Kerusuhan di Inggris Berlanjut, Starmer Janji Tumpas ”Premanisme Sayap Kanan”
Kerusuhan di Inggris karena informasi palsu berlanjut. PM Inggris Keir Starmer menegaskan keadilan akan ditegakkan.
LONDON, SENIN - Kerusuhan yang dipicu informasi palsu di Inggris masih berlanjut di berbagai penjuru negeri itu. Menyusul kerusuhan di sejumlah kota di Inggris, ratusan perusuh menyerang sebuah hotel yang menjadi tempat penampungan para pencari suaka, Minggu (4/8/2024).
Perdana Menteri Inggris Keir Starmer mengecam keras penyerangan yang terjadi di Kota Rotherham di Yorkshire Selatan, Inggris utara. Serangan membuat 10 polisi terluka. Starmer memastikan para pengunjuk rasa sayap kanan akan menyesal telah membuat kerusuhan terburuk di Inggris dalam 13 tahun ini.
Dalam pernyataan pada Minggu sore, Starmer menggambarkan serangan itu sebagai premanisme sayap kanan. ”Siapa pun yang menargetkan orang karena warna kulit atau keyakinan, ia adalah ekstrem kanan,” tegasnya.
Starmer menyatakan, ”Pihak berwenang akan membawa para preman perusuh ke pengadilan dan keadilan akan ditegakkan.”
Baca juga: Penyebaran Informasi Palsu Picu Kerusuhan Besar di Inggris
Serangan di Rotherham itu merupakan bagian dari rentetan kerusuhan yang melanda wilayah Inggris dalam beberapa hari terakhir. Kerusuhan terjadi dipicu kasus penusukan di kelas dansa di Kota Southport, 29 Juli 2024. Dalam serangan itu, tiga anak perempuan tewas. Mereka adalah Bebe King (6), Esie Stancombe (7), dan Alice Dasilva Aguiar (9).
Selain itu, delapan anak dan dua orang dewasa terluka. Pelakunya adalah seorang pemuda berumur 17 tahun yang kemudian diketahui bernama Alex Rudakubana.
Serangan tersebut membuat masyarakat marah. Masyarakat Inggris pendukung sayap kanan semakin berang setelah dari media sosial beredar informasi bahwa Rudakubana adalah imigran Muslim. Akibatnya, mereka menyerang masjid-masjid dan tempat ibadah umat Islam. Dua masjid, yaitu di Southport dan Liverpool, dibakar.
Pemerintah Inggris kemudian mengungkap identitas Rudakubana untuk meredakan persebaran informasi palsu itu. Namun, tetap saja kerusuhan di Inggris terjadi.
Dalam serangan di Rotherham, menurut tayangan di BBC, terlihat para perusuh memaksa masuk ke Holiday Inn Express. Mereka juga mendorong tong sampah yang terbakar ke dalam gedung. Akan tetapi, tidak jelas apakah ada pencari suaka di dalam hotel itu.
Wakil Kepala Kepolisian Yorkshire Selatan Lindsey Butterfield menerangkan, polisi berjuang menahan ratusan perusuh yang berusaha memasuki hotel itu. Diketahui, Holiday Inn Express merupakan hotel yang digunakan untuk menampung para pencari suaka.
Polisi dengan tameng menghadapi lemparan potongan kayu, kursi, dan alat pemadam kebakaran. Polisi juga berhasil memadamkan api dari tong besar.
Kepolisian South Yorkshire mengatakan, sedikitnya 10 personel polisi terluka, satu orang di antaranya tidak sadarkan diri. ”Perilaku yang kami saksikan sungguh menjijikkan,” kata Butterfield.
Baca juga: Penusukan Massal di Kelas Yoga di Inggris, Dua Anak Tewas
Selain di Rotherham, pada hari Minggu kemarin kerusuhan juga terjadi di kota Middlesbrough yang terletak di timur laut Inggris. Sejumlah pengunjuk rasa melepaskan diri dari penjagaan polisi, lalu berjalan melalui daerah permukiman sambil memecahkan jendela rumah dan mobil.
Ketika ditanya seorang warga mengapa mereka memecahkan jendela, seorang pria menjawab, ”Karena kami orang Inggris.”
Pemerintah Inggris memastikan 150 orang yang terkait kekacauan pada Sabtu (3/8/2024) di Liverpool, Manchester, Bristol, Blackpool, Hull, dan Belfast di Irlandia Utara sudah ditangkap. Kemungkinan masih banyak lagi yang akan ditangkap begitu polisi selesai memeriksa kamera pengawas (CCTV), media sosial, dan kamera perekam yang dikenakan di badan.
Saya jamin Anda akan menyesal telah ikut serta dalam kekacauan ini, baik secara langsung maupun mereka yang memicu aksi ini secara daring dan kemudian melarikan diri sendiri.
Sementara itu Rudakubana, yang lahir di Wales dari orangtua Rwanda, dijerat dengan tiga dakwaan pembunuhan dan 10 tuduhan percobaan pembunuhan.
