Tak Mudah Membuat Berita yang Akurat dan Tidak Berat Sebelah
Zaman berubah, teknologi kian maju. Namun, manusia tetap memerlukan berita yang akurat serta tidak berat sebelah.
Apa jadinya ketika media atau perusahaan pers merayakan ulang tahunnya ke-100? Salah satu kegiatan yang wajib diadakan tentu saja membicarakan nasib jurnalisme dan tantangan yang dihadapinya pada saat sekarang serta pada masa-masa mendatang.
Central News Agency, kantor berita asal Taiwan, tahun ini merayakan hari jadinya yang ke-100 alias satu abad. Jelas masa 100 tahun bukan periode yang pendek. Ada begitu banyak kejadian penting berlangsung selama periode tersebut.
Sebagai gambaran sederhana, pada 100 tahun lalu, belum ada internet. Sumber informasi warga masih berupa surat kabar alias koran. Wartawan harus mengetik berita di mesin tik. Berlembar-lembar kertas dibutuhkan untuk membuat berita. Setelah itu, proses dilanjutkan ke pemasangan huruf pada mesin cetak dan akhirnya diproduksilah koran.
Sekarang ada internet. Surat kabar bukan sumber utama warga untuk memperoleh informasi. Berita sekarang bisa dikirim dari tempat yang sangat jauh secara seketika. Wartawan pun tidak perlu mengetik berita dengan mesin tik (silakan tunjukkan mesin tik kepada anak Anda, dijamin ia akan bertanya, ini apa?) Gambaran tersebut hanya sebagian kecil dari begitu banyak perubahan yang terjadi di dunia jurnalistik. Belum lagi keberadaan media sosial saat ini.
Meski demikian, tetap ada hal prinsip dan tak berubah sejak dulu hingga sekarang, yakni wartawan dan jurnalistik bertugas memberikan informasi yang akurat serta tidak berat sebelah kepada audiens. Kelihatannya sederhana, tetapi sesungguhnya sulit.
Hal prinsip dalam penulisan berita dan tak berubah sejak dulu hingga sekarang adalah wartawan dan jurnalistik bertugas memberikan informasi yang akurat serta tidak berat sebelah kepada audiens.
Untuk mendapatkan informasi akurat, perusahaan pers dan wartawannya tidak boleh mengandalkan informasi di media sosial. Jurnalis harus mau mendatangi lokasi kejadian, mewawancarai banyak pihak. Hanya dengan cara itu, informasi akurat dapat diperoleh. Silakan cek berita sekarang, berapa banyak yang hanya mengandalkan celotehan orang di media sosial?
Berita yang tidak berat sebelah juga tak mudah diwujudkan. Produk seperti ini mensyaratkan kesediaan jurnalis untuk mewawancarai sejumlah orang yang berbeda posisi. Selain bertemu dengan orang yang menyetujui kebijakan tertentu, wartawan juga harus berbicara dan menulis pendapat pihak yang tidak setuju. Demikianlah prinsip tidak berat sebelah ditegakkan.
Isu-isu mutakhir terkait tantangan yang dihadapi media itu dibahas dalam forum internasional yang dihelat Central News Agency (CNA) dalam rangka peringatan ulang tahunnya ke-100. Puluhan eksekutif media dari sejumlah negara diundang ke Taipei, ibu kota Taiwan, untuk menghadiri forum yang berlangsung pada 1 Juli 2024. Diskusi berlangsung hangat di bawah payung tema ”Tantangan-tantangan Media Sekarang serta Respons yang Harus Diberikan”.
Ancaman ”disinformasi” dan propaganda
Perwakilan dari media berbasis di Jerman, Deutsche Welle (DW), mendapat kehormatan untuk menyampaikan pidato kunci. Dalam pidato itu, Kepala Hubungan Internasional DW Christoph Jumpelt mengingatkan bahwa berita yang tepercaya selalu memiliki khalayak tersendiri. Karena itu, organisasi media tak perlu ragu untuk terus berusaha memberikan informasi yang dapat diandalkan oleh publik.
Menurut dia, di bawah kekuasaan otoriter, media independen mengalami kesulitan dan tekanan besar dalam upaya memberikan informasi yang tak memihak. Kekuatan otoriter menyasar media independen itu dalam rangka menghancurkan kebebasan informasi serta nilai-nilai demokrasi. Tak sedikit para jurnalis diintimidasi, ditangkap, bahkan dibunuh gara-gara berita kritis yang dibuat oleh mereka.
Jumpelt menyoroti pula peningkatan disinformasi dan propaganda yang bertujuan mendiskreditkan nilai-nilai demokrasi. Maka, tantangan sekarang bagi media ialah membedakan informasi benar dan salah di media sosial serta bagaimana tim redaksi menghapus prasangka yang dibangun dalam berita palsu.
