Simfoni Nuklir Rusia
Energi nuklir adalah bagian dari masa depan manusia. Rusia kini terus mengembangkan teknologi nuklir untuk tujuan damai.
Bagaikan angsa-angsa liar yang menyapu permukaan danau, tiga balerina dengan anggun dan lincah menari di atas panggung. Diiringi komposisi ”Tarian Angsa Kecil” karya Pyotr Tchaikovsky (1876), mereka memagut kekaguman dan tepuk riuh khalayak, undangan dan peserta Atomexpo 2024. Perhelatan itu digelar pada Senin (25/3/2024) hingga Selasa (26/3/2024).
Kekaguman serupa juga terpantik oleh maket kota masa depan yang ditampilkan Rosatom, badan usaha milik negara Rusia yang bergerak di bidang energi nuklir. Selain gedung yang bernuansa futuristik, di angkasa kota itu, mobil-mobil terbang bertenaga listrik hilir mudik mengangkasa. Sementara itu, di sekitar maket berada, layar-layar elektronik besar yang di pasang pada dinding menampilkan beragam model reaktor baru, termasuk reaktor yang hasil sampingnya adalah air bersih.
Baca juga: Rusia Terus Pacu Pengembangan Reaktor Nuklir Modular
Semua energi untuk menunjang kehidupan kota masa depan itu—termasuk pengobatan, industri, hingga pertanian dan produksi air bersih—ditopang energi bersih. Perangkat yang digunakan untuk menghasilkan energi bersih itu adalah pembangkit listrik tenaga nuklir dan angin.
Direktur Jenderal Rosatom Alexey Likhachev menegaskan bahwa tidak ada yang mampu menghentikan pengembangan teknologi nuklir. Menurut dia, di tengah kebutuhan energi dunia yang kian meningkat, pembahasan sekaligus upaya untuk mewujudkan dunia bebas karbon adalah sebuah keniscayaan.
”Energi bersih atau energi terbarukan menjadi masa depan kita bersama. Ada dua kata kunci terkait hal itu, yaitu masa depan dan bersama,” tegas Likhachev. ”Dalam hal ini, saya berbicara tentang pengembangan generasi keempat teknologi fusi nuklir dan kontribusi beragam teknologi baru yang menunjang sektor energi nuklir. Kita hanya dapat mencapainya dengan kerja bersama oleh banyak negara. Di mana kita bersama-sama dapat mengembangkan sumber energi bersih dan efisien,” katanya menambahkan.
Aman
Tidak seperti dibayangkan banyak orang tentang nuklir—sering diwarnai oleh sejarah kelam bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, atau insiden nuklir Chernobyl—pengembangan teknologi nuklir dan reaktor nuklir saat ini sangat pesat. Kepala Pusat Riset Teknologi Reaktor Nuklir BRIN Topan Setiadipura mengatakan, teknologi terbaru reaktor nuklir telah mampu mengisolasi kerusakan di dalam reaktor dan sekaligus mendinginkannya, bahkan secara alami.
Baca juga: Membangun PLTN Skala Kecil Berkeselamatan Tinggi di Rusia
Tidak hanya itu, saat mengunjungi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kalinin yang berada di Oblast Tver, Moskwa—sekitar 200 kilometer barat laut—semua turbin, termasuk reaktor ”terbungkus dalam bangunan solid”. Dinding bangunan setinggi lebih kurang 70 meter itu dibuat dari beton dengan ketebalan 1,2 meter. Setiap pintu dirancang mirip pintu penghubung antarpalkan kapal, di mana setiap sisinya memiliki karet tebal yang menaham rembesan air.
Ruslan Alyiev, Chief Engineer PLTN Kalinin, mengatakan, keamanan menjadi prioritas nomor satu. Tidak ada tawar-menawar dalam hal itu. Tidak mengherankan bila dalam setiap kesempatan, pertemuan dengan tamu, pembicaraan selalu diawali dengan penjelasan soal prosedur keamanan. Bahkan, pada setiap cermin yang ada di kompleks itu ditempelkan stiker yang mengingatkan soal standar dan prosedur keamanan itu. ”Ada lima lapis pengamanan dalam lingkup reaktor,” kata Ruslan.
Baca juga: Pengamanan Berlapis Mengunjungi Pembangkit Nuklir Terapung Milik Rusia
Lapisan-lapisan pengamanan itu antara lain cangkang pelindung inti reaktor di mana fusi nuklir terjadi. Cangkang itu berfungsi sebagai untuk menahan agar energi yang dihasilkan oleh reaksi nuklir tetap berada di dalam reaktor. Semua panas tersirkulasi dalam soket primer sehingga tidak ada radiasi yang menyebar. Semua perangkat itu berada di unit-unit penahan yang sangat terlindungi dan secara rutin dites serta dicek. Konstruksi dan reaktor nuklir Kalinin dirancang dan dibangun sendiri oleh Rosatom.
Menurut Ruslan, setiap catatan sejarah terkait insiden nuklir, termasuk Fukushima, menjadi perhatian serius. Catatan tersebut lantas menjadi acuan untuk mengembangkan teknologi dan prosedur standar baru.
