Satu Lagi ”Pembocor” Masalah Produksi Boeing Meninggal
Joshua Dean meninggal setelah berjuang melawan infeksi yang tiba-tiba dan menyebar dengan cepat.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·4 menit baca
WICHITA, KAMIS — Joshua Dean, mantan auditor mutu pada perusahaan pemasok Boeing, Spirit AeroSystems, meninggal dunia. Dean merupakan salah satu pembocor atau whistlebloweryang mengungkap dan menuduh pimpinan Spirit mengabaikan cacat produksi pada pesawat Boeing seri 737 MAX. Sebelumnya, John Barnett, pembocor yang mengungkap produksi yang tak memenuhi standar keselamatan, juga ditemukan tewas.
Media Amerika Serikat, The Seattle Times, pada Rabu (1/5/2024) waktu setempat atau Kamis (2/5/2024) waktu Indonesia, mengutip keterangan bibi Dean, Carol Parsons, yang menceritakan kematian Dean. Disebutkan, Dean meninggal setelah berjuang melawan infeksi yang tiba-tiba dan menyebar dengan cepat.
Menurut Parsons, lebih dari dua minggu lalu, Dean sakit dan dibawa ke rumah sakit karena kesulitan bernapas. Di rumah sakit, Dean dinyatakan menderita pneumonia dan infeksi bakteri serius, MRSA. Kondisinya memburuk dengan cepat.
Ibunda Dean juga mengunggah pesan pada Jumat pekan lalu di Facebook terkait semua detail tersebut. Ia menuliskan, Dean tengah ”berjuang untuk hidupnya”. Dean dibius dan menjalani dialisis. Hasil CT scan menunjukkan dia menderita stroke.
Dokter sempat mempertimbangkan untuk mengamputasi kedua tangan dan kedua kaki Dean. ”Yang dia alami sungguh brutal. Menyayat hati,” kata Parsons.
Berita sakit dan meninggalnya Dean sungguh mengejutkan. Selama ini, pria berusia 45 tahun itu sehat dan terkenal memiliki gaya hidup sehat.
”Pikiran kami tertuju pada keluarga Josh Dean. Kehilangan mendadak ini kabar yang luar biasa di sini dan bagi orang-orang yang dicintainya,” kata juru bicara Spirit AeroSystems, Joe Buccino.
Yang dia alami sungguh brutal. Menyayat hati.
Dean seorang insinyur mesin. Ia mulai bekerja di Spirit pada 2019. Dia diberhentikan pada 2020 menyusul terjadinya pemutusan hubungan kerja karena pandemi Covid-19. Ia lalu kembali ke Spirit pada Mei 2021 sebagai auditor mutu.
Pada Oktober 2022, dalam sebuah audit, Dean menemukan cacat produksi yang serius. Mekanik tidak mengebor lubang dengan benar di sekat tekanan belakang MAX. Ia kemudian menyampaikan temuannya itu kepada manajemen. Namun, tidak ada tindakan apa pun dari manajemen.
Lantaran terlalu fokus pada cacat tersebut, Dean sampai melewatkan cacat produksi pada kelengkapan alat untuk memasang sirip ekor vertikal ke badan pesawat pada audit yang sama. Ketika cacat itu ditemukan pada April 2023 dan menyebabkan tertundanya pengiriman di pabrik Boeing di Renton, Dean dipecat.
Pada Agustus 2023, Spirit mengumumkan penemuan lubang yang tidak dibor dengan benar pada sekat tekanan belakang MAX. Ini merupakan cacat pada MAX yang terjadi pada awal 2019. Hal ini menyebabkan pengiriman terhenti lagi di Renton.
Dengan penemuan itu, Dean mengadukan Spirit ke Badan Penerbangan Federal (FAA) terkait dengan keselamatan. Dia melaporkan tuduhan pelanggaran kualitas yang serius oleh manajemen senior pada lini produksi 737 di Spirit.
”Setelah saya dipecat, Spirit AeroSystems (pada awalnya) tidak melakukan apa pun untuk memberi tahu FAA dan masyarakat atas temuan mereka tentang kerusakan sekat tekanan belakang,” tulis Dean dalam aduannya ke FAA.
Pada November 2023, FAA mengirim surat kepada Dean. Surat itu menyatakan FAA telah menyelesaikan penyelidikan masalah keselamatan yang dia sampaikan. Meski tidak menyertakan hasil penyelidikan, surat itu tampaknya menegaskan substansi dalam tuduhan Dean.
”Penyelidikan menentukan, tuduhan Anda telah ditangani dengan tepat berdasarkan program keselamatan yang disetujui FAA. Namun, karena ketentuan privasi dari program tersebut, rincian spesifiknya tidak dapat diungkapkan,” demikian bunyi surat dari FAA.
Dean juga mengajukan pengaduan ke Departemen Tenaga Kerja pada bulan yang sama. Ia mengadukan pemutusan hubungan kerja yang tidak sah dan ”pelanggaran berat yang dilakukan Manajer Kualitas Spirit AeroSystems tingkat senior”. Kasus itu masih menunggu keputusan.
Pemegang saham juga menggugat Spirit AeroSystems pada Desember 2023. Mereka menuduh manajemen Spirit menyembunyikan informasi terkait cacat mutu dan merugikan pemegang saham. Dean turut memberikan keterangan atas gugatan para pemegang saham itu.
Pengacara Dean, Brian Knowles, mengatakan, kematian kliennya adalah kerugian bagi komunitas penerbangan dan masyarakat. ”Dia memiliki keberanian luar biasa untuk membela apa yang dia rasa benar dan tepat serta mengangkat masalah kualitas dan keselamatan. Perusahaan-perusahaan penerbangan harus mendorong dan memberi insentif kepada pihak-pihak yang menyampaikan kekhawatiran ini. Jika tidak, keselamatan dan kualitas bukanlah prioritas utama perusahaan-perusahaan ini,” kata Knowles kepada Al Jazeera.
Kematian Dean terjadi dalam waktu kurang dari dua bulan setelah seorang pembocor lain terkait kualitas Boeing, John ”Mitch” Barnett (62), ditemukan tewas pada Maret. Otoritas Carolina Selatan menyampaikan, Barnett tewas akibat luka tembak bunuh diri. Penyelidikan atas kematiannya masih berlangsung.
Pengacara Barnett mengatakan, Barnett sedang mengajukan tuntutan hukum terhadap Boeing setelah ia mengalami pembalasan karena mengungkap masalah keselamatan pada Boeing 787 Dreamliner. Spirit AeroSystems saat ini dalam pengawasan ketat menyusul beberapa insiden yang melibatkan pesawat Boeing seri 737 Max 9 dan beberapa seri lain. Insiden itu meningkatkan kekhawatiran akan standar keselamatan pada produksi Boeing.
Kasus itu, di antaranya, panel pintu pesawat Boeing 737 Max 9 yang dioperasikan Alaska Airlines terlepas di tengah penerbangan pada 5 Januari 2024 dan memaksa pendaratan darurat. Lalu Boeing 737-800 yang juga dioperasikan Alaska Airlines gagal meneruskan penerbangan ke Phoenix setelah penumpang mencium bau asap.
Insiden lain yang melibatkan Boeing 787-800 dialami maskapai United Airlines. Pesawat itu kehilangan salah satu panelnya dalam penerbangan San Fransisco-Oregon, 15 Maret 2024. (REUTERS/AFP)