Putin ingin menunjukkan bahwa dirinya siap menurunkan persenjataan nuklir taktis.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
MOSKWA, RABU — Rusia terus unjuk kekuatan di tengah masih berlangsungnya perang dengan Ukraina yang telah berjalan lebih dari dua tahun. Mereka mengadakan latihan militer dengan Belarus yang melibatkan senjata nuklir taktis. Rusia juga hendak mengirim kapal selam menyeberangi Samudra Atlantik menuju Kuba.
Latihan tahap kedua dengan Belarus dilakukan pada Selasa (11/6/2024) waktu setempat. Latihan gabungan ini merupakan tanggapan Rusia terhadap Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) ataupun negara-negara Barat yang terus mengirim bantuan persenjataan kepada Ukraina untuk menyerang daerah pendudukan Rusia. Moskwa juga mengecam pemindahan sejumlah persenjataan NATO ke negara-negara anggota yang berbatasan dengan Rusia.
Sebagai reaksi atas tindakan NATO yang dianggap mengancam kedaulatan mereka, Rusia menggandeng Belarus, sekutu terdekatnya, untuk menggelar latihan militer. Senjata nuklir taktis digunakan dalam latihan ini, bentuknya antara lain berupa rudal, artileri, dan roket.
Senjata nuklir taktis memiliki daya rusak lebih kecil dan digunakan dalam peperangan. Ini berbeda dengan senjata nuklir strategis yang umumnya berupa rudal balistik dan bertujuan untuk menghancurkan satu kota atau wilayah seluas-luasnya. Meskipun begitu, pemakaian senjata nuklir taktis masih diperdebatkan.
”Latihan ini penting guna menyiapkan kita menghadapi berbagai tindakan permusuhan ataupun provokasi yang dilakukan Amerika Serikat dan sekutunya,” kata Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov.
Menurut keterangan Kementerian Pertahanan Rusia, latihan tahap pertama dilakukan pada Mei 2024. Fokus latihan itu adalah meningkatkan kesiapan pasukan Rusia dan Belarus menghadapi segala risiko ancaman. Mereka juga menyusun strategi untuk peluncuran senjata nuklir taktis. Rusia sudah memindahkan sebagian senjata nuklir taktisnya ke Belarus sejak tahun 2023.
Presiden Rusia Vladimir Putin memberi peringatan agar jangan meremehkan Rusia serta menganggap bahwa Moskwa akan kecut dari menggunakan persenjataan nuklir taktis. Ia juga mengatakan bahwa persejataan ini memiliki daya lebih kuat dibandingkan dengan dua bom atom AS yang menghancurkan kota Hiroshima dan Nagasaki di Jepang ketika Perang Dunia II.
Sebagai gambaran, bom atom yang menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki berkekuatan 15 kiloton. Adapun persenjataan nuklir taktis zaman sekarang dikategorikan untuk hulu ledak atau bom dengan kisaran 1-50 kiloton.
Pada saat yang sama, Putin menuturkan bahwa sejauh ini belum ada ancaman terhadap kedaulatan Rusia yang levelnya sampai harus memakai persejataan nuklir. Ia juga menganggap bahwa perang di Ukraina bisa dimenangi oleh Rusia tanpa perlu menggunakan nuklir.
Meskipun begitu, tidak tertutup kemungkinan Rusia mengubah doktrin nuklir mereka apabila mereka terus menganggap dirinya terancam. Pengertian ancaman terhadap kedaulatan sampai boleh menurunkan persejataan nuklir ini bisa direvisi sesuai dengan pandangan Rusia terkait situasi terkini.
Kapal selam
Selain melakukan latihan gabungan dengan Belarus, Rusia juga mengirim kapal selam menuju Kuba, salah satu negara sahabat. Ini dilakukan setelah kapal selam menyelesaikan latihan perang di Samudra Atlantik.
Menurut rencana, kapal itu tiba di Kuba pada Senin (17/6/2024). Kemenhan Rusia menyatakan, kapal fregat Admiral Gorshkov dan kapal selam bertenaga nuklir Kazan melakukan latihan peluncuran rudal.
Di dalam latihan itu, mereka melakukan simulasi penyerangan dengan daya jangkau hingga 600 kilometer. Kapal Admiral Gorshkov dilengkapi dengan rudal hipersonik Zirkon. Rudal ini khusus dibuat untuk kapal-kapal Rusia dengan tujuan menyerang kapal musuh ataupun melancarkan serangan ke darat. Daya jangkau Zirkon sampai dengan 1.000 kilometer. Admiral Gorshkov dan Kazanmeluncur ke Kuba sambil didampingi dua kapal penunjang.
”Kapal-kapal Rusia ini tidak akan membawa hulu ledak nuklir ataupun persenjataan nuklir lainnya. Mereka tidak akan menimbulkan ancaman di kawasan,” kata Kemenhan Kuba.
Perjalanan keempat kapal itu terus dipantau AS. Ini bukan pertama kali Rusia menggelar latihan gabungan di Laut Karibia bersama Kuba. Persoalannya, kedatangan kapal ini terjadi setelah Putin mengecam Barat memberikan persenjataan kepada Ukraina. Putin mengatakan hendak membagi persenjataan kepada negara-negara yang anti-Barat.
Sementara itu, Ukraina menginginkan agar Rusia mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi Perdamaian yang kedua. KTT pertama diselenggarakan di Swiss pekan ini.
Rusia mengutarakan tidak berminat hadir sehingga tidak diundang oleh tuan rumah. Akan tetapi, Kepala Kantor Presiden Ukraina Andriy Yermak mengatakan, perundingan gencatan senjata dan pembuatan peta jalan damai memerlukan pelantar yang lebih besar.
”Sangat penting bagi Rusia untuk duduk bersama demi menyelesaikan perang ini,” kata Yermak.