris. Akan tetapi, EDL berbeda dari gerakan serupa di Perancis, Italia, Jerman, dan negara-negara lain di Eropa.
Sebab, EDL tidak masuk ke ranah politik. Mereka langsung menghasut masyarakat untuk saling membenci. ”EDL mempraktikkan politik aksi langsung di akar rumput,” kata Feldman kepada Evening Standard.
Apa penyebab kerusuhan?
Kerusuhan ini bermula dari tragedi penusukan di sanggar tari anak-anak di Southport, sekitar 308 kilometer barat laut London, 29 Juli 2024. Seorang tak dikenal masuk dan menikam orang-orang di dalam sanggar. Tiga anak berusia 6-9 tahun tewas, 8 anak terluka, dan 2 orang dewasa terluka.
Baca juga: Penyebaran Informasi Palsu Picu Kerusuhan Besar di Inggris
Pemerintah awalnya tidak mengumumkan identitas pelaku karena pelaku berusia remaja sehingga mengakibatkan beredarnya teori konspirasi di masyarakat. EDL melalui akun-akun media sosial mereka menyebar hoaks bahwa pelaku adalah seorang imigran yang beragama Islam. Sontak para pendukung ekstrem kanan marah serta menyerang masjid-masjid di Inggris pada 31 Juli 2024 dan sekarang berkembang menjadi kerusuhan urban.
Guna meredam persebaran informasi palsu dan kerusuhan, belakangan pemerintah mengumumkan bahwa pelaku penusukan sejumlah gadis kecil di Southport adalah seorang pemuda berumur 17 tahun bernama Alex Rudakubana. Namun, tetap saja kerusuhan di Inggris terjadi.
Mengapa kerusuhan di Inggris cepat meluas?
Kerusuhan meluas dalam waktu yang cepat akibat masifnya penyebaran informasi palsu dan kabar bohong. Kurang dari 2 jam sesudah pembunuhan itu terjadi, akun media sosial bernama Invasi terhadap Eropa menyebutkan ”pelaku diduga seorang imigran Muslim”. Informasi palsu ini menyebut pelaku bernama Ali Al Shakatti.
Menurut pantauan Logically, perusahaan Inggris yang menggunakan kecerdasan buatan dalam mengawasi berita-berita propaganda daring, unggahan pesan bernada kebencian itu muncul pertama kali di platform X, kemudian disebar ke Facebook dan Telegram.
Banjir disinformasi daring dan peran perusahaan-perusahaan media sosial menjadi salah satu pemicu utama kerusuhan meluas.
Informasi sesat juga turut disebar oleh tokoh-tokoh ekstrem kanan dan anti-imigran, seperti Stephen Yaxley-Lennon yang menggunakan alias Tommy Robinson. Dia juga pernah memimpin Front Pembela Liga Inggris. Lennon alias Robinson juga disalahkan media-media Inggris karena membuat situasi makin keruh dengan menyebarkan informasi palsu lewat akun X.
Pemilik platform, Elon Musk, juga menjadi sorotan di Inggris. Mengomentari cuitan di X yang menyalahkan banjir imigran dan pembukaan perbatasan Inggris sebagai pemicu kerusuhan, Musk mencuit: ”Perang saudara tidak dapat dihindarkan Inggris”.
Direktur Riset dan Kebijakan Institut Dialog Strategis Inggris Jacob Davey mengatakan, banjir disinformasi daring dan peran perusahaan-perusahaan media sosial jadi salah satu pemicu utama kerusuhan meluas.
Bagaimana isu imigran ikut memperbesar kerusuhan?
Insiden penusukan di kelas tari di Southport bukanlah satu-satunya penyebab kerusuhan di Inggris membesar. Kelompok sayap kanan yang anti-imigran memanfaatkan pelaku yang kebetulan warga kulit hitam untuk dikaitkan dengan isu imigran.
Masyarakat Inggris begitu sensitif dengan isu terkait imigran. Sudah lama terjadi ketegangan mengenai imigran pada masyarakat Inggris. Apalagi, baru-baru ini jumlah imigran yang memasuki negara itu secara ilegal dengan menyeberangi Selat Inggris menggunakan perahu karet semakin meningkat.
Masyarakat Inggris begitu sensitif dengan isu terkait imigran. Sudah lama terjadi ketegangan mengenai imigran pada masyarakat Inggris.
