Perubahan Gravitasi Drastis, Penyebab Insiden Fatal Singapore Airlines
Tarikan gravitasi berubah dari positif menjadi negatif hanya dalam empat detik dan pesawat langsung anjlok 178 kaki.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·2 menit baca
SINGAPURA, KAMIS — Laporan penyelidikan insiden turbulensi fatal maskapai penerbangan Singapore Airlines sudah keluar. Perubahan mendadak gaya tarik bumi menjadi penyebab banyak penumpang terluka dan bahkan satu orang meninggal.
Hasil laporan keluar pada Kamis (30/5/2024) dan diumumkan oleh Kementerian Perhubungan Singapura. Adapun penyelidikan penyebab insiden tersebut dilakukan oleh Biro Penyelidikan Keamanan Perhubungan Singapura (TSIB).
Laporan menyebutkan, pesawat bernomor penerbangan SQ321 dari Bandara Heathrow di London, Inggris, yang menuju Singapura sedang terbang di atas Myanmar bagian selatan atau di wilayah Laut Andaman pada 21 Mei 2024. Tekanan udara mengakibatkan pesawat mengalami turbulensi dan terguncang.
Pesawat Boeing 777-300 ER tersebut kala itu terbang di ketinggian 37.000 kaki dan naik ke ketinggian 37.362 kaki serta menambah kecepatan guna menstabilkan guncangan. Proses ini semua dilakukan oleh sistem pilot otomatis.
Di titik itu, tekanan gravitasi berubah juga dari positif 1.35G menjadi negatif 1,5 G hanya dalam 4 detik. Pesawat mengalami penurunan mendadak 178 kaki (54 meter). Momen tersebut yang menjadi penyebab barang-barang berhamburan dan menghantam 211 penumpang. Seluruh kejadian berlangsung dalam 57 detik.
Para penumpang yang sedang tidak mengenakan sabuk pengaman langsung terlempar ke langit-langit. Surat kabar The Telegraph mengungkap, satu penumpang warga Inggris, Geoffrey Kitchen (73), meninggal akibat serangan jantung. Pesawat lantas mendarat darurat di Bandara Suvarnabhumi, Bangkok, Thailand, 45 menit kemudian.
Sebanyak 42 orang terluka dan 26 di antaranya masih dirawat di rumah sakit. Direktur Rumah Sakit Srinakarin, Bangkok, Adinun Kittiratanapaibool mengungkapkan, rumah sakit masih mengobati enam pasien dengan cedera otak dan tengkorak, 22 pasien dengan cedera tulang belakang, serta 13 orang dengan cedera lainnya.
”Saya cuma ingat pesawat turun mendadak. Tahu-tahu, banyak penumpang terkapar di lantai,” kata salah seorang penumpang yang dirahasiakan namanya.
Menurut laporan, ketika terjadi turbulensi, pilot meminta para penumpang segera duduk dan memakai sabuk pengaman. Tanda pemakaian sabuk pengaman juga dinyalakan. Pilot dan kopilot secara manual mengendalikan pesawat selama 21 detik untuk menstabilkannya, baru kembali ke sistem otomatis dan mendarat secara normal di Bangkok.
Penyebab turbulensi masih dicari. Pasalnya, cuaca cerah ketika peristiwa terjadi. Turbulensi cuaca cerah, menurut Dewan Keamanan Perhubungan Amerika Serikat, adalah yang paling berbahaya. Umumnya, penyebab turbulensi cuaca cerah adalah titik pertemuan perbedaan suhu dan tekanan angin.
Badan Penerbangan Federal (FAA) mengatakan, dalam periode 2009-2021, sebanyak 146 penumpang dan awak kabin pesawat komersial terluka akibat turbulensi. Manajemen Singapore Airlines gara-gara kejadian ini mengeluarkan kebijakan bahwa selama turbulensi, seisi pesawat wajib duduk dan memakai sabuk pengaman. Makanan dan minuman tidak akan dihidangkan. (AP/AFP)