Mengenal Helikopter Presiden Iran dan Helikopter Sejenis Buatan Bandung
Ada 16.000 UH-1 dan beragam varian terjual. Bell 212 yang dinaiki Raisi salah satu dari turunan UH-1.
Oleh
IWAN SANTOSA
·3 menit baca
Kecelakaan helikopter yang menewaskan Presiden Iran Ebrahim Raisi belum diketahui penyebabnya. Hal yang jelas, Presiden Iran itu menaiki produk salah satu pabrikan helikopter terlaris di Bumi: Bell. Perakitan berbagai varian itu dilakukan di sejumlah negara, termasuk Indonesia.
Kepala Staf Kantor Presiden Iran Gholamhossein Esmaili mengatakan, cuaca cerah kala tiga helikopter rombongan Raisi mulai terbang pada Minggu (19/5/2024). Di tengah penerbangan pulang, pilot helikopter yang ditumpangi Raisi memerintahkan kenaikan ditambah.
Alasannya, untuk menghindari awan. ”Setelah terbang 30 detik di atas awan, pilot kami memperhatikan helikopter di tengah (yang ditumpangi Raisi) hilang,” kata dia sebagaimana dikutip kantor berita Iran, IRNA, pada Selasa (21/5/2024) malam.
Pencarian dan komunikasi awal dilakukan tanpa hasil. Belakangan, helikopter Bell 212 yang ditumpangi Raisi dan sejumlah itu ditemukan hancur. Para penumpangnya tewas.
Banyak perakit
Bell salah satu produsen helikopter yang laris sejak produk perdananya, Bell 30, terbang pada Desember 1942. Setelah Bell Aircraft dibeli Textron dan menjadi Bell Textron, produk terlaris hadir: UH-1.
Sejak mengudara pertama kali pada 1952, ada 16.000 UH-1 dan beragam varian terjual. Bell 212 yang dinaiki Raisi salah satu dari turunan UH-1. Bell UH-1 juga dikembangkan menjadi UH-1N Twin Huey, 204/205, 214, 412, CH-146 Griffon, dan UH-1Y Venom. UH-1 juga dikembangkan lebih lanjut menjadi 214ST dan 533.
Di Indonesia, varian UH-1 dikenal sebagai Bell 412 EP dan dirakit oleh PT Dirgantara Indonesia (DI). Helikopter bermesin ganda itu dibuat di Bandung, Jawa Barat, sejak 2012. Badan Penerbangan Federal (FAA) AS telah menyertifikasi kelaikan Bell 412EP buatan PT DI.
Dengan kecepatan hingga 200 kilometer per jam, heli buatan PT DI itu bisa terbang sampai 660 kilometer. Kapasitas totalnya 15 orang, termasuk dua awak.
PT DI tidak hanya merakit. Sebagian komponen Bell 412EP dan Bell Huey II dibuat BUMN tersebut. Di PT DI, komponen yang diproduksi adalah bagian ekor, kaki pendarat, dan tiang pintu.
Pengguna Bell 412EP antara lain Pusat Penerbangan TNI Angkatan Darat (Puspenerbad) dan Pusat Penerbangan TNI Angkatan Laut (Puspenerbal). Di Puspenerbad, penggunanya antara lain skuadron serbu 11.
Helikopter yang dipakai Puspenerbad dilengkapi pelindung antipeluru dan dudukan senapan mesin. Sementara helikopter Puspenerbal dilengkapi senapan mesing gatling.
Puspenerbad antara lain memakai helikopter itu dalam operasi perburuan kelompok teror di Poso, Sulawesi Tengah. Dalam misi itu, Mayor Athenius Murip menerbangkan helikopter tersebut hingga 7.000 kaki. Murip yang kini menjadi Komandan Kodim 1702/Jayapura itu menerbangkan helikopter tersebut hingga hampir mencapai batas ketinggian maksimum.
Sejumlah misi lain juga melibatkan helikopter tersebut. Kopassus dan Kostrad juga pernah memakai helikopter tersebut.
Warisan perang
Meski mengudara pertama kali pada 1952, UH-1 baru resmi beroperasi penuh di militer Amerika Serikat pada 1959. Kontrak perdana 100 helikopter masih menggunakan satu mesin.
Helikopter itu menjadi andalan AS selama Perang Vietnam. Bahkan, AS mengenalkan armada Huey karena begitu banyak mengoperasikan helikopter tersebut. Bersama Australia, AS mengoperasikan setidaknya 7.000 Huey selama Perang Vietnam.
Fungsinya macam-macam, mulai dari pengangkut pasukan hingga penyebar propaganda. Sebagian Huey dilengkapi pengeras suara yang dipakai AS untuk menyiarkan aneka lagi populer pada masa tersebut.
Helikopter itu beroperasi dalam perang Rhodesia yang kini menjadi Zimbabwe. Perang Malvinas 1982 juga menjadi saksi ketangguhan helikopter tersebut. Di Timur Tengah, helikopter itu terlibat dalam perang Afghanistan dan Lebanon.
Iran, sebelum Revolusi 1979, juga memesan Huey dalam jumlah besar. Bahkan, karena hubungan baik Teheran-Washington kala itu, dibuat pabrik perakit dan produksi sebagian suku cadangnya di Iran.
Pemimpin Iran kala itu, Shah Reza Pahlevi, membeli banyak aset udara dari AS. Teheran membeli jet tempur F-14 Tomcat, helikopter AH-1Super Cobra, helikopter angkut Chinook, hingga Bell 212.
Dari 10 Bell 212 yang dibeli era Shah Reza, hanya tersisa dua saja yang bisa beroperasi. Sanksi Washington ke Teheran sejak 1979 membuat aneka pesawat dan helikopter yang dibeli dari AS tidak bisa dioperasikan. Sebab, suku cadangnya tidak bisa didapat. Pabrikan AS juga menghentikan layanan perbaikan.
IRNA menyebut, Bell 212 yang dinaiki Raisi dibeli sekitar 24 tahun lalu. Tidak dijelaskan bagaimana Iran bisa membeli produk buatan AS di tengah sanksi besar-besaran Washington ke Teheran. (AP/AFP)