Insiden Kecelakaan Kerap Terjadi, Masih Amankah Bepergian dengan Pesawat?
Sejak awal 2024, Boeing bernasib sial. Insiden kecelakaan beruntun lalu memicu pertanyaan: masih amankah naik pesawat?
Selama tiga bulan terakhir, dunia penerbangan sedang tidak dalam kondisi baik-baik saja. Insiden atau kecelakaan yang berisiko hilang nyawa terjadi beruntun. Pada awal Januari 2024, panel pintu darurat maskapai penerbangan Alaska Airlines tiba-tiba lepas di ketinggian sekitar 16.000 kaki.
Setelah itu, ada insiden salah satu ban pesawat lepas, dan pedal kemudi pesawat terkunci. Semuanya terjadi pada produsen pesawat Boeing, khususnya pada Boeing 737 MAX 9 dan 8. Akibat kecelakaan yang beruntun, Boeing dihujani kritik dan menjadi fokus penyelidikan karena dianggap lalai memerhatikan keselamatan penumpang.
Baca juga: Boeing Terbukti Gagal dalam Puluhan Pemeriksaan Keamanan
Apalagi, setelah maskapai United Airlines melaporkan ada baut yang tidak terpasang dengan baik pada penutup pintu dan bagian dari beberapa pesawat 737 MAX 9. Ban pesawat yang lepas terjadi pada salah satu pesawat yang dioperasikan oleh United Airlines.
Maskapai itu memiliki armada pesawat 737 MAX 9 paling banyak, yakni 79 pesawat. Badan Penerbangan Federal Amerika Serikat (FAA) akan meninjau lagi prosedur keselamatan maskapai. Sementara menyelidiki pesawat-pesawat buatan Boeing, FAA melarang terbang sejumlah armada pesawat milik United Airlines dan Alaska Airlines.
Ada suatu masa ketika masalah-masalah, seperti kaca depan retak atau masalah mesin, tidak sering muncul di pemberitaan. Namun, sejak panel pintu yang terlepas itu, insiden sekecil apa pun yang terjadi pada pesawat penerbangan komersial diberitakan meluas.
Baca juga: Boeing Sial Terus, Ban Lepas hingga Kemudi Macet di United Airlines
Seiring dengan ramainya pemberitaan masalah pada pesawat, semakin khawatir pula orang terhadap keselamatan penerbangan, terutama pada pesawat Boeing.
Paling aman
Namun, menurut analis dan konsultan dirgantara di AS, Richard Aboulafia, pesawat merupakan alat transportasi paling aman yang pernah diciptakan. Ini jika dibandingkan dengan jumlah kecelakaan lalu lintas di AS di mana rata-rata setiap hari ada 737 orang tewas.
Dewan Keamanan Nasional memperkirakan, orang AS memiliki peluang 1 berbanding 93 kematian akibat kecelakaan kendaraan bermotor. Sementara kematian di pesawat terbang terlalu jarang untuk bisa dihitung. Sedikitnya 44.000 orang tewas dalam kecelakaan kendaraan di AS pada 2023.
Kecelakaan mematikan terakhir yang melibatkan pesawat di AS terjadi pada Februari 2009. Untuk tahun lalu saja, terdapat 9,6 juta penerbangan. Hanya saja, tidak banyaknya kecelakaan fatal pada penerbangan tidak sepenuhnya mencerminkan kondisi keselamatan penerbangan.
Baca juga: Boeing Gagal Jaga Keamanan, Penumpang Menolak Terbang
Ada ukuran lain yang bisa digunakan untuk melihat tingkat keselamatan penerbangan, yakni dari intensitas pilot menyiarkan panggilan darurat kepada pengawas lalu lintas udara. Data situs pelacakan populer penerbangan, Flightradar24, menunjukkan, panggilan darurat pilot meningkat sejak pertengahan Januari lalu, tetapi masih di bawah intensitas panggilan pada 2023.
Akan tetapi, panggilan darurat juga sebenarnya bukan ukuran yang tepat karena pesawat mungkin tidak sedang dalam bahaya. Bahkan, terkadang pesawat yang mengalami masalah tidak pernah memperingatkan pengawas.
Sebuah panel ahli yang menyelidiki serangkaian kecelakaan pesawat di AS, November 2023, melaporkan bahwa ada banyak faktor penyebab kecelakaan penerbangan. Faktor-faktornya adalah kekurangan tenaga pengontrol lalu lintas udara dan teknologi pelacakan pesawat yang sudah ketinggalan zaman. Laporan panel ahli ini dipaparkan dalam 52 halaman.
Baca juga: Boeing Tersandung Lagi gara-gara Kecelakaan Alaska Airlines
Kini, panel ahli itu barangkali bisa menambahkan faktor kualitas produksi pesawat, terutama Boeing, yang tahun ini bernasib sial. Boeing adalah perusahaan senilai 78 miliar dollar AS dan eksportir pesawat terkemuka dari AS. Sudah satu abad Boeing malang melintang di bidang manufaktur pesawat terbang.
Selain Boeing, ada juga Airbus di Eropa yang sama-sama mendominasi produksi pesawat jet penumpang berukuran besar. Namun, reputasi Boeing kemudian terpuruk akibat jatuhnya dua pesawat 737 MAX—satu di Indonesia pada 2018 dan satu lagi di Etiopia setahun kemudian yang menewaskan 346 orang.
