Penembakan Trump Picu Pengetatan Pengamanan Konvensi Partai Republik
Polisi dan tentara bersenapan hilir mudik. Penembak runduk terlihat sekitar lokasi konvensi yang akan dihadiri Trump.
MILWAUKEE, SENIN — Aparat Amerika Serikat mengetatkan penjagaan di lokasi Konvensi Nasional Partai Republik di Milwaukee, Wisconsin. Pengetatan menyusul penembakan terhadap kandidat terkuat yang akan ditetapkan konvensi menjadi calon Presiden AS, Donald Trump.
Panitia konvensi mengakui, penembakan ke Trump pada Sabtu (13/7/2024) di Butler, Pennsylvania, itu memicu kekhawatiran. Meski demikian, tidak ada perubahan protokol keamanan.
Baca juga: Pertanyaan yang Belum Terjawab Selepas Penembakan Trump
”Kami yakin dengan rencana keamanan untuk acara ini dan kami siap untuk berangkat. Kami tidak mengantisipasi perubahan keamanan apa pun,” kata koordinator Dinas Rahasia AS (Secret Service) untuk konvensi tersebut, Audrey Gibson-Cicchino, Minggu (14/7/2024) sore.
Saya tidak bisa membiarkan penembak, atau calon pembunuh, memaksa perubahan jadwal.
Aparat meredakan ketakutan mengenai keamanan di konvensi tersebut. Para pejabat Secret Service dan polisi menekankan bahwa tidak ada ancaman nyata terhadap Konvensi Nasional Partai Republik.
Sementara Presiden AS Joe Biden memerintahkan Secret Service meningkatkan pengamanan kepada Trump yang mantan Presiden AS sekaligus bakal calon Presiden AS dari Partai Republik. Ia juga memerintahkan peninjauan ulang semua pengaturan pengamanan di lokasi Konvensi Nasional Partai Republik (RNC).
Di dalam dan luar lokasi konvensi, polisi dan tentara bersenapan hilir mudik. Penembak runduk terlihat di sejumlah penjuru sekitar lokasi RNC.
Baca juga: Siapa Saja Presiden AS yang Tewas Dibunuh dan Jadi Sasaran Kekerasan Politik?
Gubernur Wisconsin Tony Enders meminta larangan membawa senapan dan pistol ke lokasi konvensi. Larangan juga diminta diberlakukan di sekitar lokasi konvensi.
Trump berkeras
Selepas ditembak di Pennsylvania, Trump terbang ke Milwaukee. Ia disebut akan secara resmi ditetapkan sebagai capres AS dari Republik pada Kamis (18/7/2024). Konvensi empat hari mulai Senin (15/7/2024) itu disebut akan dihadiri setidaknya 50.000 orang.
”Tadinya saya akan menunda perjalanan saya ke Wisconsin dan Konvensi Nasional Partai Republik selama dua hari. Namun, saya baru saja memutuskan bahwa saya tidak bisa membiarkan penembak, atau calon pembunuh, memaksa perubahan jadwal, atau apa pun,” kata Trump di unggahan situs Truth Social, media sosial miliknya sebelum tiba di Milwaukee.
Kami bekerja sama dengan 40 lembaga penegak hukum yang berbeda.
Trump mengatakan, bagian atas telinga kanannya tertembus peluru. Para pendampingnya mengatakan, dia sangat bersemangat dan baik-baik saja. ”Saya langsung tahu ada yang tidak beres. Saya mendengar suara mendesing, tembakan, dan langsung merasakan peluru menembus kulit. Banyak pendarahan,” tulisnya di situs media sosialnya.
Baca juga: Republikan Yakin Penembakan Lejitkan Peluang Keterpilihan Trump
Dalam unggahan di Truth Social, Trump mengatakan agar warga AS bersatu. ”Pada saat ini, lebih penting dari sebelumnya, kita bersatu, dan menunjukkan karakter sejati kita sebagai orang Amerika, tetap kuat dan bertekad, dan tidak membiarkan kejahatan menang,” tulisnya di unggahan tersebut.
