Abaikan Desakan PBB, Israel Pertimbangkan Balas Serangan Iran
Israel mengabaikan desakan PBB untuk tidak melakukan eskalasi konflik dengan Iran yang bisa kehancuran di Timur Tengah.
Oleh
PANDU WIYOGA
·2 menit baca
JERUSALEM, SELASA — Militer Israel tengah mempertimbangkan langkah untuk membalas serangan Iran. Hal itu mengabaikan desakan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan komunitas internasional untuk tidak memicu eskalasi perang di Timur Tengah.
Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel Letnan Jenderal Herzi Halevi, Senin (15/4/2024) petang waktu setempat mengatakan, militer Israel (IDF) memantau situasi dengan seksama. IDF bersiaga penuh menghadapi segala macam ancaman dari Iran dan proksinya.
"Iran akan menerima konsekuensi atas perbuatannya. Kami akan memilih respons yang sesuai," kata Halevi, dalam video yang ditayangkan di akun Youtube IDF.
Pernyataan itu diungkapkan Halevi saat ia berkunjung ke Pangkalan Udara Nevatim di Israel selatan yang mengalami kerusakan ringan akibat serangan Iran. Pada 14 April, Iran meluncurkan lebih dari 300 pesawat nirawak dan rudal ke wilayah Israel.
Serangan Iran merupakan aksi balasan terhadap serangan udara Israel ke kompleks Kedutaan Besar Iran di Suriah pada 1 April. Serangan F-35 Israel itu menewaskan dua jenderal Iran, salah satunya Mohammad Reza Zahedi yang merupakan Kepala Brigade Quds Garda Revolusi Iran (IRGC) untuk wilayah operasi Palestina, Suriah, dan Lebanon.
"Kami tidak ingin mengobarkan perang, tetapi kami akan memotong tangan siapa pun yang menyerang negara kami. Agresi sekecil apa pun dari Israel dan pendukungnya akan dibalas dengan lebih kuat," kata Juru Bicara Angkatan Darat Iran, seperti dikutip Al Jazeera.
Minggu lalu, Presiden Amerika Serikat Joe Biden menegaskan kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahwa Washington tidak akan ambil bagian jika Israel melancarkan serangan balasan ke Iran. Meski demikian, AS akan membantu mempertahankan Israel bila negara itu mendapat serangan.
Dalam rapat darurat Dewan Keamanan (DK) PBB pada 14 April, Sekretaris Jenderal PBB António Guterres meminta semua pihak terkait untuk mencegah eskalasi lanjut. Ia menyebut eskalasi konflik Israel dan Iran bakal menggiring Timur Tengah ke kehancuran.
"Sekarang waktunya untuk mundur dari jurang. Amat penting menghindari tindakan apa pun yang bisa memicu konfrontasi militer besar-besaran berbagai front di Timur Tengah. Warga sipil sudah menderita dan selalu menjadi yang paling terdampak," kata Guterres.
Nuklir
Menurut Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), fasilitas nuklir Iran telah dibuka kembali sejak Senin. Sebelumnya, Iran menutup fasilitas nuklirnya untuk sementara waktu atas pertimbangan keamanan setelah mereka melancarkan serangan ke Israel.
"Saya memutuskan untuk tidak mengizinkan para inspektor untuk kembali (ke fasilitas nuklir Iran) sebelum situasi aman sepenuhnya," kata Kepala IAEA Rafael Grossi kepada jurnalis di sela-sela rapat darurat DK PBB.
Israel pernah melakukan beberapa operasi terhadap fasilitas nuklir di Timur Tengah. Pada 1981, Israel membom reaktor nuklir Osirak di Irak. Pada 2018, Israel mengakui telah melakukan serangan udara rahasia terhadap reaktor nuklir di Suriah pada 11 tahun sebelumnya.
Teheran juga menuding Israel membunuh dua fisikawan nuklir Iran pada 2010, dan menculik satu orang pada satu tahun sebelumnya. Teheran juga menuding Israel dan AS melakukan sabotase siber dengan virus Stuxnet yang mengganggu operasi instalasi nuklir Natanz. (AP/AFP)