Boeing Mengaku Bersalah Terkait Kecelakaan Lion Air
Kejahatan Boeing bisa jadi kasus kejahatan korporasi paling mematikan di AS.
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
WASHINGTON DC, SENIN — Boeing mengaku bersalah dalam kecelakaanLion Air 2018 dan Ethiopian Airlines pada 2019. Pengakuan itu membuat Boeing terhindar dari sidang pidana. Walakin, keluarga korban menolak.
Dalam pernyataan pada Senin (8/7/2024), Boeing menyebut telah sepakat dengan Departemen Kehakiman Amerika Serikat. Boeing mengaku bersalah dalam persekongkolan menipu AS dalam proses sertifikasi pesawat 737 MAX.
Pengakuan itu membuat direksi Boeing harus menemui korban atau perwakilan keluarga korban kedua korban. Belum ada perincian, untuk apa pertemuan dilakukan. Dokumen akhir akan disahkan pengadilan paling lambat pada 19 Juli 2024.
Boeing juga dikenai tambahan denda 243,6 juta dollar AS. Sebelumnya, Boeing juga didenda 243,6 juta dollar AS. Selain itu, Boeing diwajibkan mengucurkan sedikitnya 455 juta dollar AS. Dana itu untuk program kepatuhan dan keselamatan dalam proses kendali mutu produknya. Program itu akan dipantau pengawas independen selama tiga tahun.
Pabrik Boeing di Everett, Seattle, Amerika Serikat, Selasa (26/6/2024). Ribuan karyawan di Everett mengerjakan fabrikasi dan produksi pesawat, pengembangan produk, keamanan dan keselamatan penerbangan, hingga sertifikasi pesawat.
Selepas kecelakaan pada 2018 dan 2019, Boeing juga membayar ganti rugi 2,5 miliar dollar AS. Sebagian keluarga korban belum mau menerima ganti rugi dan meminta sanksi keras bagi produsen pesawat dari AS itu.
Karena itu, kabar kesepakatan Boeing dan Departemen Kehakiman AS mendapat reaksi keras dari sebagian keluarga korban. Mereka akan menggugat kesepakatan itu di pengadilan AS. Tujuannya membatalkan kesepakatan dan membuat Boeing disidang dalam pengadilan pidana.
Hakim pengawas dalam kasus Boeing, Reed O'Connor, pernah menyebut kejahatan Boeing bisa jadi kasus kejahatan korporasi paling mematikan di AS. ”Kesepakatan amat ringan bagi Boeing,” kata pengacara sebagian korban, Erin Applebaum.
Penundaan tuntutan
Selepas kecelakaan 2018 dan 2019, Boeing diselidiki AS. Pada 2021, Boeing dan Departemen Kehakiman AS menekan Kesepakatan Penundaan Penuntutan (DPA). Dalam DPA, Boeing harus membayar ganti rugi 2,5 miliar dollar AS ke keluarga korban dan denda 243,6 juta dollar AS ke Pemerintah AS.
Keluarga korban pesawat Ethiopian Airlines 302 dan Lion Air 610, meneriaki CEO Boeing Dave Calhoun dalam sidang dengar pendapat Senat Amerika Serikat pada 18 Juni 2024.
Boeing juga diwajibkan membenahi kendali mutu untuk menjamin keamanan produknya. DPA berlaku sampai 7 Januari 2024.
Pada 5 Januari 2024, pesawat Boeing 737 Max yang dioperasikan Alaska Airline kehilangan salah satu bagan di badannya. Bagan itu jatuh kala pesawat sedang terbang.
Penyelidikan menemukan, bagan itu tidak dikencangkan. Penyebab tidak dikencangkan adalah ketiadaan kendali mutu yang layak di Boeing. Selepas kecelakaan Alaska Airline, terjadi berbagai kecelakaan lain. Intinya sama, tidak ada kendali mutu memadai untuk menjamin keamanan produk.
Temuan itu menunjukkan, Boeing melanggar DPA 2021. Karena itu, Kejaksaan AS merekomendasikan Boeing dituntut. Menyikapi rekomendasi itu, Departemen Kehakiman AS memberi dua opsi: mengaku bersalah atau dituntut pidana. Boeing mengaku bersalah.
Penumpang menunggu kedatangan bus penjemput setelah turun dari pesawat jenis Boeing 737-900 ER maskapai Lion Air di Bandara Sultan Hasanuddin, Maros, Sulawesi Selatan, Jumat (21/4/2023).
Pengakuan itu hanya untuk kejadian yang disepakati di DPA. Untuk kecelakaan selepas DPA berakhir, Boeing bisa saja digugat lagi. Para direksi dan mantan direksi Boeing juga tidak diberi kekebalan dari aneka gugatan terkait rangkaian kecelakaan pesawat Boeing. (AP/REUTERS)