Ia mendesak agar dilakukan kerja sama erat di antara organisasi-organisasi media yang didasarkan pada nilai-nilai demokrasi. Tujuannya satu, yakni membendung gelombang disinformasi serta propaganda.
Laporan berbasis fakta, menurut dia, menjadi sangat penting di era disinformasi seperti sekarang. Jumpelt menekankan pula pentingnya optimisme dan keyakinan bahwa jurnalisme yang berdasarkan fakta serta kebenaran akan menang.
Laporan lapangan dan cek fakta
Arti penting laporan lapangan dalam memerangi disinformasi sangat ditekankan oleh Michael Manville, direktur kantor berita AFP untuk kawasan Asia Pasifik, dalam diskusi panel. Menurut dia, AFP antara lain mengandalkan laporan lapangan serta laporan langsung untuk memupus disinformasi.
”Hal yang pertama—dan ini bagian sangat penting dari ‘DNA’ AFP—adalah memperkuat dasar-dasar jurnalisme dalam pelaporan lapangan. Ini kelihatan sangat dasar, tetapi terkadang dilupakan. Bicara tentang disinformasi, itulah (laporan lapangan) cara terbaik untuk melawannya, yaitu menyediakan laporan fakta langsung yang dapat diandalkan,” ujar Manville.
Syarat untuk dapat membuat laporan dari lapangan, wartawan harus berada di tempat berita terjadi. ”Melaporkan apa yang Anda lihat dan berbicara dengan orang-orang yang terpengaruh olehnya. Itulah sebabnya, AFP memperluas jaringan wartawannya di seluruh dunia, tak hanya di tempat-tempat seperti Washington dan Paris, tetapi juga di tempat-tempat seperti Afghanistan serta Myanmar,” ungkap Manville.
AFP juga memerangi disinformasi secara langsung melalui pemeriksaan fakta (fact check). Kantor berita berbasis di Paris, Perancis, itu memiliki jaringan yang terdiri dari 150 pemeriksa fakta. Alhasil, 700 pengecekan fakta dilakukan setiap hari dalam 26 bahasa.
Pengecekan, menurut Manville, ditempuh dengan dua cara. Salah satunya ialah pemeriksaan dengan bantuan perangkat digital. Contohnya, ketika sebuah video disebutkan di medsos menggambarkan kejadian pada tahun 2024, AFP akan memeriksa metadata untuk memastikan apakah video itu memang dibuat tahun 2024 atau tidak.
Baca juga: Jurnalisme di Antara Kecerdasan Buatan dan Hoaks
Kedua, pemeriksaan ditempuh lewat metode ”jurnalisme tradisional”, yakni laporan langsung dari lapangan. AFP akan mengirim wartawan untuk memeriksa sumber informasi di lapangan. Apakah betul terjadi huru-hara di sebuah lokasi seperti yang diinformasikan sejumlah akun di media sosial? Wartawan AFP akan mendatangi lokasi untuk memeriksanya.
Selain Manville, pembicara dalam diskusi ialah Debarati Guha dari DW, Vytautas Bruveris dari kantor berita ELTA (Lithuania), Ethan Tu dari Taiwan AI Labs, serta penulis/wartawan asal Ukraina, Maksym Eristavi.
Bruveris membagikan pengalaman negaranya yang terus-menerus dipengaruhi disinformasi oleh kekuatan negara asing. ”Mereka mengeksploitasi segmentasi di tengah masyarakat. Mereka menargetkan bagian-bagian masyarakat itu,” ungkapnya.
Teknologi pun digunakan oleh Lithuania, negara yang dahulu bagian dari Uni Soviet, untuk menelusuri serta menganalisis skala dari operasi propaganda yang memecah belah itu. Bruveris menekankan arti penting pembangunan strategi komunikasi yang efektif serta narasi baru guna melawan propaganda dari kekuatan asing tersebut.
Baca juga: Peluang dan Bahaya Kecerdasan Buatan bagi Media serta Demokrasi
Moderator diskusi, Wakil Presiden CNA Chen Jen-jey, mengingatkan bahwa saat ini dunia dipenuhi oleh informasi dan berita palsu. ”Maka, muncul pertanyaan, ketika orang benar-benar membutuhkan sumber informasi yang dapat diandalkan, sumber informasi itu berada di mana? Apakah ada? Apakah media masih berfungsi? Apakah mereka bangkrut?” katanya.
”Dalam keadaan seperti itu, media yang sudah lama berdiri hendaknya tetap kuat, berinovasi, dan menggunakan berbagai celah agar menjadi lebih baik. Jadi, ketika orang benar-benar muak dengan berita palsu dan informasi palsu, mereka dapat beralih ke sumber informasi yang dapat diandalkan,” tutur Chen.
Zaman terus berubah, teknologi semakin maju. Namun, tetap ada yang tidak berubah, yakni manusia membutuhkan berita yang akurat serta tidak berat sebelah.