Kisah Inspiratif Meghan Markle di Tanah Leluhurnya di Nigeria
Pada 2022, Meghan Markle tersadar, ia berdarah Nigeria. Ia merayakan akar budaya saat saba tanah leluhur di negara itu.
Oleh
IRENE SARWINDANINGRUM
·3 menit baca
Berbicara di sebuah acara diskusi perempuan di Abuja, Nigeria, Sabtu (11/5/2024), Meghan Markle, istri Pangeran Harry, mengungkap rasa haru saat pertama kali mengetahui bahwa ia berdarah 43 persen Nigeria.
”Saya sangat terharu. Jadi, saya ingin memulai dengan mengucapkan terima kasih banyak atas betapa ramahnya Anda semua dalam menyambut saya dan suami ke negara ini,” kata Meghan. Ia terdiam sejenak. ”Negara saya,” lanjutnya di tengah tepuk tangan peserta.
Pada 2022, Meghan menemukan, ia berdarah Nigeria dari tes silsilah (genealogi). Hal pertama yang dia lakukan saat mendapati hasil tes itu adalah menelepon ibunya. ”Saya menelepon ibu saya karena ingin tahu apakah dia menyadarinya,” katanya, seperti dilaporkan Africanews.
Menurut Meghan, sebelum tes silsilah itu, ia tak pernah tahu secara spesifik asal dan akar budayanya. Ia hanya mengetahui bahwa dia merupakan Afrika-Amerika. Padahal, Afrika sendiri merupakan kawasan yang luas dengan beragam budaya.
Mengetahui asalnya secara spesifik, kata Meghan, merupakan sebuah pengalaman yang menarik dan memberi makna mendalam.
”Belum pernah sekali pun saya memahami sebanyak yang saya pahami sekarang. Ini sungguh membuka mata dan merendahkan hati bisa mengetahui lebih banyak tentang warisan budaya saya. Ini baru awal dari perjalanan penemuan itu,” katanya.
Gaun merah yang dikenakan Meghan dalam diskusi itu menjadi simbol perayaan Meghan terhadap akar budaya Nigeria. Dalam laporan majalah People, gaun itu karya desainer Nigeria, Orire.
Diskusi itu merupakan bagian dari tur resmi pertamanya bersama Pangeran Harry di Nigeria selama tiga hari, 10-12 Mei 2024. Pasangan keluarga Kerajaan Inggris itu berkunjung ke negara itu untuk memperingati 10 tahun Invictus Games, kompetisi untuk para veteran yang cacat.
Diskusi perempuan
Kunjungan ini adalah pertama kali Meghan menjejakkan kaki di tanah leluhurnya sejak ia mengetahui darah Nigeria-nya, dua tahun lalu. Di hari kedua kunjungannya itu, Meghan bergabung dengan Ngozi Okonjo-Iweala, Direktur Jenderal Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Mereka bertukar pikiran dengan 50 tokoh perempuan Nigeria dari berbagai bidang, mulai dari bidang politik, bisnis, media, hingga seni dan budaya. Diskusi dipandu raja media Nigeria, Mo Abudu, yang memimpin jaringan gaya hidup hiburan kulit hitam global pertama di Afrika.
Salah satu topik bahasan dalam diskusi itu adalah pentingnya keterwakilan perempuan pada posisi-posisi penting. Meghan menekankan pentingnya perempuan untuk terus berkiprah di negara asalnya dan menginspirasi generasi selanjutnya.
Sering kali, kata Meghan, perempuan yang telah mencapai puncak kesuksesan meninggalkan kampung halamannya. ”Tapi, kita harus kembali ke rumah. Setidaknya, kita harus menjadi wajah bagi generasi berikutnya,” ujarnya.
”Maaf mengganggu, tetapi Anda sudah kembali ke rumah,” sahut Abudu memotong Meghan, mengacu pada darah Nigeria Meghan.
Di luar beragam kontroversi seputar pernikahannya dan keluarga Kerajaan Inggris, Meghan dikenal sebagai aktivis hak-hak perempuan dan kesetaraan jender.
Selain mempromosikan Invictus Games, salah satu agenda utama Harry dan Meghan adalah meningkatkan kesadaran akan kesehatan mental bagi tentara dan remaja perempuan.
Pasangan itu tiba pada hari Jumat di ibu kota Abuja dan disambut dengan pertunjukan drum Afrika dari komunitas etnis Igbo. Selanjutnya, mereka mengunjungi Akademi Lightway untuk membuka acara tentang kesehatan mental.
Selanjutnya, Harry bertemu dengan para tentara yang cacat dan terluka. ”Ketahuilah bahwa kesehatan mental memengaruhi setiap orang. Semakin banyak Anda membicarakannya, semakin Anda bisa menghilangkan stigma tersebut,” kata Harry yang mengenakan kalung manik-manik tradisional Nigeria kepada para pelajar.
Pada hari terakhir mereka, pasangan itu menonton pertunjukan tari jalanan di Lagos, kota komersial Nigeria. Di sana mereka juga meresmikan kemitraan antara Archewell Foundation dan organisasi nirlaba Giants of Africa, yang menggunakan olahraga untuk memberdayakan generasi muda. (AP/REUTERS)