Biden telah menelepon Trump pada Minggu. Biden mengatakan, mereka akan terus berdebat dan tidak setuju. Meski demikian, Biden menekankan ia dan Trump serta pendukung mereka tetap bersatu sebagai satu bangsa. ”Kita harus bersatu sebagai satu bangsa untuk menunjukkan siapa kita,” kata Biden.
Biden juga menyerukan negara tersebut untuk bersatu sebagai satu bangsa dan melakukan peninjauan yang menyeluruh dan cepat. Ia juga meminta masyarakat untuk tidak membuat asumsi tentang motif atau afiliasi penembak.
Ketua Komite Nasional Partai Republik Michael Whatley mengatakan, pihaknya bekerja sama dengan 40 lembaga penegak hukum dalam konvensi tersebut. ”Kami merasa sangat nyaman bekerja dengan Secret Service. Kami bekerja sama dengan 40 lembaga penegak hukum yang berbeda,” ujarnya.
Baca juga: Inilah Penembak Donald Trump, Thomas Crooks
Whatley meminta Partai Republik untuk menggunakan momen ini sebagai kesempatan untuk bersatu dan mengabaikan perpecahan partisan. ”Tidak ada tempat dalam politik dalam bentuk apa pun untuk kekerasan semacam ini, untuk tindakan semacam ini. Ini adalah tindakan yang mengerikan,” kata Whatley.
”Semua orang di Amerika harus berhenti. Mereka perlu berhenti sejenak, mereka perlu merenungkan apa yang sebenarnya penting bagi kita dalam proses politik ke depan,” katanya menambahkan.
Senator Chris Coons dari Delaware mengatakan, kekerasan terhadap Trump harus memotivasi kedua belah pihak untuk meningkatkan keamanan. Apalagi, selepas RNC, Partai Demokrat akan mengadakan konvensi di Chicago pada Agustus 2024.
Coons adalah pendukung kandidat dari Partai Demokrat, Presiden AS Joe Biden. ”Kita harus lebih peduli dan lebih rajin dari sebelumnya dalam memastikan bahwa kedua konvensi kita dan sisa kampanye presiden ini dapat berjalan dengan aman dan terjamin,” katanya kepada media AS, NBC.
Baca juga: Mengenal Cara Secret Service Mengamankan Presiden AS
Biden memerintahkan telaah independen terhadap pengaturan pengamanan di kampanye Trump di Butler. Telaah itu untuk mencari penyebab penembakan bisa terjadi. Akibat penembakan, seorang pendukung Trump bernama Corey Comperatore (50) tewas karena tertembak di kepala. Mantan sukarelawan pemadam kebakaran itu tewas di lokasi. Pelaku, Thomas Matthew Crooks (20), juga tewas di lokasi.
Pendukung lain, David Dutch (57) dan James Copenhaver (74), masih dirawat dalam kondisi kritis. Peluru mengenai liver dan iga Dutch. Sementara kondisi Copenhaver tidak diperinci oleh otoritas setempat. Korban cedera dirawat di RSU Allegheny, Pittsburg, Pennsylvania.
Terorisme tunggal
Sejauh ini, motif Crooks menembak Trump belum diketahui. Biro Investigasi Federal AS (FBI) menyelidikinya sebagai aksi tunggal terorisme domestik. Sejumlah sumber pejabat aparat keamanan yang tak disebutkan identitasnya mengatakan, dalam aksi penembakan itu, Crooks membawa senapan semi-otomatis model AR milik ayahnya.
Ia beraksi di atas atap di dekat lokasi kampanye Trump. Beberapa pengunjung rapat umum melaporkannya ke aparat setempat. Crooks justru menodong petugas yang naik ke atap untuk memeriksa.
Petugas itu mundur dari tangga. Dengan gerakan cepat, pria bersenjata itu langsung melepaskan tembakan ke arah Trump. Saat itulah petugas dari Secret Service menembaknya.
