Tokyo
Banyak cara dilakukan para politisi untuk menarik perhatian calon pemilih demi mendulang dukungan. Dari menawarkan program, berkampanye melucu, sampai ke hal-hal kreatif, dan bahkan ”di luar pakem” mereka lakukan. Ada yang sukses, tetapi ada yang berujung kemarahan calon pemilih.
Ini yang terjadi dalam pemilihan gubernur Tokyo, Jepang, tahun ini. Sebanyak 56 kandidat bersaing memperebutkan jabatan bergengsi tersebut. Kandidat tidak hanya dari kalangan politisi, tetapi juga figur pinggiran atau pemengaruh (influencer) yang ingin lebih dikenal. Di antaranya termasuk kandidat petahana, Yuriko Koike, yang mengincar masa jabatan ketiga.
Baca juga: Anjing di China Juga Bisa Punya Pesta Perkawinan
Yang menjadi masalah bagi sebagian penduduk Tokyo adalah cara sebagian kandidat memperkenalkan diri kepada publik. Salah satu papan reklame menampilkan poster-poster yang memiliki kesan vulgar. Lainnya menampilkan model berpakaian minim dengan pesan: ”Berhenti membatasi kebebasan berpendapat”.
Ada pula yang menggunakan foto anjing peliharaan sebagai bagian dari kampanye dengan substansi tertentu. Salah satu kandidat, Airi Uchino, menggunakan pelantar video untuk berkampanye. Yang ”di luar pakem” kampanye politik adalah dalam video itu Uchino membuka kemeja yang dikenakannya sambil berkata: ”Saya sangat manis; tolong tonton siaran kampanye saya.” Dia mengenakan tube top yang senada dengan warna kulitnya.
Baca juga: Mantan Gangster Jadi Menteri
Papan reklame nyeleneh ini membuat sebagian warga tidak nyaman. ”Mereka tidak menyenangkan. Sebagai warga negara Jepang, saya merasa malu karena saya melihat banyak pengunjung asing melewati baliho tersebut dan mereka pasti bertanya-tanya apa yang terjadi,” kata Mayumi Noda, seorang pekerja kantoran. ”Sebagai pemilih, menurut saya, tindakan tersebut keterlaluan dan tidak menghormati kandidat lain yang bersaing secara serius.”
Ryosuke Nishida, profesor politik dan media Universitas Nihon, mengatakan, model kampanye seperti itu tidak bermoral dan keterlaluan. Namun, menurut pemimpin partai konservatif Takashi Tachibana, hal ini sah-sah saja dalam politik. ”Kami harus menjadi aneh atau kami tidak akan mendapat perhatian media,” katanya di situs partai. (AP)