Fatah-Hamas Kembali Upayakan Rekonsiliasi di China
China akan menjadi tuan rumah pertemuan Fatah dan Hamas guna mewujudkan rekonsiliasi di antara dua faksi Palestina itu.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·3 menit baca
Ketua delegasi Hamas Saleh Arouri (duduk, kiri) dan Ketua Fatah Azzam Ahmad menandatangani kesepakatan rekonsiliasi di Kairo, Mesir, 12 Oktober 2017. Delegasi Fatah dan Hamas dijadwalkan menggelar pertemuan di Beijing, China, 20-21 Juli 2024, untuk membahas rekonsiliasi di antara mereka.
BEIJING, SELASA — China akan kembali menjadi tuan rumah bagi pertemuan dua faksi terbesar Palestina, Fatah dan Hamas, pada akhir pekan ini. Pertemuan itu akan membahas upaya rekonsiliasi, sekaligus mengakhiri perpecahan politik di antara mereka yang sudah berlangsung sekitar 17 tahun terakhir.
Rencana pertemuan tersebut dikonfirmasi oleh dua pejabat senior Fatah dan Hamas kepada kantor berita Reuters, Senin (15/7/2024). Pemerintah China juga mengonfirmasi rencana pertemuan itu.
Wakil Sekretaris Jenderal Komite Pusat Fatah, Sabri Saidam, Senin (15/7/2024), menjelaskan bahwa perwakilan kedua faksi itu akan bertemu dengan pejabat China di Beijing pada Sabtu dan Minggu (20-21/7/2024). Sebelum pertemuan tersebut, delegasi Hamas dan Fatah bisa menggelar pertemuan di antara mereka terlebih dahulu.
Tujuan pertemuan di China, menurut Saidam, ”Untuk mengakhiri perpecahan dengan komitmen menjalin kesepakatan dan menyetujui membangun hubungan di kalangan kelompok-kelompok Palestina di tahap berikutnya”.
Sumber-sumber di Fatah menyebutkan, delegasi Fatah akan dipimpin Wakil Ketua Mahmoud al-Aloul. Adapun delegasi Hamas, menurut pejabat senior Hamas, Mousa Abu Marzouk yang dikutip New York Times, Senin (15/7/2024), akan dipimpin Ketua Biro Politik Hamas yang berkantor di Qatar, Ismail Haniyeh.
Ditanya mengenai pertemuan Fatah-Hamas, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian pada Selasa (16/7/2024) mengatakan, Beijing akan memublikasikan informasi (tentang pertemuan tersebut) pada waktu yang tepat. ”China selalu mendukung semua pihak di Palestina mewujudkan rekonsiliasi dan persatuan melalui dialog dan negosiasi,” katanya.
Beijing, lanjut Lin, ingin membangun dialog dan rekonsiliasi, menyediakan platform, dan menciptakan kesempatan bagi semua pihak dalam isu Palestina. ”China ingin memperkuat komunikasi dengan semua pihak dan bekerja keras mewujudkan tujuan rekonsiliasi domestik Palestina,” tambah Lin.
Menteri Luar Negeri China Wang Yi dijadwalkan bertemu dengan kedua faksi tersebut. Namun, belum ada konfirmasi dari Kemenlu China mengenai pertemuan itu.
Fatah dan Hamas terus berseteru sejak Hamas meraup kemenangan gemilang pada pemilu legislatif 2006. Sempat meletus perang saudara beberapa saat di antara mereka, menyebabkan Fatah terusir dari Jalur Gaza. Sejak 2007, Hamas menguasai dan memerintah Jalur Gaza.
Sejak itu, kelompok Fatah yang dipimpin Presiden Mahmoud Abbas mengendalikan Otoritas Palestina mengontrol sebagian wilayah pendudukan Tepi Barat.
Beberapa upaya rekonsiliasi Fatah-Hamas telah dilakukan oleh negara-negara Arab di bawah pimpinan Mesir sejak 2007, tetapi selalu gagal. Tahun 2024 ini, dua faksi tersebut menggelar pertemuan di Moskwa, Rusia, pada 29 Februari lalu.
Pertemuan itu, menurut Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov yang dikutip The Guardian, menghasilkan kesepakatan bahwa Hamas untuk pertama kalinya menghormati platform Organisasi Pembebasan Palestina (PLO).
Setelah bertemu di Moskwa, pada April, kedua faksi bertemu lagi di Beijing. Namun, belum ada hasil signifikan dari pertemuan itu. Pertemuan lanjutan telah dijadwalkan akan berlangsung pada Juni 2024, tetapi ditunda.
China selalu mendukung semua pihak di Palestina mewujudkan rekonsiliasi dan persatuan melalui dialog dan negosiasi.
Seruan rekonsiliasi
Seruan untuk rekonsiliasi antara faksi-faksi Palestina, terutama antara Fatah dan Hamas, kembali meningkat sejak Hamas berperang dengan Israel di Gaza. Perang ini diawali serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023. Bersamaan dengan perang di Gaza, kekerasan juga meningkat di Tepi Barat.
Seruan rekonsiliasi antara Fatah dan Hamas disampaikan sejumlah kalangan. Seruan itu disampaikan, antara lain, oleh Wakil Presiden ke-10 dan 12 RI, Jusuf Kalla, saat bertemu Ketua Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh di Doha, Qatar, Jumat (12/7/2024). Seperti dirilis tim Kalla melalui pernyataan tertulis, pada kesempatan itu Kalla, antara lain, menyampaikan agar Hamas tetap harus menunjukkan persatuan dan kebersamaan dengan Fatah. Begitu pula dengan hubungan internal Hamas sendiri.
”Tanpa kesatuan aspirasi serta institusi hanya akan menambah pelik penyelesaian masalah Gaza,” demikian pernyataan tersebut.
Salah satu aspek perpecahan antara Hamas dan Fatah berkaitan dengan perundingan di masa lalu tentang negara Palestina dan isu pengakuan atas negara Israel. Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, mengatakan, mereka mendukung negara Palestina sesuai garis perbatasan sebelum Perang Arab–Israel pada 1967.
”Namun, itu tidak disertai pengakuan atas negara Israel, hanya sebatas imbalan untuk gencatan senjata,” kata Haniyeh, seperti dikutip Kompas.id, 30 April 2024. (AFP/REUTERS)