Seruan pemuka agama
Para pemimpin agama Kristen, Muslim, dan Yahudi di Liverpool mengeluarkan seruan bersama kepada warga untuk tetap tenang. ”Kami sekarang melihat kekacauan membanjiri kota-kota besar dan kecil,” kata Tiffany Lynch dari Federasi Kepolisian Inggris dan Wales.
Kekacauan di Inggris dalam sepekan ini ada kaitannya dengan upaya para penghasut sayap kanan yang terus berusaha mengambil keuntungan dari serangan penusukan pekan lalu. Mereka memanfaatkan kekhawatiran tentang skala imigrasi di Inggris, khususnya puluhan ribu migran yang tiba dengan perahu kecil dari Perancis dengan menyeberangi Selat Inggris.
Demonstrasi meluas dalam sepekan terakhir diorganisasi secara daring oleh kelompok sayap kanan. Mereka memobilisasi dukungan dengan frasa, seperti ”cukup sudah”, ”selamatkan anak-anak kita”, dan ”hentikan perahu-perahu itu”.
Starmer menegaskan, masyarakat Inggris memiliki hak untuk merasa aman. ”Namun, kami telah melihat komunitas Muslim menjadi sasaran, serangan terhadap masjid, komunitas minoritas lainnya menjadi sasaran, penghormatan Nazi di jalan, serangan terhadap polisi, kekerasan yang tidak terkendali di samping retorika rasis. Jadi, saya tidak akan malu menyebutnya premanisme ekstrem kanan,” kata Starmer.
Baca juga: Sayap Kanan Itu Soal Perut, Bukan Cuma Ideologi
Selain menangkap para perusuh, Pemerintah Inggris juga memerintahkan penangkapan Stephen Yaxley-Lennon, aktivis sayap kanan yang lebih dikenal dengan nama Tommy Robinson. Lennon sering dikaitkan dengan Liga Pembela Inggris (EDL). Ia menjadi sosok kunci terkait seruan-seruan guna memobilisasi massa itu.
”Saya jamin Anda akan menyesal telah ikut serta dalam kekacauan ini, baik secara langsung maupun mereka yang memicu aksi ini secara daring dan kemudian melarikan diri sendiri,” kata Starmer.
Stephen Parkinson, Direktur Penuntutan Umum Inggris dan Wales, mengatakan, pengacara tambahan telah dikerahkan selama akhir pekan dan akan bekerja sepanjang waktu selama beberapa hari mendatang untuk memastikan keadilan ditegakkan. Ia mengatakan sudah mengarahkan jaksa penuntut untuk segera mengambil keputusan dakwaan jika bukti-bukti penting tersedia.
”Saya bertekad kami akan bertindak cepat dan tegas, memberikan pengadilan kewenangan maksimal untuk menjatuhkan hukuman yang mencerminkan apa yang telah terjadi,” kata Parkinson.
Bahaya informasi palsu
Terkait informasi palsu yang memicu kerusuhan di Inggris itu pernah disebutkan dalam laporan Risiko Global 2024 dari Forum Ekonomi Dunia. Dalam laporan yang terbit Januari 2024 disebutkan ada sejumlah risiko global yang akan dihadapi dalam 10 tahun ini. Misinformasi dan disinformasi menjadi ancaman terbesar global.
Disebutkan dalam laporan itu, misinformasi dan disinformasi ini timbul akibat informasi yang dimanipulasi. Informasi yang dimanipulasi memiliki kemampuan merusak tinggi.
Kemampuan merusak ini kian meningkat akibat akses pada teknologi yang makin luas dan di saat yang sama kepercayaan terhadap informasi dan lembaga semakin memburuk. Persoalan misinformasi dan disinformasi melonjak cepat dari periode-periode sebelumnya karena pembuatan dan penyebaran konten tidak lagi memerlukan keahlian khusus.
Berbagai kemajuan teknologi media baru hingga model kecerdasan buatan berskala besar memungkinkan terjadinya ledakan informasi palsu atau konten ”sintetis”, mulai dari kloning suara yang canggih hingga situs palsu.
Kemajuan teknologi juga meningkatkan volume, jangkauan, dan daya rusak informasi palsu sehingga arus informasi menjadi lebih sulit dilacak dan dikendalikan. Konten-konten informasi palsu akan memanipulasi individu, merusak ekonomi, dan memecah belah masyarakat dalam berbagai cara. Informasi palsu juga dapat digunakan untuk mengejar berbagai tujuan, mulai dari aktivitas iklim hingga eskalasi konflik.
Forum Ekonomi Dunia menyarankan setiap pemerintah untuk memiliki peraturan baru dan yang terus berkembang untuk menargetkan, baik penyelenggara maupun pembuat disinformasi daring dan konten ilegal. Langkah ini dimaksudkan untuk memerangi risiko misinformasi dan disinformasi yang meningkat.
Peraturan itu juga bisa dilengkapi dengan aturan baru tentang kecerdasan buatan (AI) generatif. (AFP/AP)