Dalam lima tahun terakhir, Boeing merugi 24 miliar dollar AS. Mereka semakin rugi karena terpaksa menunda pengiriman pesawat 737 dan 787 Dreamliner jarak jauh gara-gara harus memperbaiki sistem dan kualitas produksinya. Sempat membaik sebentar, lalu jatuh lagi gara-gara pintu panel lepas di Alaska Airlines.
Tim penyelidik menyelidiki baut panel pintu yang ternyata hilang tidak terpasang sejak dari pabrikan Boeing. Sejak itu, hujan kritik menerpa Boeing, mulai dari FAA sampai Biro Investigasi Federal (FBI). ”Ada masalah pada Boeing di masa lalu dan tampaknya belum terselesaikan,” kata Administrator FAA Mike Whitaker pada bulan lalu.
Baca juga: Boeing Semakin Pusing
CEO Boeing David Calhoun menyatakan menerima hasil penyelidikan dan bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada pesawat Alaska Airlines. ”Kamilah yang menyebabkan masalah ini,” ujarnya.
Salah produksi
Penyebab terjadinya masalah pada pembuatan pesawat bisa berbeda-beda. Ada yang karena kesalahan rancangan. Pada Boeing MAX asli, kegagalan satu sensor menyebabkan sistem kontrol penerbangan mengarahkan hidung pesawat ke bawah dengan kekuatan besar.
Ini terjadi sebelum kecelakaan pesawat MAX pada 2018 dan 2019. Namun, kerusakan atau kegagalan pada satu bagian saja tidak akan bisa menjatuhkan pesawat. Jadi, pasti ada penyebab lain yang membuatnya bisa jatuh.
Penyebab lain karena kesalahan di pabrikan. Ini terjadi pada kasus panel pintu yang lepas. Kualitas manufaktur juga sekarang makin disorot. Aboulafia menilai, jika kesalahan yang terjadi ada pada rancangan, perbaikannya akan jauh lebih sulit. Akan tetapi, jika masalahnya ada pada proses manufaktur, seharusnya perbaikan lebih mudah.
Pada awal bulan ini, FAA meminta Boeing untuk memeriksa bundel kabel di sekitar spoiler pada pesawat MAX. Perintah ini dikeluarkan karena ada laporan bahwa ada kabel listrik yang lecet akibat kesalahan pemasangan. Akibatnya, ada pesawat yang sampai terguling 30 derajat dalam waktu kurang dari satu detik pada penerbangan tahun 2021.
Baca juga: Pesawat Boeing Kecelakaan Lagi
Insiden-insiden yang dianggap ”kecil” pun kini menjadi perhatian. Maskapai LATAM Airlines, yang memakai Boeing 787 saat terbang dari Australia ke Selandia Baru, pada bulan ini mengalami penurunan ketinggian yang tajam.
Boeing segera mengingatkan maskapai penerbangan itu untuk memeriksa saklar pada motor yang menggerakkan kursi pilotnya. Penyebabnya disebutkan ada seorang pramugari yang tidak sengaja menekan tombol itu. Itu yang diduga menjadi penyebab turunnya ketinggian pesawat secara mendadak.
Baca juga: Keselamatan dan Kesehatan Penumpang, Tantangan Baru Bisnis Penerbangan
Investigasi terhadap beberapa insiden menunjukkan kemungkinan adanya kesalahan dalam pemeliharaan. Namun, banyak juga kejadian yang hampir terjadi disebabkan oleh kesalahan pilot atau pengontrol lalu lintas udara, seperti pada minggu ini saja.
Para penyelidik mengungkapkan, pesawat American Airlines yang melewati landasan pacu di Texas, AS, ternyata beberapa saluran hidroliknya pada rem tidak dipasang kembali dengan benar. Empat hari sebelumnya, pesawat itu menjalani perawatan dan penggantian rem. Ada juga pesawat American Airlines 777 yang mendarat darurat di Los Angeles, AS, dalam kondisi ban kempis.
Sepotong lembaran kecil aluminium juga diketahui hilang ketika pesawat United Boeing 737 berusia 26 tahun mendarat di Oregon, pekan lalu. Ada juga insiden ”konyol” akibat kelalaian pengawas lalu lintas udara.
Akibat kelalaian itu, pesawat kargo FedEx yang baru saja mendarat di Austin nyaris menabrak pesawat jet Southwest Airlines yang sedang bersiap lepas landas. Kedua pesawat itu tidak salah. Yang salah adalah pengawasnya karena mengizinkan keduanya menggunakan landasan yang sama.
Baca juga: Penerbangan Ditunda, Penumpang Buka Pintu Darurat dan Berjalan di Sayap
Mantan anggota Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS (NTSB) John Goglia mengatakan, masalah kontrol penerbangan, mesin, dan integritas struktural ini yang sekarang memprihatinkan.
Sekecil apa pun masalah yang dialami pesawat, seperti kaca yang rata atau nyaris tabrakan di landasan itu sudah berisiko tinggi pada keselamatan penumpang. ”Setiap insiden kita tangani serius. Keselamatan penumpang dan semua kru harus menjadi prioritas,” ujar Goglia. (AFP/AP)