Kamala Harris, Harapan Terbaik Partai Demokrat
Perlahan-lahan, Kamala Harris mulai menarik perhatian banyak orang, khususnya pemilih muda. Dukungan untuknya kuat.
Selama bertahun-tahun, Wakil Presiden Amerika Serikat Kamala Harris (59) menghadapi kritik bahwa dia tak mampu menjadi presiden AS. Kini, setelah Presiden AS Joe Biden mundur dari pencalonan kembali, Harris menjadi harapan terbaik Partai Demokrat untuk menghentikan langkah Donald Trump ke Gedung Putih.
Dengan dukungan yang kian kuat dari sejumlah tokoh Partai Demokrat dan komunitas, Harris berpeluang menjadi perempuan presiden pertama dalam sejarah AS, berkulit hitam, dan berlatar belakang Asia Selatan. Jika mendapat ”restu” dari Demokrat dan terpilih menjadi calon presiden dari Demokrat, Harris akan berhadapan dengan Trump. ”Pertarungan” Harris dan Trump akan mengingatkan pada pertarungan Hillary Clinton dan Trump pada tahun 2016.
”Saya akan melakukan segala daya upaya untuk menyatukan Partai Demokrat dan bangsa kita mengalahkan Donald Trump,” kata Harris, Senin (22/7/2024).
Anak dari orangtua imigran—ayah dari Jamaika dan ibu dari India—itu selama ini gencar mendorong hak-hak aborsi dan menjangkau perempuan dan kelompok masyarakat kulit hitam. Harris tumbuh di Oakland, California, dan dibesarkan oleh keluarga aktivis yang sering membawanya ke aksi demonstrasi sejak dia masih bayi.
Fokus perjuangan Harris pada penegakan hak dan keadilan membawanya menjadi jaksa agung kulit hitam pertama di California. Dia juga menjadi perempuan pertama keturunan Asia Selatan yang terpilih menjadi anggota Senat AS.
Baca juga: Dukungan untuk Kamala Harris Menguat, Trump Patut Waspada
Ketika menjadi pasangan Biden, Harris berhasil mengonsolidasikan koalisi yang membantu mengalahkan petahana Trump pada 2020. Namun, ketika sudah menjadi wapres, para kritikus menilai kinerjanya mengecewakan dan sering keliru. Dia sering membuat bingung banyak pejabat.
Ketika ditugaskan Biden untuk mengungkap akar masalah migrasi ilegal di AS, Harris dianggap gagal. Bukan hanya itu. Harris terlalu sering mengganti staf kantor wapres dan ini memicu rumor ketidakpuasan pada kinerjanya. Mengetahui kekurangan Harris ini, Partai Republik tanpa henti menudingnya tak layak jadi presiden. Para pendukung Republik bahkan kerap diserang dengan stereotip yang seksis dan rasis.
Segalanya mulai berubah saat kampanye pemilihan presiden 2024 dimulai. Tim kampanye Biden berkali-kali menugaskan Harris masuk ke negara-negara bagian yang menjadi medan pertempuran menentukan. Dia menjadi ujung tombak dan corong Demokrat untuk menyampaikan pesan hak aborsi. Karena pesan itu, Harris menjadi wapres pertama yang mengunjungi klinik aborsi.
Perlahan-lahan, dia mulai menarik perhatian lebih banyak orang, khususnya pemilih muda. Menjadi ”pejuang hak aborsi” ini juga yang membuat Harris disayangi banyak anggota Demokrat. Harris berjanji tetap menjadikan isu kebebasan reproduksi dan hak aborsi sebagai perjuangan terpentingnya. Prioritas lain adalah membangun kelas menengah dan pengendalian senjata.
”Kami akan terus memperjuangkan kebebasan reproduksi. Berbeda dengan Trump yang akan menandatangani larangan aborsi di setiap negara bagian jika dia terpilih sebagai presiden,” kata Harris saat kampanye di Wilmington, Delaware, AS.
Dukungan kelompok minoritas
Para pemilih kulit hitam barangkali menjadi kelompok masyarakat yang paling antusias dengan pencalonan Harris. Para pemilih kulit hitam ini yang membantu Biden menang dalam pemilihan pendahuluan 2020 dan jadi presiden. Mereka bisa dikatakan pendukung paling setia Biden.
Baca juga: Kamala Harris dan Pembuktian Mantra AS sebagai Negeri Harapan
Sementara kubu Trump masih berupaya memenangi lebih banyak pemilih kulit hitam dan kelompok masyarakat minoritas lainnya. Meski dukungan kuat, para pemilih kulit hitam tetap khawatir rakyat AS secara keseluruhan belum bisa menerima perempuan presiden dan berkulit hitam pula.
