Orang AS Suka Mobil Besar, Segmen Mobil Kecil Menyusut
Di AS, mobil listrik pun harus terlihat seperti mobil besar. Mobil kecil kurang laku.
Oleh
LUKI AULIA
·4 menit baca
Raksasa otomotif Korea Selatan, KIA, nekat meluncurkan mobil kecil di pasar Amerika Serikat, K4. Padahal, konsumen Amerika Serikat lebih suka mobil-mobil besar.
KIA menjadikan New York International Auto Show sebagai ajang peluncuran K4 di AS pada Rabu (27/3/2024). Menurut pabrikan terbesar kedua di Korsel itu, K4 dilengkapi teknologi terbaru. KIA menanamkan sistem pengereman darurat otomatis, fitur penjaga jalur kendara, serta kontrol jelajah cerdas di K4.
Aneka teknologi itu diharapkan bisa menarik konsumen di AS. Padahal, penjualan mobil seperti K4 menurun di AS. Sepanjang 2023, hanya sejuta mobil sejenis K4 terjual di AS.
Di kelas itu, KIA memasarkan 120.000 Kia Forte. Kini, Forte akan digantikan K4. ”KIA sebenarnya menawarkan transportasi yang terjangkau dan mudah diakses untuk pasar AS,” kata analis data otomotif S&P Global Mobility, Stephanie Brinley.
Kondisi itu terjadi karena konsumen AS masih setia memilih mobil-mobil yang berukuran besar. Truk mini, SUV, dan tentu saja mobil-mobil mesin kapasitas besar lebih menarik.
Dalam laporan pada 11 Maret 2024, The Economist menulis mobil-mobil Eropa juga membesar. Meski demikian, tetap saja kalah dari mobil-mobil AS. Sepanjang 2022, rata-rata mobil yang terjual di AS berbobot 1.857 kilogram. Angka ini 20 persen lebih berat dibandingkan dengan rata-rata bobot mobil di Eropa.
Mobil berukuran besar lebih diminati antara lain karena kondisi jalanan yang lebar dan tempat parkir yang luas. Dari sisi peraturan juga mendukung.
Untuk mendorong pembelian mobil yang lebih kecil, insentif bagi penjualan mobil besar terus diperketat. Sudah hampir 50 tahun, ada saja upaya menekan pembelian mobil besar.
Harga minyak
Pada 1973, negara-negara Arab penghasil minyak mengurangi pengiriman ke AS. Ini sebagai bentuk hukuman karena AS mendukung Israel dalam Perang Yom Kippur. Akibatnya, harga BBM melonjak, antrean panjang di pom bensin, dan resesi.
Pada 1975, Pemerintah AS memberlakukan standar penghematan BBM pada produsen mobil. Pada 1985, konsumsi BBM semua mobil model baru harus 27,5 mil per galon. Sebelumnya, konsumsi hanya 13 mil per galon. Kini, ketentuannya 40 mil per galon.
Pabrikan harus menggunakan mesin yang lebih kompleks agar lebih efisien. Namun, ongkos pembuatannya malah menjadi lebih mahal. Hal ini membebani usaha kecil yang bergantung pada mobil besar.
Solusinya, pemerintah mengecualikan truk ringan atau kendaraan apa pun yang bobotnya paling berat 3.855 kg. Dengan ketentuan itu, SUV yang besar dan boros BBM pun tetap masuk kategori tersebut.
Membuat truk ringan dengan standar lingkungan rendah dianggap lebih menguntungkan daripada mobil kompak ramah lingkungan. Karena itu, produsen otomotif semangat memasarkan mobil besar, termasuk SUV. Bagi orang AS, mobil besar itu melambangkan kebebasan, kekuatan, dan petualangan.
Pada awal abad 21, truk mini jadi mobil terlaris di AS. Apalagi, BBM di AS lebih murah dibandingkan dengan negara lain sepanjang 1990-an. Oleh karena itu, warga AS tidak kesulitan membeli mobil berkapasitas mesin besar. Mobil besar pun dianggap aman dan nyaman bagi penduduk yang tinggal di pinggiran kota.
Sementara di Eropa, banyak penduduk tinggal di kota. Tempat parkir terbatas. Makanya, penjualan mobil kecil di Eropa lebih tinggi. Hingga 36 persen mobil baru di Eropa 2023 merupakan mobil kecil. Di AS para periode yang sama hanya 8 persen.
Alasan lain konsumen Eropa membeli mobil kecil adalah kesadaran lingkungan. Warga Eropa menyadari dampak mobil besar pada emisi karbon.
Di AS pun sebenarnya transportasi jadi penyumbang besar emisi. Hampir 60 persen emisi dari mobil dan aneka kendaraan ringan lain.
Bukan hanya itu masalah mobil besar. Riset Universitas Hawaii menunjukkan, peluang pejalan kaki meninggal jika tertabrak mobil besar mencapai 70 persen. Jika mobilnya lebih kecil, peluangnya berkurang pula.
Perubahan aturan
Oleh karena itu, Pemerintah AS berusaha mengubah aturan. Salah satunya dengan mengubah definisi truk ringan. Badan Perlindungan Lingkungan (EPA) AS menetapkan batas emisi 276 gram per kilometer bagi kendaraan untuk bisa disebut truk mini. Lebih dari itu, tergolong truk besar.
Aturan itu bagian dari mendorong penjualan kendaraan listrik. Targetnya, dua pertiga dari penjualan mobil baru akan dikuasai mobil listrik pada 2032.
Akan tetapi, hal ini mungkin tidak akan berpengaruh pada ukuran mobil. Banyak mobil favorit, seperti Ford F-150, masih dianggap sebagai truk ringan dan terus mendapatkan keuntungan dari standar efisiensi yang lebih rendah.
Di sisi lain, mobil listrik juga masih mengalami masalah bobot yang sama seperti mobil konvensional. EPA tidak mengatur emisi tidak langsung dari mobil listrik, seperti baterai. Mobil listrik besar butuh lebih banyak listrik dan baterai lebih besar. Masalahnya, baterai mengandung banyak logam langka yang berbahaya bagi lingkungan.
Produsen mobil listrik pun sadar dengan selera konsumen di Amerika Serikat. Buktinya, varian mobil listrik yang laris pada 2022 adalah versi SUV. (AP/AFP)