Spanyol mengakui Palestina dengan wilayah Tepi Barat dan Gaza serta ibu kota di Jerusalem Timur.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·3 menit baca
BRUSSELS, SELASA — Komunitas internasional perlu mencegah veto berkelanjutan untuk pengakuan kedaulatan penuh Palestina. Pengakuan sejumlah negara Eropa menjadi momentum mendorong keadilan dan kedamaian di Palestina-Israel.
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengatakan, pengakuan dan dukungan keanggotaan Palestina di Perserikatan Bangsa-bangsa amat penting. ”Keanggotaan Palestina di PBB akan membantu Palestina dalam membangun negaranya,” ujarnya dari Brussels, Belgia, Senin (27/5/2024) malam atau Selasa pagi WIB.
Indonesia berharap komunitas internasional mencegah ada veto lagi terhadap upaya menerima Palestina jadi anggota PBB. Veto terakhir terjadi pada April 2024.
Indonesia juga kembali menekankan bahwa Solusi Dua Negara sebagai jalan paling tepat untuk penyelesaian konflik Palestina-Israel. Bersama mitranya di Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), Indonesia pun mengapresiasi keputusan Irlandia, Norwegia, dan Spanyol mengakui Palestina.
Pengakuan resmi
Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez mengumumkan pengakuan resmi Spanyol pada Selasa pagi waktu Madrid. ”Dengan keputusan ini, Spanyol bergabung dengan lebih dari 140 negara yang sudah mengakui Palestina. Keputusan bersejarah ini memiliki tujuan tunggal untuk berkontribusi dalam mencapai perdamaian antara Israel dan Palestina,” ujarnya.
Pengakuan terhadap negara Palestina bukan hanya soal keadilan historis dengan aspirasi sah rakyat Palestina. Pengakuan itu juga kebutuhan sangat penting untuk mencapai perdamaian.
Spanyol mengakui Palestina dengan wilayah Tepi Barat dan Gaza serta ibu kota di Jerusalem Timur. Perbatasan Palestina sesuai dengan kondisi sebelum 1967.
Soal wilayah itu, Sanchez menyebut Spanyol hanya mengikuti resolusi PBB dan sikap Uni Eropa. ”Kami tidak akan mengakui perubahan dalam garis batas wilayah tahun 1967 selain kesepakatan dari para pihak,” katanya.
Sanchez juga menegaskan, pengakuan terhadap sebuah negara Palestina tidak bertentangan dengan siapa pun, termasuk Israel. Sejak lama Spanyol mengakui Israel.
Sikap Spanyol sama dengan Norwegia yang lebih dulu menyatakan wilayah Palestina sesuai dengan perbatasan 1967. Dengan kata lain, Spanyol dan Norwegia menolak mengakui pendudukan Israel di Tepi Barat. Kini, mayoritas Tepi Barat diduduki Israel dengan beragam dalih.
Bersama Irlandia, Spanyol dan Norwegia sebenarnya sudah mengumumkan pengakuan pada Palestina. Hanya saja, Madrid dan Dublin perlu menyelesaikan proses administrasi internal untuk mengesahkan pengakuan tersebut.
Menlu Spanyol Jose Manuel Albares menyebut, pengakuan terhadap negara Palestina memberi keadilan bagi rakyat Palestina. Pengakuan itu juga bisa memberikan jaminan keamanan bagi Israel dan kawasan.
Sementara Norwegia telah menyerahkan surat diplomatik ke pemerintah Palestina. PM Palestina Mohammad Mustafa menerima surat itu di sela pertemuan UE-OKI di Brussels pada awal pekan ini. ”Pengakuan sangat berarti bagi kami. Ini adalah hal paling penting yang bisa dilakukan siapa pun untuk rakyat Palestina. Ini adalah hal yang sangat berarti bagi kami,” kata Mustafa.
Tambahan pengakuan dari Eropa memperkuat legitimasi pemerintahan Palestina. Pengakuan itu menjadi pendorong baru Otoritas Palestina membangun seluruh wilayah Palestina. ”Ini adalah awal dari realisasi perdamaian. Bukan janji perdamaian yang telah kami nanti-nanti selama lebih dari 30 tahun,” katanya.
Sementara Slovenia juga telah mengeluarkan dekret pengakuan Palestina. Hanya saja, pengakuan itu harus disahkan parlemen. Pemerintah Slovenia menguasai 51 dari 90 kursi di parlemen. Karena itu, diperkirakan akan mudah mendapat pengesahan di parlemen. Apalagi, 60 persen warga Slovenia mendukung pengakuan kepada Palestina.
Memang, PM Robert Golob memberi syarat pengakuan Slovenia kepada Palestina. Ia meminta pembebasan semua sandera dan reformasi Otoritas Palestina. ”Jika hal itu terbukti lebih cepat dilakukan, kami mungin akan menyelesaikan proses pengakuan itu lebih awal,” ujarnya.
Israel berang
Israel berang dengan pengakuan tersebut. Duta Besar Israel di Dublin, Madrid, dan Oslo diperintahkan pulang. Duta Besar Israel di Dublin Dana Erlich menyebut pengakuan Irlandia kepada Palestina merupakan hadiah untuk terorisme.
“Irlandia tidak netral atau menjadi perantara yang jujur karena mereka mendukung Palestina. Namun, yang ingin kami katakan adalah ini bukan waktunya untuk mengumumkan pengakuan seperti itu,” ujarnya.
Israel akan meninjau ulang semua kerja sama dengan Irlandia. ”Saya pikir ada banyak potensi dalam hubungan bilateral kita, apakah itu keamanan siber atau layanan kesehatan, perubahan iklim. Saya berharap diberi kesempatan untuk melanjutkannya,” kata Erlich.
Ia tiba di Dublin pada September 2023. Belum setahun bertugas, ia sudah ditarik. ”Saya berharap diberi kesempatan untuk terus menjelajahi Irlandia. Namun, saat ini, kami perlu mengatasi kekhawatiran kami,” katanya. (AP/AFP/REUTERS)