Kekhawatiran seperti ini juga dulu pernah muncul tahun 2008 ketika Barack Obama mencalonkan diri sebagai presiden bersama Biden sebagai pendampingnya. Jutaan orang kulit hitam bangga luar biasa pada waktu itu meski tebersit kekhawatiran apakah akan diterima oleh rakyat AS.
”Orang-orang tidak suka kalau perempuan jadi presiden, terutama perempuan kulit hitam. Kalau perempuan kulit putih saja tidak bisa menang, bagaimana caranya perempuan kulit hitam bisa menang,” kata Mary Jameson (46), warga Delaware.
Jajak pendapat Pusat Penelitian Urusan Masyarakat AP-NORC yang dilakukan sebelum pengumuman Biden menemukan 6 dari 10 anggota Demokrat percaya Harris akan berhasil sebagai presiden. Secara lebih luas, di antara semua orang dewasa, jajak pendapat tersebut menunjukkan skeptisisme terhadap Harris. Hanya 3 dari 10 orang AS yang yakin dia akan berhasil menjadi presiden.
Di sisi lain, untuk menunjukkan antusiasme terhadap Harris, sekitar 40.000 perempuan kulit hitam berpartisipasi dalam pertemuan Zoom oleh kelompok #WinWithBlackWomen. Dari pertemuan Zoom itu saja, terkumpul 1,5 juta dollar AS untuk kampanye Harris. Banyak anggota Demokrat kemudian mendukung Harris. Kaukus Kulit Hitam di kongres AS juga sepenuhnya mendukung Harris.
Seksis dan rasis
Sejak muncul sebagai capres terdepan Demokrat, banyak gambar hasil rekayasa dan narasi palsu yang seksis dan rasis muncul di daring. Ledakan daring narasi misoginis dan seksis tentang Harris langsung beredar, termasuk kabar-kabar bohong.
Di media sosial, ada unggahan tuduhan Harris pernah punya hubungan singkat dengan mantan Wali Kota San Francisco Willie Brown pada 1990-an. Ada juga unggahan di X yang kembali mengedarkan gambar rekayasa Harris yang berpose bersama terpidana pelaku kejahatan seks Jeffrey Epstein. Gambar ini sudah dibantah beberapa tahun lalu oleh pemeriksa fakta AFP dengan menggunakan metode pencarian gambar terbalik.
Baca juga: Kamala Harris Menguat sebagai Capres Demokrat, Trump: Dia Lebih Mudah Dikalahkan
Banyak juga unggahan yang mencemooh Harris sebagai ”perempuan Afrika berkulit hitam” dan kesuksesannya hanya karena etnisnya. ”Ini upaya melemahkan perempuan yang berkuasa hanya karena janis kelamin, latar belakang, dan warna kulitnya. Lebih baik berdebat saja tentang kebijakan dan rekam jejak Harris,” kata salah satu pendiri pengawas disinformasi American Sunlight Project, Nina Jankowicz.
Pada 2020, Jankowicz pernah memimpin penelitian yang menemukan 336.000 kasus ”pelecehan jender dan disinformasi” digunakan untuk menyerang 13 politisi perempuan. Sekitar 78 persen di antaranya menargetkan Harris. Disinformasi tersebut tidak hanya melibatkan kiasan seksual, tetapi juga narasi transfobia palsu, seperti Harris yang tidak mungkin naik jabatan secara politik tanpa diam-diam menjadi seorang laki-laki.
Ada juga narasi rasis yang secara keliru menyatakan bahwa Harris ”tidak memenuhi syarat” untuk mencalonkan diri karena kedua orangtuanya imigran. Banyak juga yang menuding Harris ”melebih-lebihkan” identitas rasialnya demi keuntungan politik.
Direktur Eksekutif Institut Demokrasi Digital Amerika Roberta Braga memperingatkan pengguna internet untuk waspada terhadap ”kebohongan dan konspirasi” tentang Harris. Informasi yang salah akan disertai dengan serangan berbasis jender. Ini bukanlah hal baru.
Menurut laporan Pusat Demokrasi dan Teknologi di AS, kandidat perempuan kulit berwarna pada pemilu 2020 dua kali lebih mungkin menjadi sasaran disinformasi dibandingkan kandidat lain. Dibandingkan kandidat kulit putih, mereka juga empat kali lebih mungkin menjadi sasaran pelecehan dengan kekerasan.
