Sebuah ironi terjadi kala dunia berkumpul membicarakan air, ada negara yang akses airnya tertekan, yakni Palestina.
Oleh
M PASCHALIA JUDITH J
·4 menit baca
Indonesia yang kerap bersuara memperjuangkan nasib Palestina di meja diplomasi mancanegara tengah menjadi tuan rumah World Water Forum atau Forum Air Dunia Ke-10. Apakah Indonesia cukup lihai memanfaatkan peluang itu untuk menggaungkan suara Palestina yang menderita krisis air?
Mobil putih berpelat ”PALESTINE Protocol” dengan logo Forum Air Dunia Ke-10 terpantau parkir di sisi jalan dekat lobi The Laguna Resort & Spa Nusa Dua, Bali, Senin (20/5/2024). Resor itu berjarak 800 meter–1 kilometer dari Bali Nusa Dua Convention Center maupun Bali International Convention Center yang menjadi titik perhelatan Forum Air Dunia Ke-10 sepanjang 18-25 Mei 2024. Dengan menggunakan mobil, waktu tempuhnya sekitar 4 menit.
Direktur Informasi dan Media Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri Hartyo Harkomoyo mengonfirmasi, Palestina diundang menghadiri pertemuan tingkat tinggi (high level meeting) dan pertemuan menteri-menteri (ministerial meeting) dalam Forum Air Dunia Ke-10. ”Palestina hadir di kedua pertemuan itu,” ujarnya saat dihubungi, Kamis (23/5/2024).
Kehadiran Palestina di Forum Air Dunia Ke-10 terasa mendesak mengingat krisis air yang terjadi, terutama di Jalur Gaza. Laporan dari laman resmi Medical Aid for Palestinians yang berkolaborasi dengan International Rescue Committee, Rabu (22/5/2024), menilai, situasi air, sanitasi, dan kebersihan di Gaza selatan membunyikan ”alarm”. Sejumlah warga Palestina bertahan hidup dengan jumlah air sebesar 3 persen dari standar minimum konsumsi air harian.
Terkait upaya Indonesia menyuarakan aspirasi Palestina dalam Forum Air Dunia, Direktur Jenderal Kerja Sama Multilateral Kementerian Luar Negeri Tri Tharyat menyatakan, pemerintah bersama Dewan Air Dunia (World Water Council) mengundang seluruh negara anggota Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau UNESCO, termasuk Palestina, dan sejumlah organisasi internasional menyusun deklarasi bersama. Indonesia menjadi pemimpin proses politis dalam Forum Air Dunia Ke-10.
Dia menceritakan, Kementerian Luar Negeri telah memimpin konsultasi rancangan deklarasi tingkat menteri di Paris, Perancis, secara inklusif, transparan, fleksibel, dan kesadaran untuk menggunakan diksi yang disepakati demi menyatukan pandangan setiap negara. Untuk mengakomodasi pandangan sejumlah negara, termasuk Palestina, perwakilan yang hadir mendukung paragraf yang menentang pembatasan akses terhadap layanan air dan sanitasi, terutama dalam situasi konflik.
Konvensi Geneva sudah sangat jelas. Hak atas air seseorang tidak boleh dirampas selama perang. Konvensi ini tidak ditaati dalam konflik.
Deklarasi tingkat menteri
Deklarasi tingkat menteri dibacakan oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono dalam salah satu pertemuan di Forum Air Dunia Ke-10, Selasa (21/5/2024). Salah satu pokok pertimbangan deklarasi itu menyatakan, menteri-menteri dan kepala delegasi sangat prihatin terhadap kurangnya akses pada layanan sanitasi dan air yang cukup di tengah bencana alam maupun yang disebabkan manusia (man-made) serta konflik bersenjata.