Alexander Shenberger, senior plant shift supervisor—bertanggung jawab untuk semua unit teknis PLTN Kalinin—mengatakan, Kalinin memiliki empat reaktor. Awalnya, setiap reaktor itu dirancang untuk menghasilkan 1.000 megawatt listrik. Saat ini, kemampuan setiap reaktor ditingkatkan menjadi 1.070 MW.
”Salah satu reaktor, reaktor pertama, sedang diistirahatkan untuk menjalani pemeriksaan dan pemeliharaan. Hal itu dilakukan setiap satu setengah tahun dan lama masa pemeliharaan tergantung dari kondisi yang ditemukan saat inspeksi,” kata Shenberger.
Ramah dan kompetitif
Saat ini, bersama sejumlah PLTN lain di Rusia, PLTN Kalinin turut menyuplai sebagian besar kebutuhan listrik Rusia. Presiden Rusia Vladimir Putin telah meminta agar kapasitas pembangkit PLTN di negeri itu ditingkatkan hingga 25 persen pada tahun 2045. Selain untuk menjawab kebutuhan energi dan menggerakkan kinerja industri, peningkatan kapasitas itu sekaligus untuk mencegah kerusakan lingkungan serta mencapai target nol emisi.
Baca juga: EBT dan Nuklir, Solusi Reduksi Emisi Karbon Masa Depan
Andrey Danilkin, Direktur Bidang Lingkungan Hidup PLTN Kalinin, mengatakan, empat reaktor yang mereka miliki mampu mencegah 16 juta ton emisi CO2 per tahun. ”PLTN adalah produsen listrik terbersih. PLTN generasi berapa pun, termasuk small modular reactor, mampu membantu meminimalisasi pelepasan emisi karbon ke atmosfer,” kata Danilkin.
Selain itu, PLTN lebih kompak, tidak banyak memakan tempat sehingga dapat membantu mencegah kerusakan sistem ekologis. Kondisi itu secara umum dapat mengurangi laju perubahan iklim. Di sisi lain, harga per kilowatt per jam listrik produksi PLTN juga lebih murah.
Di Rusia, bila listrik produksi pembangkit listrik tenaga angin dihargai 1 rubel/kWh (Rp171,5), listrik produksi PLTN seperti Kalinin dihargai 0,56 rubel per kWh atau sekitar Rp 96 per kWh. Harga itu tetap lebih murah dibandingkan dengan harga listrik produksi pembangkit bertenaga panas bumi yang mencapai 0,97 rubel per kWh atau setara dengan Rp 166,3 per kWh. Bila teknologi terkini nuklir diterapkan—menggunakan bahan bakar sampah nuklir—diprakirakan harga listrik yang dihasilkan akan kian murah.
Baca juga: Menggalang Kesadaran Bersama Menuju Transisi Energi Global
Tidak mengherankan bila sejumlah negara, seperti Turki, Mesir, Bangladesh, dan Myanmar, menggandeng Rusia (Rosatom) untuk mengembangkan reaktor nuklir di setiap negara. Mesir disebut-sebut mengembangkan PLTN seperti PLTN Kalinin.
Menjawab pertanyaan terkait kemungkinan pengembangan reaktor nuklir di Indonesia, Ruslan mengatakan, pihaknya siap bila Indonesia berminat. ”Terkait desain seperti apa yang paling memungkinkan untuk diterapkan, apakah model terapung atau berbasis di darat, hanya Pemerintah Indonesia yang dapat memutuskannya. Rosatom memiliki konstruksi yang sangat reliable dan aman. Kami pasti melakukan investigasi geologis dan kajian,” kata Ruslan menjelaskan.
”Mempertimbangkan dampak eksternal. Kami akan memilih desain yang paling aman dan yang paling dapat diandalkan untuk wilayah tersebut,” kata Ruslan menambahkan.
Masa depan dunia
Direktur Jenderal Asosiasi Nuklir Dunia Sama Bilbao y Leon mengatakan, teknologi nuklir adalah masa depan dunia. ”Mewujudkan standar hidup yang lebih adil bagi semua orang, pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan populasi akan berkontribusi terhadap peningkatan signifikan permintaan listrik global. Pada saat yang sama, kita harus mencapai emisi karbon nol bersih,” kata Leon.
Masa depan bebas karbon, menurut dia, memerlukan dekarbonisasi di semua sektor, tidak hanya produksi listrik. ”Teknologi nuklir sangat cocok untuk melakukan dekarbonisasi pada sektor-sektor yang sulit dikurangi, seperti penyediaan panas pada proses industri,” kata Leon lebih lanjut.
”Pada COP28, pemerintah dan industri menetapkan target untuk melipatgandakan energi nuklir pada tahun 2050. Ini merupakan target yang menantang, tetapi target tersebut dapat dicapai jika industri nuklir global, pemerintah, regulator, dan pemangku kepentingan utama lainnya bekerja sama untuk mewujudkannya,” kata Leon.
Energi nuklir memang meninggalkan jejak pilu dalam peradaban manusia. Namun, berkat perkembangan teknologi dan kapasitas, manusia dapat mengelolanya dengan aman. Bagai simfoni ”Tarian Angsa”, dunia adalah komposisi antara pengalaman buruk dan pengalaman yang menyenangkan, suka dan duka. Namun, untuk meraih kemajuan, setiap manusia memerlukan keberanian untuk mengambil langkah-langkah baru. Hanya dengan itu, manusia dapat meraih apa yang diimpikan.