China ”bertukar catatan” dengan Indonesia untuk memulai kembali proses perundingan perdamaian Rusia-Ukraina.
Oleh
LUKI AULIA
·4 menit baca
Penyelesaian konflik Rusia-Ukraina membutuhkan proses dialog dan negosiasi dari komunitas internasional. Brasil, Afrika Selatan, Indonesia, dan China memegang peran penting dalam proses bina damai yang penuh tantangan itu. Bersama China, tiga negara itu dikenal sebagai kekuatan ”Global South”.
China menilai, Afrika Selatan, Brasil, dan Indonesia sebagai kekuatan penting mendorong perdamaian dan pembangunan dunia. Untuk itu, China perlu bertukar pandangan lebih jauh dengan para mitra di selatan mengenai situasi terkini konflik dan proses perundingan perdamaian.
Salah satu upaya itu dilakukan lewat lawatan Li Hui ke Indonesia pada 5-8 Agustus 2024. Li merupakan Utusan Khusus China untuk Urusan Eurasia. Lawatan ke Indonesia bagian dari diplomasi ulang alik terkait Ukraina. Dalam wawancara tertulis dengan Kompas, Minggu (4/8/2024), Li Hui menjelaskan perang di Ukraina telah berlangsung selama hampir 2,5 tahun dan tidak ada tanda-tanda akan berakhir.
Tidak ada solusi sederhana untuk masalah rumit. Krisis Ukraina menjadi seperti sekarang ini dan tidak mungkin diselesaikan dalam semalam.
Li Hui melawat ke Indonesia dan bertemu dengan sejumlah pejabat. Dalam pertemuan itu, Li saling bertukar catatan tentang perkembangan konflik dan upaya perdamaian kedua belah pihak yang bertikai.
Prospek perundingan damai pun belum jelas. Dari informasi terbaru yang diperoleh China, masyarakat internasional khawatir konflik dapat meningkat dan meluas. Semakin banyak negara meyakini adanya kebutuhan mendesak untuk meredakan situasi.
Indonesia juga telah mengupayakan perdamaian Rusia-Ukraina dengan berbicara kepada kedua belah pihak. Presiden RI Joko Widodo juga sudah berkunjung ke China dengan membawa banyak agenda kerja sama, termasuk upaya penyelesaian konflik Rusia-Ukraina. Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto juga melawat ke China. Presiden Brasil Inacio Lula da Silva pun pernah mengusulkan pembentukan tim juru damai untuk memediasi konflik Rusia-Ukraina, salah satu anggotanya adalah Indonesia.
Krisis Ukraina merupakan konflik geopolitik terbesar sejak berakhirnya Perang Dingin dan berdampak ke seluruh dunia. Li menekankan tidak ada negara yang dapat tinggal diam. Apalagi, karena ketahanan pangan dan energi negara-negara berkembang di Asia, Afrika, dan Amerika Latin semakin terpuruk.
Tetap obyektif
Untuk itu, peran Brasil, Afrika Selatan, Indonesia, dan China menjadi penting. ”Kami semua menjunjung tinggi posisi yang obyektif dan tidak memihak terhadap krisis Ukraina. Kami semua berkomitmen untuk mempromosikan penyelesaian politik melalui dialog dan negosiasi,” kata Li Hui.
Pertemuan dalam diplomasi ulang alik ini juga untuk membahas cara mendinginkan situasi dan mengumpulkan persyaratan agar perundingan perdamaian bisa dimulai kembali. ”Saya yakin jika lebih banyak orang bergabung dalam seruan mengenai krisis Ukraina, akan ada harapan yang lebih besar untuk meredakan situasi. Kita juga bisa memulai kembali perundingan perdamaian dan memulihkan perdamaian. Ini seperti memisahkan orang yang sedang bertikai. Mungkin tidak bisa terjadi sekarang, tetapi kita harus melakukannya. Semakin banyak orang ikut membantu, semakin besar kemungkinan berhasil,” tutur Li Hui.
China menjunjung tinggi posisi obyektif dan tidak memihak pada pihak bertikai. Beijing berpihak pada perdamaian dan berusaha membangun konsensus internasional. China membuktikan dalam sejumlah krisis lain.
Selain krisis Ukraina, China juga berkomitmen mendukung Arab Saudi dan Iran untuk meningkatkan hubungan mereka. China juga menjadi tuan rumah perundingan rekonsiliasi internal di antara faksi-faksi Palestina.
China berupaya mempraktikkan Prakarsa Keamanan Global yang diusulkan Presiden China Xi Jinping dan mendorong masyarakat internasional untuk bergandengan tangan untuk menjaga stabilitas dan menyuntikkan energi positif di saat dunia sedang bergejolak dengan transformasi dan turbulensi.
”Tidak ada solusi sederhana untuk masalah rumit. Krisis Ukraina menjadi seperti sekarang ini dan tidak mungkin diselesaikan dalam semalam. Sejumlah negara melihat konflik melalui sudut pandang mentalitas Perang Dingin dan ini tidak membantu. Jalan menuju perdamaian penuh lika-liku, tetapi China selalu siap membuka jalan bagi gencatan senjata,” kata Li Hui.
China dan Brasil bersama-sama mengeluarkan enam kesepahaman tentang upaya penyelesaian politik krisis Ukraina. Poin pertama adalah ”tiga prinsip” untuk meredakan situasi. Prinsip itu adalah tidak memperluas medan perang, tidak meningkatkan pertempuran, dan tidak ada provokasi oleh pihak mana pun. Prinsip-prinsip ini menanggapi kenyataan gencatan senjata untuk sementara tidak mungkin dilakukan.
Poin kedua adalah ”tiga elemen” untuk perundingan damai. Elemen ini adalah hal yang diakui oleh Rusia dan Ukraina, dengan partisipasi yang setara dari semua pihak serta diskusi yang adil tentang semua rencana perdamaian.
Selain itu, enam kesepahaman bersama juga mencakup ”tiga seruan”. Seruan tersebut untuk meningkatkan bantuan kemanusiaan, menghindari serangan terhadap fasilitas sipil, serta melindungi perempuan dan anak-anak. Seruan juga mendukung pertukaran tawanan perang di antara pihak-pihak yang berkonflik.
Ada juga ”tiga perlindungan”, yaitu menjaga keamanan energi, keuangan, perdagangan, dan pangan, menjaga keamanan infrastruktur penting, dan menjaga stabilitas rantai industri dan pasokan global.
Respons positif
Dua bulan sejak enam kesepahaman bersama itu dikeluarkan, Li Hui mengklaim ada 110 negara yang sudah merespons positif. Jika ada lebih banyak orang yang setuju, konflik akan bisa diatasi dan jalan menuju perdamaian mulai terlihat. Baru-baru ini, baik Rusia maupun Ukraina telah membuat beberapa pernyataan mengenai masalah perundingan damai.
Bagi China, ini menunjukkan meningkatnya keinginan mereka untuk berunding. Komunitas internasional harus menciptakan kondisi dan menawarkan bantuan bagi kedua belah pihak untuk memulihkan dialog dan perundingan langsung.
”Selama semua negara besar menyuntikkan energi positif daripada energi negatif, cahaya gencatan senjata dapat terlihat pada tahap awal. Kami siap untuk menjaga komunikasi dengan pihak-pihak terkait, termasuk Afrika Selatan dan bersama-sama mengarahkan situasi menuju penyelesaian politik,” kata Li Hui.