Bersedia Dengar Penjelasan Jepang, China Belum Ubah Sikap soal Fukushima
Jepang didukung sejumlah pihak untuk membuang limbah PLTN Fukushima. Jepang mengeluarkan jutaan dollar AS.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·2 menit baca
TOKYO, SENIN — Setelah empat putaran pembuangan air limbah PLTN Fukushima, China akhirnya bersedia membahas isu itu dengan Jepang. Meski demikian, belum ada perubahan sikap Beijing. Jepang antara lain disokong pengawas internasional yang belakangan menerima hibah 20 juta dollar AS.
Dalam pernyataan pada Sabtu (30/3/2024), Kementerian Luar Negeri Jepang mengungkap pertemuan delegasi kedua negara. Namun, sampai Senin (1/4/2024), kementerian luar negeri ataupun lembaga lain di China belum berkomentar apa pun.
Sepanjang Maret 2024, menurut Tokyo, setidaknya ada dua putaran pertemuan China-Jepang soal limbah PLTN Fukushima. Pertemuan di Guangzhou, China, pada 20 Maret 2024 melibatkan pejabat tinggi kementerian luar negeri kedua negara.
Sementara pertemuan di Dalian, China, pada 31 Maret 2024 melibatkan para ahli dari kedua negara. Menurut Tokyo, sudah beberapa pertemuan informal digelar China dan Jepang soal limbah PLTN Fukushima.
Rangkaian pertemuan itu, menurut Tokyo, menindaklanjuti pembicaraan Presiden China Xi Jinping dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida. Xi dan Kishida berbicara di San Francisco, Amerika Serikat, pada November 2023.
Kala itu, mereka sepakat mengadakan pertemuan para ahli. Mereka juga sepakat menggelar pembicaraan ilmiah soal limbah PLTN Fukushima. Mereka sepakat mencari cara menyelesaikan masalah pelepasan limbah itu ”melalui konsultasi dan dialog yang konstruktif”.
Reaksi keras
Beijing bereaksi keras sejak Tokyo memutuskan membuang air limbah PLTN Fukushima. China, juga Hong Kong dan Makau, menghentikan impor boga bahari dari Jepang. Nilainya lebih dari 10 juta dollar AS per tahun. Sampai sekarang, larangan itu belum dicabut.
China mengingatkan, air dari PLTN Fukushima berbeda dengan air dari PLTN lain. Di PLTN lain, air pendingin tidak bersentuhan dengan inti reaktor nuklir.
Di PLTN Fukushima, air bersentuhan dengan inti reaktor. Dengan demikian, cemaran radioaktif air dari PLTN Fukushima lebih tinggi. Pendapat senada disampaikan antara lain oleh Greenpeace dan sejumlah periset dari Amerika Serikat dan Inggris.
Warga di sejumlah negara juga menolak pembuangan limbah itu. Meski demikian, Jepang telah membuang 31.200 ton air limbah PLTN Fukushima pada Agustus 2023-Maret 2024.
Jepang memutuskan membuang limbah itu karena kehabisan tempat penyimpanan. Butuh biaya miliaran yen jika harus menambah tempat penyimpanan air limbah tersebut.
Menurut Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), Jepang telah memenuhi semua prosedur pengolahan sebelum mulai membuang limbah. Tim IAEA antara lain datang ke Fukushima pada pertengahan Maret 2024.
Pada 14 Maret 2024, sebagaimana dilaporkan Kyodonews, Jepang mengumumkan hibah 20 juta dollar AS untuk IAEA. Menlu Jepang Yoko Kamikawa menyebut, dana itu untuk membantu IAEA memanfaatkan teknologi nuklir dalam menyelesaikan berbagai tantangan global.
Hal itu termasuk pembuatan benih tahan hama. Teknologi nuklir juga dipakai untuk perawatan kesehatan.
Tokyo juga mengucurkan jutaan dollar AS lain ke berbagai kelompok lain. Bentuknya berupa subsidi hingga hibah. Kelompok nelayan Jepang termasuk penerima subsidi itu. (AP/AFP)