Penemuan Tak Terduga, Ada Embun Beku di Puncak Gunung Berapi di Mars
Peneliti memperoleh temuan tak terduga di planet Mars. Temuan ini berkaitan apakah Mars layak dihuni manusia atau tidak.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·3 menit baca
Para ilmuwan memperoleh penemuan tak terduga di planetMars. Mereka mendeteksi adanya embun beku pagi di beberapa gunung berapi raksasa di Mars. Gunung-gunung berapi itu terlihat berlokasi di dekat ekuator Mars, menjulang hingga tiga kali ketinggian Gunung Everest.
Ilmuwan menyebutkan, penemuan tak terduga tersebut suatu hari kelak bakal sangat dibutuhkan dalam eksplorasi manusia ke planet tersebut. Adanya embun beku pagi di Mars ditemukan ilmuwan dari gambar beresolusi tinggi dari Sistem Pencitraan Permukaan Warna dan Stereo pada pesawat Badan Antariksa Eropa (ESA), Trace Gas Orbiter (TGO), yang sudah mengorbit di Mars sejak 2018.
Hasil penelitian itu diterbitkan dalam jurnal Nature Geoscience, Senin (10/6/2024). ”Adanya temuan siklus air di Mars mempunyai implikasi terhadap kelayakhunian dan eksplorasi manusia di masa depan,” demikian dinyatakan dalam jurnal tersebut.
Seperti dilansir The Guardian, Senin (10/6/2024), Adomas Valantinas, ilmuwan planet dari Universitas Berne di Swiss dan Universitas Brown di Amerika Serikat, yang terlibat dalam penelitian tentang Mars, mengatakan, ”Ini pertama kalinya kami menemukan embun beku air di puncak gunung berapi dan pertama kalinya kami menemukan embun beku air di wilayah khatulistiwa Mars.”
”Apa yang kami lihat mungkin merupakan jejak iklim Mars di masa lalu,” kata Valantinas tentang embun beku di puncak gunung berapi. ”Ini mungkin juga terkait dengan proses iklim atmosfer yang terjadi pada awal sejarah Mars, mungkin jutaan tahun yang lalu.”
Valantinas bersama rekan-rekan satu tim penelitian kemudian mengonfirmasi temuan tersebut menggunakan spektrometer di TGO milik ESA dan gambar lebih detail yang diambil oleh pengorbit Mars Express, yang juga milik ESA.
Dari upaya tersebut, terlihat embun beku muncul sebagai warna kebiruan di dasar kaldera dan tidak ada embun beku di lereng yang cukup terang. Embun beku itu terdeteksi muncul di wilayah Tharsis di Mars.
Menurut para ilmuwan, wilayah Tharsis merupakan dataran tinggi vulkanik yang luas di dekat ekuator Mars. Tharsis menjulang sekitar 5 kilometer lebih tinggi dari daerah sekitarnya. Luas wilayah tinggi ini sekitar 5.000 kilometer persegi di dekat ekuator Mars.
Terbesar dan tertinggi di Tata Surya
Di wilayah itu terdapat beberapa gunung berapi terbesar dan tertinggi di Tata Surya. Di antaranya adalah Olympus Mons (ketinggian 21 kilometer), Arsia Mons (18 kilometer), Ascraeus Mons (18 kilometer), dan Pavonis Mons (14 kilometer). Selain itu, terdapat juga gunung berapi perisai yang lebih kecil, yakni Ceraunius Tholus (ketinggian 9 kilometer).
Para ilmuwan semula mengira, kecil kemungkinan embun beku dapat terbentuk di puncak gunung berapi Tharsis. Itu karena sinar matahari dan atmosfer Mars yang tipis membuat suhu siang hari tetap relatif tinggi, baik di puncak maupun di permukaan tanah.
Para peneliti berpendapat, embun beku itu disebabkan oleh iklim mikro yang terbentuk di dalam kaldera gunung berapi besar. Saat angin bertiup ke sisi gunung berapi, angin membawa udara yang relatif lembab dari dekat permukaan ke tempat yang lebih tinggi, lalu mengembun dan mengendap sebagai embun beku pada waktu-waktu tertentu dałam setahun. Pemodelan proses menunjukkan, embun beku tersebut adalah es air karena puncaknya tidak cukup dingin untuk terbentuknya embun beku karbon dioksida.
Para peneliti menjelaskan, waktu-waktu tertentu itu merujuk pada bulan-bulan yang lebih dingin di Mars. Pada periode itu, debu es halus yang lebih tipis dari rambut manusia terbentuk dalam semalam di kawah puncak gunung berapi atau kaldera dan di bagian tepi gunung berapi. Es halus itu lalu menguap beberapa jam setelah matahari terbit.
Meskipun lapisan bekunya sangat tipis, lapisan es itu menutupi area yang sangat luas. Para ilmuwan menghitung, pada musim dingin di Mars, sekitar 150.000 ton air atau setara dengan 60 kolam renang Olimpiade mengembun setiap hari di puncak gunung yang menjulang tinggi.
John Bridges, profesor ilmu planet di Universitas Leicester, mengatakan bahwa pekerjaan tersebut menunjukkan keberhasilan berkelanjutan dari misi TGO dan kamera Color and Stereo Surface Imaging System (CaSSIS).
”Memahami siklus air saat ini di atmosfer dan dekat permukaan Mars akan sangat penting untuk misi eksplorasi di masa depan, termasuk misi manusia, di mana air akan menjadi sumber daya utama,” ujar Bridges. (AFP)