Baca juga: Penembakan Trump, Kekerasan Politik, dan Demokrasi
Banyak pertanyaan tentang bagaimana pria bersenjata itu bisa begitu dekat. Kevin Rojek, agen yang bertanggung jawab di kantor lapangan FBI di Pittsburgh, mengatakan, kejadian itu mengejutkan. Sebab, Crooks bisa menembak di lokasi yang seharusnya dijaga ketat.
Aparat menemukan bahan peledak pembuat bom di dalam mobil Crooks dan di rumahnya, tetapi perangkat tersebut belum sempurna. Selama ini, Crooks tidak masuk radar pemantauan FBI. Dia diyakini bertindak sendirian dalam aksi penembakan tersebut.
Penyelidik telah menelisik media sosial dan rumahnya. Namun, penyelidik tidak menemukan tulisan atau unggahan yang bernada mengancam. Keluarganya pun bekerja sama dengan aparat.
Tidak adanya motif ideologis yang jelas menambah pertanyaan tentang penembakan tersebut. Kecenderungan politik Crooks tak jelas. Catatan menunjukkan Crooks terdaftar sebagai pemilih Partai Republik di Pennsylvania.
Baca juga: Makin Penting Posisi Seseorang di Panggung Politik, Semakin Empuk Jadi Sasaran Kekerasan
Namun, laporan keuangan kampanye federal juga menunjukkan dia berdonasi 17 dollar AS kepada komite aksi politik progresif pada 20 Januari 2021. Donasi diberikan tepat di hari ketika Biden dilantik sebagai presiden.
Wakil Direktur FBI Paul Abbate mengatakan, para agen telah melihat semakin banyaknya ujaran dan retorika seiring banyaknya orang yang mengaku sebagai pelaku penembakan. Dia mengatakan, saat ini FBI tetap fokus pada konvensi politik Partai Republik di Milwaukee dan Partai Demokrat di Chicago.
Korban perundungan
Beberapa mantan teman sekolah Crooks menggambarkannya sebagai siswa yang pendiam yang sering dianggap kesepian. Menurut mereka, Crooks tak pernah membahas politik atau Trump.
Jason Kohler, yang mengaku bersekolah bersama Crooks, mengenang bahwa Crooks kerap menjadi korban perundungan. Crooks kerap diolok-olok karena cara dia berpakaian yang kadang-kadang mengenakan pakaian berburu. ”Dia pendiam dan sering diintimidasi,” kata Kohler seperti dilaporkan ABC News.
Dilaporkan media AS, The New York Times, salah satu teman sekelasnya, Zach Bradford, mengingat Crooks berulangkali jadi sasaran kejahilan teman sekelasnya. Ia juga mengatakan Crooks terlihat sangat cerdas.
Baca juga: Kepanikan dan Kekacauan Saat Penembakan di Kampanye Donald Trump
Meskipun begitu, dua mantan teman sekelas yang bersekolah di Bethel Park High School bersama Crooks menyatakan melihat tanda-tanda bahwa mantan teman sekolahnya itu dapat melakukan aksi tersebut.
Dan Grzybek, perwakilan dewan daerah di daerah tempat Crooks dibesarkan, mengatakan bahwa lingkungan tersebut merupakan kalangan menengah atas, demikian dilaporkan media AS, The New York Times.
Crooks diketahui bekerja di panti jompo. Sejauh ini, FBI belum menemukan indikasi adanya masalah kesehatan mental pada Crooks. Juru bicara Pentagon, Mayor Jenderal Pat Ryder, mengatakan, Crooks juga tidak memiliki afiliasi militer. Dikutip dari CNN, ayah tersangka, Matthew Crooks, Sabtu (13/7/2024), mengatakan, dia coba mencari tahu apa yang terjadi sebelum memberi pernyataan tentang putranya. (AP/AFP/REUTERS)