Baca juga: Kamala Harris Berpotensi Ukir Sejarah Baru Politik Amerika
Itu gambaran publik AS yang harus dan sedang dihadapi Harris. Ia tak punya waktu untuk meladeni hal-hal yang negatif. Daftar tugas yang panjang menanti. Harris tiba-tiba harus menyiapkan dan memulai kampanye kepresidenan hampir dari nol. Proses ini biasanya memakan waktu berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.
Namun, Harris hanya punya waktu sekitar dua bulan sebelum pemungutan suara awal dimulai. Tidak ada jaminan dia akan terpilih jadi capres resmi Demokrat meski sudah didukung Biden. Harris harus cepat mengumpulkan dana, menyusun strategi, mempekerjakan staf, memenangkan delegasi, membuat situs web, membuat iklan, merencanakan konvensi, dan seterusnya.
Untungnya, Harris sudah pernah melakoni proses ini pada 2020. Meski sudah berpengalaman, tetap saja Harris butuh dukungan. Beruntung lagi karena dia bisa memanfaatkan infrastruktur kampanye Biden, seperti kantor kampanye di Wilmington, Delaware. Sebagian besar anggota staf kampanye Biden juga masih dipekerjakan.
”Kampanye ini pada dasarnya perusahaan rintisan dengan jutaan dollar AS, dengan ratusan staf, yang semuanya harus melakukan banyak hal dalam waktu sangat singkat,” kata Joe Caiazzo, yang pernah menjadi direktur negara bagian tahun 2020 di New Hampshire untuk pencapresan Bernie Sanders.
Dukungan donor
Dari semua persiapan, yang paling penting adalah menggalang dana. Pada awal Juli, komite kampanye sudah memiliki uang tunai hampir 96 juta dollar AS. Sehari setelah Biden mundur, Harris telah mengumpulkan 81 juta dollar AS. Ini proses perolehan dana tercepat dan terbanyak tahun ini dibandingkan kampanye mana pun.
Selain uang, dibutuhkan 1.976 delegasi untuk memenangkan nominasi Demokrat. Sejauh ini, Harris punya 1.300 unit. Keluarnya Biden dengan cepat memungkinkan delegasi yang dimenangkannya dalam proses pemilihan pendahuluan untuk mendukung siapa pun yang mereka inginkan. Di sinilah pentingnya dukungan dari anggota parlemen dan sekutu utama Demokrat.
AFL-CIO bulat mendukung Harris setelah sebelumnya mendukung Biden dan Harris sebagai calon gabungan. Ini dukungan besar dari blok utama Demokrat karena AFL-CIO terdiri dari 60 serikat buruh yang mewakili 12,5 juta pekerja.
Harris sudah menerima dukungan dari Gubernur Pennsylvania Josh Shapiro, Gubernur California Gavin Newsom, Gubernur Maryland Wes Moore, Gubernur Michigan Gretchen Whitmer, Gubernur Illinois JB Pritzker, dan Gubernur Kentucky Andy Beshear. Dia juga mendapat dukungan dari Senator Arizona Mark Kelly dan Menteri Transportasi Pete Buttigieg.
Dukungan tersebut penting jika Harris mencari calon wakil presiden yang bisa bersaing dengan Senator Ohio JD Vance, pasangan Trump dari Republik. Pada 2020, Biden mengumumkan Harris sebagai pasangannya pada 11 Agustus. Untuk memenuhi tanggal yang sama, Harris, secara teori, punya waktu kurang dari tiga minggu untuk menentukan pilihannya sendiri.
Konvensi Nasional Partai Demokrat akan diadakan di Chicago dan dimulai pada 19 Agustus 2024. Sebelum itu, Harris juga harus kampanye ke mana-mana, terutama ke daerah pilihan yang penting, seperti Pennsylvania, Wisconsin, Michigan, North Carolina, dan Georgia.
Sejak mendapat tongkat estafet dari Biden, Harris sudah sangat sibuk. Terkadang hanya mengenakan kaus berkerudung dari Howard University, tempatnya kuliah, celana olahraga, dan sepatu kets Converse Chuck Taylor kesukaannya. Namun, di sela-sela kesibukannya, Harris masih sempat meluangkan waktu untuk mengatur makan siang dan makan malam untuk para anggota stafnya.
Pilihan makanannya mungkin sekilas menggambarkan makanan apa yang akan sering ada di Gedung Putih, empat tahun ke depan. ”Menunya salad dan sandwich untuk makan siang. Piza dan salad untuk makan malam. Piza Harris topping-nya ikan teri. Itu topping favoritnya,” kata salah seorang anggota stafnya. (REUTERS/AFP/AP)