Presiden Iran Menambah Daftar Pemimpin Tewas akibat Kecelakaan Udara
Kecelakaan udara seperti dialami Presiden Iran memicu spekulasi. Apalagi, hasil penyelidikan tidak diungkap.
Kecelakaan helikopter Presiden Iran Ebrahim Raisi pada Minggu (19/5/2024) memperpanjang daftar pemimpin dunia yang tewas dalam kecelakaan udara. Sejak 1936, ada belasan tokoh tewas dalam kecelakaan transportasi udara. Sebagian kecelakaan tidak pernah diketahui penyebabnya.
Salah satu kecelakaan dialami mantan Perdana Menteri Swedia Arvid Lindman (74). Ia tewas karena pesawatnya jatuh dalam penerbangan menuju Amsterdam, Belanda, pada 9 Desember 1936.
Baca juga: Sorotan pada Sanksi AS di Balik Kecelakaan Helikopter Presiden Iran
Pesawat Douglas DC-2 milik maskapai Belanda, KLM, yang ia tumpangi menabrak rumah-rumah warga di kawasan permukiman di dekat Bandara Croydon, Inggris, sesaat setelah lepas landas. Saat itu, cuaca buruk dengan kabut tebal.
Cabang Investigasi Kecelakaan Inggris memeriksa kecelakaan itu. Ditulis aviation-safety.net, penyelidik menyimpulkan pilot gagal mempertahankan kendali arah pesawat. Pilot juga tidak mematikan mesin akibat salah perkiraan. Selain itu, pilot juga dianggap mengabaikan protokol lepas landas setelah meninggalkan landasan pacu.
Tidak sampai setahun setelah insiden Lindman, giliran Paraguay kehilangan pemimpin dalam kecelakaan transportasi udara. Pada 7 September 1940, Presiden Paraguay Marsekal Jose Felix Estigarribia (52) meninggal dalam kecelakaan pesawat bersama istrinya, Julia Miranda Cueto.
Mereka terbang dari Altos ke Bernardino, Paraguay. Pesawat jatuh di Agapuey dalam kabut tebal. Pilot diduga kehilangan kendali dan melenceng dari jalur penerbangan semula. Seluruh penumpang tewas.
Picu spekulasi
Selanjutnya, Polandia kehilangan kepala pemerintahan pengasingan selama Perang Dunia II, Wladyslaw Sikorski (62). Pada 4 Juli 1943, pesawatnya jatuh di Gibraltar. Pesawat liberator yang ditumpangi Sikorski jatuh 16 detik setelah lepas landas.
Hanya pilot yang selamat dalam kejadian itu. Komite Inggris yang menyelidiki kecelakaan itu menyatakan insiden itu bukan sabotase. Kecelakaan diduga akibat kegagalan mekanis.
Hingga saat ini, dokumen penyelidikan masih dirahasiakan. Sejumlah spekulasi beredar mengenai penyebab lain kecelakaan itu. Salah satunya pembunuhan yang didalangi Badan Intelijen Inggris, Jerman, dan Soviet, serta beberapa lingkaran politik Polandia yang tidak mendukung Sikorski.
Baca juga: Karangan Bunga Penuhi Kedutaan Besar Iran di Jakarta
Adapun Presiden Ramon Magsaysay (50) dari Filipina meninggal akibat kecelakaan pada 17 Maret 1957. Pesawat Kepresidenan Filipina yang dinaikinya jatuh di Gunung Manunggal di Balamban, Cebu.
Dikutip dari media Filipina, GMA, Magsaysay sedang dalam perjalanan kembali ke Manila setelah memberikan ceramah di Cebu. Ia terbang bersama 25 orang lainnya. Hanya satu korban selamat, seorang wartawan yang selanjutnya menuliskan peristiwa itu dalam sebuah buku.
Rakyat Filipina berduka atas tewasnya Magsaysay yang disebut sebagai pembela demokrasi. Pemerintahannya mendapat kepercayaan tinggi dari masyarakat karena citranya yang bersih dan kebijakannya yang berpusat pada rakyat.
Adapun mantan Penjabat Presiden Brasil Nereu Ramos (70) tewas dalam kecelakaan pada 16 Juni 1958. Ia naik Cruzeiro Airlines dari Porti Alegre ke Curitiba.
Tewas dalam kecelakaan udara juga menimpa Dag Hammarskjold (56). Sekretaris Jenderal kedua Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu meninggal setelah pesawat yang ia tumpangi, Albertina, jatuh di Rhodesia Utara (sekarang Zambia) pada 18 September 1961. Saat itu ia tengah dalam perjalanan ke perundingan gencatan senjata di Kongo.
