Kabel di Bawah Laut Merah Rusak, Komunikasi Asia-Eropa Terganggu
Muncul kekhawatiran Houthi juga mengincar kabel-kabel bawah laut. Namun, bisa juga kabel rusak karena jangkar.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·3 menit baca
DUBAI, SELASA — Tiga jaringan kabel bawah laut di Laut Merah terputus. Akibatnya, seperempat jalur komunikasi dan internet antara Asia, Eropa, dan Timur Tengah terganggu. Muncul kekhawatiran kabel bawah laut itu menjadi sasaran kelompok Houthi yang tengah melancarkan serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah. Namun, Houthi membantah tudingan itu.
Hingga Selasa (5/3/2024) belum jelas penyebab kerusakan jaringan kabel itu. Banyak pihak khawatir, kerusakan jaringan telekomunikasi akan mengeskalasi krisis keamanan di Timur Tengah.
HGC Global Communications yang berbasis di Hong Kong menyebut, jaringan kabel yang putus mencakup Asia-Africa-Europe 1, Europe India Gateway, serta Seacom-TGN-Gulf. Putusnya jaringan itu memengaruhi 25 persen lalu lintas komunikasi yang melewati Laut Merah. Jaringan tersebut merupakan rute krusial untuk pergerakan data dari Asia dan Eropa.
Mengutip CNN edisi Senin (4/3/2024), Asia-Africa-Europe 1 merupakan sistem kabel sepanjang 25.000 kilometer yang menghubungkan Asia Tenggara ke Eropa melalui Mesir. Europe India Gateway menghubungkan Eropa, Timur Tengah, dan India.
Menurut Tim Stronge, pakar kabel bawah laut pada TeleGeography, perusahaan riset pasar komunikasi yang berbasis di Washington, Seacom-TGN-Gulf disebut-sebut sebagai dua kabel terpisah meski sebenarnya satu. Seacom menyebut, pengujian awal mengindikasikan segmen yang terganggu terletak di dalam yurisdiksi maritim Yaman di bagian selatan Laut Merah. Perusahaan itu telah mengalihkan jalur, tetapi sebagian layanan masih mati.
Direktur Digital Seacom Prenesh Padayachee mengatakan, perusahaannya memerlukan izin dari otoritas maritim Yaman untuk memperbaiki kabel bawah laut yang rusak. Perbaikan bisa memakan waktu delapan pekan. ”Lalu lintas (komunikasi) klien kami akan terus dialihkan sampai kami bisa memperbaiki kabel yang rusak,” katanya kepada CNN.
Stronge mengatakan, saat ini ada 14 jaringan kabel yang melintasi Laut Merah. Ada enam jaringan baru yang, menurut rencana, akan dibangun. ”Kami memperkirakan lebih dari 90 persen komunikasi antara Eropa dan Asia melintasi kabel bawah laut di Laut Merah. Untungnya para operator telekomunikasi telah membangun duplikasi tingkat tinggi ke dalam sistem,” ujarnya.
Pesan di peta
Sejak kelompok Houthi mulai menyerang kapal-kapal yang melintasi Laut Merah pada pertengahan November 2023, telah muncul kekhawatiran kelompok itu juga mengincar kabel-kabel bawah laut. Serangan terhadap kapal itu bentuk dukungan Houthi bagi kelompok Hamas yang sedang berperang dengan militer Israel di Jalur Gaza.
Laman Gulf Information Forum pada 24 Desember 2023 menyebut, sebuah akun Telegram terkait Houthi merilis peta jaringan kabel komunikasi bawah laut di Laut Mediterania, Laut Merah, Laut Arab, dan Semenanjung Persia. Gambar peta itu disertai pesan berbunyi ”Ada peta kabel internasional yang menghubungkan seluruh kawasan di dunia melalui laut. Tampaknya Yaman berada di lokasi strategis dengan adanya jalur internet yang menghubungkan seluruh benua, tak hanya negara-negara, melewati Yaman”.
Meski tidak menyebutkan target secara spesifik, pesan itu muncul bertepatan dengan serangan Houthi terhadap kapal-kapal yang melintasi Laut Merah. BBC edisi 7 Februari 2024 melaporkan, Pemerintah Yaman di pengasingan yang diakui secara internasional memperingatkan adanya rencana Houthi menargetkan kabel bawah laut itu.
Pada Februari 2024 sudah ada jaringan kabel yang terputus seiring munculnya laporan dari organisasi NetBlocks yang menyebut akses internet di Djibouti terganggu dua hari kemudian. Namun, Houthi menyangkal akan menarget jaringan kabel bawah laut. Mereka menyalahkan operasi militer Amerika Serikat dan Inggris di Laut Merah meski tidak memberikan bukti pendukung tudingan itu.
Sejak Januari 2024, pasukan sejumlah negara yang dipimpin AS dan Inggris menyerang posisi Houthi di Yaman sebagai respons atas serangan Houthi terhadap kapal-kapal yang melintas di Laut Merah. Sampai saat ini Houthi masih bisa melancarkan serangan terhadap kapal-kapal. Diyakini Houthi didukung Iran.
Meski dianggap ancaman, belum jelas bagaimana Houthi bisa menyerang kabel-kabel bawah laut sendiri. Mereka tidak diketahui memiliki kemampuan menyelam atau menyelamatkan diri saat menyerang sasaran bawah laut yang terletak ratusan meter di bawah permukaan air.
Namun, kabel-kabel bawah laut kemungkinan bisa terpotong oleh jangkar, termasuk yang mungkin jatuh dari sejumlah kapal yang rusak akibat serangan Houthi. Kapal yang hanyut dengan jangkar terseret di dasar laut bisa menjadi biang keroknya.
”Tim kami berpikir sangat mungkin (kerusakan) disebabkan seretan jangkar karena banyaknya lalu lintas pelayaran di kawasan dan dasar laut yang dangkal di banyak bagian Laut Merah. Namun, ini hanya bisa dikonfirmasi saat kapal perbaikan berada di lokasi,” sebut Seacom.
Houthi telah memperingatkan, kapal apa pun terkait kabel bawah laut yang memasuki perairan Yaman harus mendapatkan izin dari kelompok itu. Alasannya, terkait keamanan kapal-kapal tersebut. (AP)