Staf Ahli Menteri Bidang Teknologi, Industri, dan Lingkungan sekaligus Juru Bicara Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Endra S Atmawidjaja menyatakan, kalimat deklarasi tersebut menunjukkan Indonesia ingin akses air bersih dan layanan sanitasi di negara-negara berkonflik harus tetap dijaga. ”Ini sebuah prinsip yang harus bisa diterapkan di area konflik mana pun. Kami tidak membahas spesifik mengenai Palestina, tetapi (kalimat) ini adalah komitmen yang kuat,” ujarnya saat ditemui setelah konferensi pers di sela-sela Forum Air Dunia Ke-10, Kamis (23/5/2024).
Saat ditanya mengenai aksi cepat tanggap untuk menyelesaikan krisis air di Gaza, Presiden Dewan Air Dunia Loic Fauchon menilai, isu tersebut bersifat sensitif. ”Konvensi Geneva sudah sangat jelas. Hak atas air seseorang tidak boleh dirampas selama perang. Konvensi ini tidak ditaati dalam konflik,” katanya dalam konferensi pers.
Di sisi lain, Ketua Program Studi Pascasarjana Kajian Timur Tegah dan Islam Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia Yon Machmudi menilai, sebuah ironi terjadi kala dunia berkumpul membicarakan air, sedangkan ada negara yang akses airnya tertekan lantaran pendudukan oleh pihak lain. Dari aspek kemanusiaan, Forum Air Dunia Ke-10 mestinya mendiskusikan bagaimana masyarakat di Gaza mendapatkan akses air bersih dan sanitasi.
Butir komitmen
Adapun deklarasi tingkat menteri yang mengemuka dalam Forum Air Dunia Ke-10 juga menyebutkan 16 butir komitmen yang akan diterjemahkan ke dalam kebijakan, perencanaan, dan aksi. Butir terakhir menyatakan penyelenggaraan Forum Air Dunia Ke-11 bertema ”Aksi untuk Hari Esok yang Lebih Baik” dan dihelat di Riyadh, Arab Saudi.
Butir pertama komitmen itu berbunyi, pembangunan tata kelola sumber daya air yang efisien dan terintegrasi memperhatikan konservasi, perlindungan, serta pemanfaatan sumber daya air yang lestari sebagai elemen krusial dalam ekosistem dan aktivitas manusia. Para menteri dan pimpinan delegasi berkomitmen menerapkan kebijakan dan aksi untuk mengurangi tekanan pada ketersediaan air, termasuk memperkuat akses ke air bersih dan sanitasi. Penggunaan sumber daya air nonkonvensional juga akan didorong, seperti guna ulang air limbah, desalinasi, dan penampungan air hujan.
Sementara itu, para menteri dan pimpinan delegasi berkomitmen memperkuat upaya untuk mengatasi tantangan lintas sektor antara sumber daya air, energi, ketahanan pangan, nutrisi, serta kemiskinan dan pengentasan kelaparan. Penguatan upaya tersebut perlu mempertimbangkan peran air dalam pembangunan dan kesehatan sumber daya manusia sekaligus pengembangan ekonomi dan sosial.
Tri mengatakan, dokumen deklarasi tingkat menteri dalam Forum Air Dunia itu bersifat tidak mengikat secara hukum sehingga tidak ada kewajiban dalam pelaksanaannya. Namun, deklarasi tersebut dapat menjadi pegangan dan referensi dalam menentukan kebijakan negara ataupun organisasi internasional. Deklarasi ini turut menunjukkan komitmen politik negara untuk berkontribusi dalam mengatasi persoalan sumber daya air dan sanitasi.
Berkumpulnya perwakilan negara dalam forum di tingkat mancanegara belum tentu membuahkan aksi konkret yang cepat tanggap untuk membantu mengatasi krisis air di Gaza. Masyarakat di Gaza sulit memperoleh air bersih, sedangkan para delegasi peserta Forum Air Dunia dengan mudahnya mendapatkan air minum yang tersedia di sejumlah sudut ruangan.