Berasal dari Swedia, Hammarskjold, antara lain, menjadi mediator antara Israel dan negara-negara Arab. Ia juga menjadi penengah antara China dan Amerika Serikat. Ia pun menangani krisis dekolonisasi Afrika.
Sejumlah misteri dan kontroversi masih menyelimuti kematian birokrat asal Swedia itu. Dikutip dari The Foreign Policy, sebagian besar keturunan korban kecelakaan yang tewas bersama Hammarskjold, total 15 orang, yakin bahwa pesawat tersebut ditembak jatuh.
Pelaku diduga tentara bayaran Eropa yang disewa perusahaan pertambangan Belgia. Perusahaan itu diduga mendukung pemberontakan separatis di negara Kongo yang kaya akan mineral.
PBB mesih terus menyelidiki peristiwa itu hingga 2022. Intelijen AS dan Inggris diduga mengetahui duduk perkara kejadian. Akan tetapi, mereka belum bersedia memberi keterangan.
Picu konflik
Sejumlah kecelakaan udara yang menewaskan kepala negara memicu konflik berkepanjangan. Salah satunya kematian Perdana Menteri Lebanon Rashid Karami (65) yang tewas saat helikopter yang ia tumpangi, Puma buatan Perancis, diledakkan pada 1 Juni 1987.
Baca juga: Lebanon Desak PBB Sikapi Pelanggaran Wilayah Udara oleh Israel
PM Lebanon delapan periode itu tewas di tengah perang saudara. Helikopter Karami diledakkan milisi kelompok Maronit. Kelompok itu berseberangan dengan kelompok penyokok Karimi dalam perang saudara sebelumnya. Gara-gara pembunuhan itu, perang saudara di Lebanon memburuk dan dampaknya terasa sampai sekarang.
Adapun Presiden Pakistan Muhammad Zia-ul-Haq (64) tewas dalam kecelakaan pesawat pada 17 Agustus 1988. Ia tengah dalam perjalanan dari mengunjungi pameran senjata di Provinsi Punjab. Selain dia, para pemimpin militer lainnya dan Duta Besar AS untuk Pakistan juga tewas.
Di Pakistan, ada tuduhan bahwa Uni Soviet berada di balik kecelakaan itu. Hal ini mengingat dukungan Zia-ul-Haq terhadap mujahidin Afghanistan dalam invasi Soviet ke Afghanistan. Ia sosok yang kontroversial karena mendorong Pakistan untuk mengembangkan senjata nuklir.
Presiden Rwanda Juvenal Habyarimana (57) tewas bersama Presiden Burundi Cyprien Ntaryamira (39) karena pesawat mereka dirudal. Pesawat yang ditumpangi politisi etnis Hutu itu sedang bersiap mendarat di Bandara Kigali, Rwanda, kala meledak pada 6 April 1994.
Baca juga: Ingatan Mencekam Genosida Rwanda 1994
Pembunuhan tersebut memicu genosida terhadap suku minoritas Rwanda, suku Tutsi. Genosida itu merupakan salah satu peristiwa paling berdarah di akhir abad ke-20. Hingga sekarang, pelaku serangan masih menjadi misteri.
Sebagian menduga Presiden Rwanda saat ini, Paul Kagame, sebagai dalang pembunuhan tersebut. Kagame menampik dan menuding pihak lain.
Presiden Polandia Lech Kaczynski (60) tewas pada 10 April 2010 saat pesawat militer Polandia, Air Force Tu-154, jatuh di tengah hutan di Smolensk, Rusia. Sebanyak 96 pemimpin Polandia tewas dalam kejadian itu.
Saat kejadian, mereka tengah dalam perjalanan kembali dari kunjungan untuk memperingati pembantaian Katyn di Rusia. Dalam pembantaian ini, sekitar 22.000 perwira militer Polandia dibunuh oleh Uni Soviet.
Baca juga: Sekilas tentang Helikopter Bell 212 Buatan AS yang Dinaiki Presiden Iran
Komite Investigasi yang dipimpin oleh Vladimir Putin, saat itu Perdana Menteri Rusia, dibentuk. Tim tak menemukan bukti serangan dalam jatuhnya pesawat.
Namun, dilaporkan media The Foreign Policy, sejumlah teori konspirasi masih beredar soal kematian Kaczynski. Beberapa orang mengklaim bahwa Pemerintah Rusia berada di balik pembunuhannya. Teori lain menyebut bagian tubuh korban tidak cocok dengan daftar nama yang tewas. (AP/REUTERS/AFP)