Boeing dalam pengawasan ketat otoritas Amerika Serikat. Otoritas membatasi kapasitas produksi Boeing.
Oleh
IRENE SARWINDANINGRUM
·2 menit baca
ARLINGTON, SENIN — Petinggi Boeing akhirnya terdampak rangkaian kecelakaan dan persoalan produsen pesawat tersebut. David Calhoun, Stan Deal, dan Lawrence Kellner akan melepaskan jabatannya dari pucuk pimpinan Boeing.
Calhoun mengungkap masa depannya di Boeing pada Senin (25/3/2025). CEO Boeing Group itu mengumumkan akan mundur pada akhir 2024, sementara Kellner menyatakan tidak akan kembali mencalonkan diri sebagai ketua dewan komisaris. Kellner akan digantikan Steve Mollenkopf yang sekaligus memimpin tim seleksi pengganti Calhoun.
Adapun Deal memutuskan pensiun dari pucuk pimpinan unit bisnis pesawat komersial. Dari tiga orang itu, hanya Deal yang segera melepas jabatannya, sementara Calhoun dan Kellner masih akan terus menjabat sampai beberapa waktu ke depan.
Pengumuman diungkap beberapa bulan selepas rangkaian kecelakaan dan masalah pada pesawat-pesawat Boeing. Kecelakaan Alaska Airlines pada awal Januari 2024 menjadi momen penting Boeing.
”Kita harus terus menanggapi kecelakaan ini dengan kerendahan hati dan transparansi penuh. Kami juga harus menanamkan komitmen total terhadap keselamatan dan kualitas di setiap tingkat perusahaan kami,” tulis Calhoun kepada karyawan Boeing.
Calhoun menggantikan Dennis Muilenburg sebagai CEO Boeing mulai 2020. Muilenburg mundur selepas dua pesawat Boeing yang dioperasikan Lion Air dan Ethiopia Airlines jatuh. Seluruh penumpang dan awak pesawat itu tewas dalam kecelakaan tersebut.
Sebagai CEO, Calhoun seharusnya membawa Boeing kembali memproduksi pesawat yang aman. Rangkaian masalah sejak kecelakaan Alaska Airlines mengungkap bahwa Boeing belum bisa mengatasi masalah keamanan.
Pengawasan ketat
Selepas insiden Alaska Airlines, berbagai pesawat Boeing terlibat masalah di beragam tempat. Bolak-balik ada pintu yang terlepas atau terbuka kala pesawat sedang terbang.
Dampaknya, Boeing dalam pengawasan ketat otoritas Amerika Serikat. Otoritas membatasi kapasitas produksi Boeing. Selain itu, ditemukan kegagalan Boeing menjamin kualitas produksinya.
Pekan lalu, sejumlah petinggi maskapai penerbangan AS menemui petinggi Boeing. Mereka mengungkap kecemasan terhadap produk Boeing selepas rangkaian kecelakaan dan masalah beberapa bulan ini. Menurut mereka, ada masalah yang tidak biasa di pabrik dan kepemimpinan Boeing.
Krisis yang dialami perusahaan itu telah membuat frustrasi maskapai-maskapai penerbangan. Sebab, hal ini berdampak pada penundaan pengiriman pesawat, baik dari Boeing maupun rivalnya Airbus. Baru-baru ini, Southwest Airlines menyatakan sedang mengevaluasi proyeksi pendapatan 2024. Sebab, ada penundaan pengiriman pesawat.
Di tengah krisis Boeing, Airbus mendapat pesanan 65 pesawat dari sejumlah maskapai Asia. Ada dugaan pesanan itu mengindikasikan kekhawatiran pada Boeing.
Manajer lembaga investasi Dakota Wealth, Robert Pavlik, menyebut bahwa Boeing butuh lebih dari sekadar perombakan pemimpin. Bahkan, ia memandang Calhoun menjadi kambing hitam oleh dewan komisaris dan direksi serta pemerintah.
Meski ada rangkaian masalah, Boeing akan terus bertahan dan dipertahankan. ”Boeing butuh pemerintah dan pemerintah butuh Boeing,” ujarnya.
Sementara manajer aset pada Aptus Capital, David Wagner, ragu kepergian Calhoun akan membawa perubahan pada Boeing. Masalah struktural di perusahaan itu terlalu akut. Salah satunya pengawasan rendah sehingga gagal mencegah masalah menjadi persoalan besar. (AFP/REUTERS/AP)