Perang Meme Biden-Trump Semakin Gawat
Kampanye dua bakal calon presiden AS menggunakan meme sebagai alat perang di dunia digital.
Perang meme dalam kampanye pemilihan presiden Amerika Serikat tahun ini semakin gawat. Kubu dua bakal calon presiden, Joe Biden dan Donald Trump, meluncurkan gambar dan video saling serang yang kerap berisi sindiran, bahkan saling mempermalukan.
Meme video atau foto Biden (81) dan Trump (78) semakin banyak muncul di media sosial. Isinya mulai dari Biden yang menyeringai sebagai ”Dark Brandon” hingga wajah Trump yang ditumpangkan pada adegan dari Game of Thrones disertai slogan dari serial terkenal itu.
Salah satu yang sedang tren adalah meme video yang menyerang Biden dan mencitrakannya sebagai pria lanjut usia yang kebingungan. Versi terbaru, misalnya, menggambarkan Biden yang seolah-olah berusaha duduk, padahal tak ada kursi di belakangnya.
Juru bicara Biden, Steven Cheung, mengkritik video-video yang mencitrakan Biden penuh kegagalan atau video yang menggambarkannya sebagai lelaki tua yang kebingungan itu. ”Joe Biden itu ibarat meme berjalan, setiap kali muncul di depan umum, dia menjadi bahan meme,” kata Cheung seperti dilaporkan Associated Press, Selasa (18/6/2024).
Di kubu lawan, serangan terhadap Trump pun sama menghinanya. Ada wajah Trump yang disandingkan dengan jagung dengan rambut sama, Trump di balik penjara, atau wajah Trump dengan ekspresi mengejan dengan teks mencemooh.
Kampanye dua kandidat presiden AS itu sangat serius menggunakan meme sebagai alat perang di dunia digital. Meme memang telah menjadi ”bahasa ibu” bagi warganet. Komunikasi terjalin dengan lebih cair dan ringan lewat gambar dan video kreatif tersebut.
Meski jenaka, meme tersebut tentu sebenarnya serius. Muatan politiknya membentuk narasi publik terhadap kandidat yang menjadi sasaran.
Kami berusaha keras untuk menjalankan program digital yang otentik dengan kandidat kami.
Kedua partai yang bersaing di pemilihan presiden (pilpres) AS, Partai Demokrat dan Partai Republik, sama antusiasnya dalam membuat dan berbagi konten. Tim kampanye Biden bahkan baru-baru ini membuka lowongan kerja dengan tugas spesifik sebagai pengelola halaman meme.
Sebagai amunisi untuk kampanye beberapa bulan ke depan, tim Biden telah menyimpan stok foto dan video meme. Koleksi ini akan didistribusikan secara bertahap di akun resmi terkait Biden.
Menurut seorang pejabat kampanye Biden, para penasihat kampanye juga berencana bermitra dengan pembuat konten pihak ketiga dalam beberapa bulan mendatang. Targetnya menghasilkan meme yang dapat menjangkau pengguna dan pemilih yang masih ragu dalam menentukan pilihan.
”Kami berusaha keras menjalankan program digital yang otentik dengan kandidat kami, yang mungkin tidak menghabiskan seluruh waktunya di Twitter. Ya, sebenarnya, dia memang tidak,” kata Clarke Humphrey, penasihat senior soal persuasi digital untuk kampanye Biden.
Baca juga: Enam Bulan Jelang Pilpres AS, Silang Sengkarut Pemilu 2020 Muncul Lagi
Tim kampanye Biden mengatakan, mereka harus benar-benar kreatif dalam memanfaatkan seluruh ceruk ruang maya. Harapannya, kandidat mereka bisa menjangkau berbagai tempat dan beragam kalangan tanpa harus betul-betul berada di lokasi.
Biden bisa dibilang kalah aktif dibandingkan Trump dalam menggunakan internet. Trump dikenal sebagai pengguna media sosial yang produktif, bahkan sebelum ia mencalonkan diri sebagai presiden. Ia bahkan membuat media sosial sendiri, Truth Social, yang dibuat saat akunnya di Twitter diblokir.
Ia telah lama menyukai meme dan aktif membagikannya. Begitu pula anak-anak Trump dan para penasihat politiknya. Putra tertuanya, Donald Trump Jr, bahkan melabeli diri sebagai Jenderal Perang Meme di Instagram. Hal ini karena ia sering mengunggah beragam konten itu.
Trump memiliki lebih banyak pengikut media sosial dibandingkan Biden di Instagram, Tiktok, Truth Social, dan X. Padahal, mantan presiden tersebut hanya menggunakan X satu kali sejak akunnya diblokir setelah penyerbuan pendukungnya ke gedung-gedung pemerintahan dan senat di Gedung Capitol pada 6 Januari 2021. Satu-satunya unggahan Trump sejak saat itu hanya fotonya. Itu pun sudah menjadi bahan meme yang usil.
Baca juga: Jajak Pendapat Terbaru, Trump Mulai Ungguli Biden
Di pihak Biden, tim kampanyenya berupaya keras membalikkan meme yang menyerang menjadi konten yang menguntungkan. Salah satunya meme Dark Brandon yang dulu digunakan untuk menjatuhkan citra Biden, sekarang justru digunakan sebagai bahan kampanye.
Meme itu disebut sebagai konspirasi sayap kanan yang menggambarkan Presiden AS itu sebagai sosok yang mengancam. Meme ini menggambarkan Biden dengan mata menyorotkan laser berwarna merah. Awalnya, gambaran ini kerap menjadi bahan lelucon di kalangan konservatif untuk mengejek kebijakannya.