Isu ini mengemuka juga dalam pemilihan umum pada Juli 2024. Mantan Perdana Menteri Rishi Sunak pernah berjanji untuk menghentikan gelombang imigran dengan mendeportasi ”imigran ilegal” ke Rwanda.
PM Starmer yang memenangi pemilu Juli 2024 kemudian membatalkan rencana tersebut. Ia berjanji mengurangi imigrasi dengan bekerja sama dengan negara-negara Eropa lainnya dan mempercepat pemulangan pencari suaka yang gagal.
Bagaimana Pemerintah Inggris menangani kerusuhan?
Pemerintah Inggris melakukan hal kontroversial dengan mengumumkan bahwa pelaku penikaman adalah remaja berumur 17 tahun. Hukum Inggris sebenarnya melarang identitas anak yang berhadapan dengan hukum diketahui publik. Pelaku bernama Alex Rudakubana, kelahiran Inggris dengan orangtua keturunan Rwanda, dan bukan seorang Muslim. Langkah ini terpaksa dilakukan London guna memerangi hoaks yang beredar di masyarakat.
Baca juga: Kerusuhan di Inggris Berlanjut, Starmer Janji Tumpas ”Premanisme Sayap Kanan”
PM Starmer dan kabinetnya mengecam keras para perusuh. ”Ini bukan unjuk rasa yang kebablasan, tetapi murni premanisme ekstrem kanan. Para pelaku dari awal sudah berencana membuat kerusuhan dan menyebar kebencian di masyarakat,” ujar Starmer.
Pemerintah mendukung kepolisian untuk mengatasi kerusuhan. Mereka juga mengimbau agar warga tidak termakan teori konspirasi serta hoaks yang memecah belah persatuan bangsa. Petugas kepolisian dari seantero Inggris terpaksa dikerahkan ke kota-kota yang mengalami huru-hara sehingga pelayanan masyarakat terganggu. Hingga Selasa (6/8/2024), total di seluruh Inggris lebih dari 370 orang ditahan.
Pemerintah Inggris juga melibatkan para pemuka agama untuk meredakan situasi. Para pemimpin agama Kristen, Islam, dan Yahudi di Liverpool mengeluarkan seruan bersama kepada warga untuk tetap tenang. Di Edinburgh, Menteri Besar Skotlandia John Swinney serta Sekretaris Kabinet Urusan Hukum dan Dalam Negeri Angela Constance bertemu Imam Masjid Kota Edinburgh Habib Rauf dalam kunjungan ke komunitas Muslim di Skotlandia.
Apa yang bisa dipelajari dari kerusuhan di Inggris?
Selain pentingnya segera menyelesaikan isu-isu sosial, seperti isu imigran, ketika kerusuhan berbau SARA seperti yang terjadi saat ini, sangat krusial mewaspadai persebaran informasi palsu dalam bentuk disinformasi ataupun misinformasi. Terkait informasi palsu yang memicu kerusuhan di Inggris itu pernah disebutkan dalam laporan Risiko Global 2024 dari Forum Ekonomi Dunia. Dalam laporan yang terbit Januari 2024 disebutkan ada sejumlah risiko global yang akan dihadapi dalam 10 tahun ini. Misinformasi dan disinformasi menjadi ancaman terbesar global.
Disebutkan dalam laporan itu, misinformasi dan disinformasi ini timbul akibat informasi yang dimanipulasi. Informasi yang dimanipulasi memiliki kemampuan merusak tinggi.
Baca juga: Inggris Selidiki Peran Negara Asing dalam Kerusuhan Besar
Kemampuan merusak ini kian meningkat akibat akses pada teknologi yang makin luas dan di saat yang sama kepercayaan terhadap informasi dan lembaga semakin memburuk. Persoalan misinformasi dan disinformasi melonjak cepat daripada periode-periode sebelumnya karena pembuatan dan penyebaran konten tidak lagi memerlukan keahlian khusus.
Forum Ekonomi Dunia menyarankan setiap pemerintah untuk memiliki peraturan baru dan yang terus berkembang untuk menargetkan, baik penyelenggara maupun pembuat disinformasi daring dan konten ilegal. Langkah ini dimaksudkan untuk memerangi risiko misinformasi dan disinformasi yang meningkat. (AP/AFP/REUTERS/KOMPAS.ID)