Oleh Partai Demokrat, narasi itu dibalik. Meme Dark Brandon justru digunakan untuk mencemooh teori konspirasi tentang pengaruh Biden di kompetisi, seperti Super Bowl. Sekarang Dark Brandon justru menjadi gambaran Biden sebagai sosok yang kuat dan digunakan untuk menampilkan pencapaiannya.
Sosok Biden dengan mata yang memancarkan laser merah pun tertempel di aneka memorabilia kampanye, seperti mug, pakaian bayi, bahkan kantong kopi.
Glorifikasi
Di kubu Trump, meme andalan mereka adalah glorifikasi keberhasilan Trump. Salah satunya menggambarkan dia memimpin sekelompok tentara Bollywood yang sedang menari. Ada pula meme Trump yang lebih hebat dari Matahari.
Pada April 2024, tepat sebelum gerhana matahari total melanda Amerika Utara, Trump membagikan video meme di Truth Social yang menampilkan klip orang-orang yang menatap ke langit dengan mengenakan kacamata gerhana. Mereka bersorak saat langit menjadi gelap. Kepala Trump dipasang sebagai ganti siluet yang menutup matahari.
Sementara meme yang menyasar Trump saat menjadi presiden di antaranya menggunakan serial Game of Thrones dengan kalimat terkenal winter is coming. Kata winter yang berarti musim dingin diganti dengan kebijakannya, seperti sanctions are coming yang terkait sanksi untuk Iran.
Ada pula kalimat the wall is coming yang mengacu pada pembangunan tembok di perbatasan dengan Meksiko. Salah satu yang paling konyol adalah winter is trumping yang mengacu pada ganasnya musim dingin seperti Trump.
Trump dan tim kampanyenya juga sering membagikan konten yang dibuat oleh pembuat meme dari pihak ketiga di luar tim mereka yang mendukungnya, lalu memprotes keras meme yang menyerangnya. Bulan lalu, Trump menuai kritik keras karena membagikan video meme di Truth Social yang menyertakan referensi ke ”Reich bersatu” dengan referensi Nazi dan Hitler.
Baca juga: Gerakan Pro-Palestina dan Gaung Anti-Perang Vietnam, Pengubah Peta Politik AS
Meme ”unified Reich” itu dibuat oleh sekelompok pembuat meme dari luar yang menurut laporan media The New York Times telah berkolaborasi dengan tim kampanye Trump. Tim Meme Dilley menggambarkan dirinya sebagai anggota gerakan membuat Amerika hebat lagi (make America great again/MAGA) terhebat dan mesin perang daring Trump.
Tim kampanye Trump membantah mereka berkoordinasi dengan kelompok tersebut, tetapi menghargai upayanya. Brenden Dilley, yang memimpin tim Meme Dilley, tidak menanggapi pertanyaan tentang kerja kelompok tersebut.
Kedua kandidat memiliki puluhan juta pengikut di jaringan media sosial, begitu pula akun kampanye mereka. Sulit untuk melacak berapa kali meme tertentu dibagikan atau dikreasi ulang dan dibagikan lagi.
Setelah dilepas ke internet, meme bergerak sendiri dengan liar dan kadang justru menjadi bumerang. Baik tim kampanye Biden maupun Trump adu cepat membuat klip video atau foto yang berpotensi mempermalukan lawan mereka lalu dan mengunggahnya.
Jangkau publik
Saat ini, puluhan juta orang menggunakan media sosial sebagai sumber informasi utama. Pertarungan meme dinilai dapat memengaruhi potensi kemenangan kandidat di pilpres AS pada November 2024. Apalagi, banyak warga AS yang tak antusias pada pertarungan ulang Biden-Trump.
Hal ini membuat makin sulit menjangkau masyarakat lewat kampanye tradisional, seperti iklan politik di media cetak atau televisi. Meme yang singkat dan jenaka bisa menjadi cara yang lebih menarik dan cepat.
Penggunaan meme dalam politik sebenarnya sudah lama, bahkan sejak 2009. Meme itu beredar saat Barack Obama yang baru menjabat sebagai Presiden AS berpindah ke Gedung Putih. Muncullah foto-foto presiden sebelumnya, George W Bush, yang akan keluar dari Gedung Putih dengan teks: ”Sudah rindu padaku?”
Lalu pada 2011, beredarlah foto Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton yang mengenakan kacamata hitam dan menatap ponselnya dengan teks ”SMS dari Hillary”. Meme ini dimaksudkan untuk menunjukkan dia mengirimkan teks pedas kepada politisi dan selebritas.
Profesor periklanan di Universitas Syracuse Rebecca Ortiz yang meneliti pengaruh meme seputar identitas politik mengatakan, meme yang efektif adalah meme yang berhasil membuat koneksi kuat dengan publik. Meme seperti ini bisa memanfaatkan isu yang didukung publik atau isu terkait kecurigaan publik.
Istilah ”meme” diciptakan pada 1976 oleh ahli biologi evolusi Inggris, Richard Dawkins. Ia menggunakannya untuk merujuk pada informasi yang ditiru dan dibagikan, baik itu slogan, perilaku, maupun ide. Dengan bangkitnya budaya internet, popularitas meme digital pun meroket. Awalnya muncul sebagai hiburan semata, sekarang meme menjadi senjata perang serius di kancah politik paling penting di dunia. (AP)